Vaksin Memangsa Vaksin, Jeruk Makan Jeruk

0
796
- Advertisement -

Kolom Ruslan Ismail Mage

Sudah hampir setahun virus Covid-19 mengancam, menyerang, dan memangsa ruang-ruang publik. Bahkan data terakhir menunjukkan sudah memakan korban 14.442 orang meninggl dunia. Dalam kontruksi pemikiran kita terbangun pilar-pilar ketakutan keluar rumah, berkumpul, dan bersilaturahmi dengan sesama. Ruang-ruang publik seperti plaza, pasar, terminal, bandara, taman bermain, destinasi wisata, lapangan olah raga, menjadi tidak aman dikunjungi.

Virus Covid-19 terus meraksasa siap memangsa rakyat yang mengabaikan pesan ibu. Karena itu, beberapa negara dan konglomerasi berlomba menemukan vaksin untuk mencegah penyebarannya. Dari titik inilah perburuan rente ekonomi mulai dilakukan para pemilik modal untuk membuat vaksin anti virus Covid-19. Kalau tidak mampu membuat vaksin, minimal menjadi makelar pengadaan vaksin yang kebutuhanya tidak terbatas di negara-negara yang terjangkit pandemi covid-19 ini, tidak terkecuali Indonesia.

Sebagai negara yang memiliki ilmuwan tidak kalah dengan ilmuwan negara-negara lain, Indonesia termasuk cepat melompat membuat vaksin sendiri sebelum vaksin dari luar menyeruak kepermukaan. Adalah Universitas Airlangga Surabaya bekerjasama dengan BIN, dan TNI berhasil membuat obat yang diyakini mampu menyembuhkan Covid-19. Bahkan KASAD dan Rektor Unair sudah konferensi pers atas penemuan obat itu.

Namun sayang, ternyata BPOM menyatakan obat dimaksud belum dapat diedarkan karena belum memenuhi uji klinis beberapa kali. Sampai tulisan ini belum ada lagi beritanya obat tersebut, lenyap ditelan gelombang pandemi.

- Advertisement -

Lalu muncul Menteri Riset  dan Teknologi melibatkan beberapa menteri terkait melakukan penelitian yang sama untuk membuat vaksin. Saat ini katanya sudah pada tahap uji coba klinis. Lagi-lagi belum ada hasil, Lembaga Penelitian Mikrobiologi  Eijkman (Eijkman Institute for Molecular Biology ) juga sedang membuat vaksin yang diberi nama vaksin merah putih.

Namun lagi-lagi sayang, sebelum melewati beberapa uji klinis, pemerintah sudah memborong 40 juta vaksin Covid-19 buatan China. Terlepas dari masalah kebutuhan dalam negeri semakin mendesak, yang pasti vaksin produk negeri sendiri tak mampu menahan serbuan vaksin dari luar. Ilmuwan Indonesia yang terus berpacu dengan waktu, tidak mampu meyakinkan BPOM kalau vaksin produk bangsa sendiri tidak kalah kualitasnya dengan vaksin dari luar.

Entah keterlambatan vaksin dalam negeri ini disebabkan persoalan tekhnis, atau ada “invisible hand” dibalik perburuan vaksin ke China. Namun yang pasti ini disebut vaksin memangsa vaksin. Jeruk makan jeruk. Bisa jadi dalam pembuatan dan pengadaan vaksin anti virus Covid-19 ini berlaku hukum rimba, siapa yang kuat itulah pemenangnya. Lalu kapan rakyat di menangkan?

Penulis : Akademisi, inspirator dan penggerak, Founder Sipil Institute

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here