Sekali Berarti Lalu Mati

0
719
- Advertisement -

Judul : BARANI, Hidup dengan Martabat, Mati dalam Gairah

Epik dan Heroisme Bugis Makassar di Tepi Sejarah

Penulis:  Alif we Onggang Penerbit : Prodeleder Jakarta 2024, 283 hlm + xiiI     ISBN : 9 786237 133223

Tanpa disadari di sekitar kita banyak yang menjadi pengecut dan penakut. Menemukan seorang pemberani, ibarat mencari jarum dalam tumpukan jerami. Ia adalah mahluk yang langka.

Buku BARANI adalah karya kesekian Alif we Onggang, mengulas bagaimana sejatinya keberanian manusia Bugis Makassar, Mandar dan Toraja memuliakan hidupnya dan menghormati kematiannya. Hidupnya harus bermartabat dan kematiannya pun harus bernilai. Mate nisantangi, mate rigollai. Kematian yang agung dan indah. Dalam Islam disebut husnul khatimah. Dalam perumpamaan penyair Chairil Anwar, Sekali Berarti Lalu Mati.

Keberanian di sini tidak melulu mendasarkan pada pengertian fisik belaka, akan tetapi juga mengandung makna pada keberanian moral sebagai kebajikan dan keutamaan hidup serta penyempurna kebaikan. Dan rupanya keberanian tidak bias gender dan usia. Perempuan Bugis Makassar juga memiliki peran sosial politik di ruang publik, setara bahkan di atas kaum pria. Jauh sebelum RA Kartini lahir dan gerakan feminisme, srikandi di Sulawesi Selatan telah berkiprah jauh yang dibayangkan di bidang politik dan militer.

- Advertisement -

Karena itu, barani, warani, atau kabaraniang ditempatkan pada posisi utama, kedudukannya terhormat dan ia adalah perwujudan harga diri.

Keberanian berangkat dari kebenaran dan kejujuran. Kapan seseorang menjadi penakut, itu tanda pengecut. Seorang pengecut yang kehilangan martabat derajatnya setara dengan hewan.

Keistimewaan buku ini karena penulis berhasil mengulik sejarah yang biasanya dingin dan kaku dijadikan sebagai narasi yang cair, metaforis tanpa menghilangkan daya kritisnya.

Lewat sejarah dan dibumbui cerita-cerita rakyat (foklor) dan teks Lontaraq kita dapat menikmati sikap dan laku keberanian yang disarikan sebagai sebuah falsafah, prinsip, —
bagaimana hakikatnya manusia Bugis-Makassar melakoni dimensi. kehidupannya.

Dalam renungannya, penulis menformulasikan dengan penguatan imajinasi menjadi materi tulisan yang sudah berbentuk. Ia menjadikan tulisan dalam bukunya itu sebagai jariyah ibadah.

Keberanian merupakan kata sifat dan karakter yang mesti berpasangan untuk menegaskan aktualisasinya dalam menegakkan apa yang diyakini menjadi Siri’ (kehormatan, harga diri dan martabatnya).

Bernyali itu muncul dari suatu kesadaran penuh seseorang yang tampil menegakkan Siri’ dengan konsekuensi pilihannya: Hidup sebagai pemenang pertarungan atau mati mengalahkan atau mati bersama dalam duel menegangkan. Hidup harus dipertaruhkan untuk menjadi pemenang.

Filosolfi berani /warani dari spirit kepeloporan dan kepemimpinan itu merupakan sebuah warisan genetik kepada suku bangsa Bugis Makassari.

Penjabaran dan aktualisasi keberanian, diungkap dengan cerita heroik oleh penulis dalam tujuh bab, dari Epos Klasik Penjelajahan Sawerigading. 2. Keberanian sebagai Keutamaan Hidup dan Penyempurna Kebaikan 3. Memuliakan Harga Diri Titian Antara Hidup dan Mati 4. Heroisme Melintasi Ruang dan Waktu 5. Singa-singa Betina Mengaum dan Menerjang 6. To Warani Menjadi Perisai Negara dan 7. Keberanian yang Lebih Mulia.

Buku ini layak dibaca. Penulis menghidupkan kembali sejarah yang telah kering dan sering diceritakan ulang, namun di tangan penulis kisah ini menjadi narasi yang liris, enak dibaca dan tak diangka-sangka. (Zul)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here