Hikmah Abdul Hamid Husain
Kebohongan, akal-akalan, khianat , dan ingkar janji akan menjerumuskan kepada kebangkrutan, melanggengkan kemiskinan dan kesulitan hidup.
Sebaliknya, kejujuran, jaga amanah, akan melambungkan ke derajat yang tinggi, rezeki melimpah dan selalu dalam pertolongan, dan Rahmat kasih sayang Allaah SWT.
Sebuah kisah nyata, true story yang terjadi di saat ummat Muslim dipimpin oleh Khalifah Umar Al Khattaab RA;
Amiirul Mukminiin Umar
Al Khattab RA rajin melakukan ronda malam sendirian, berkeliling untuk mengetahui dan melihat langsung keadaan rakyatnya dari dekat.
Ketika melewati sebuah gubuk, Khalifah Umar RA penasaran melihat lampu yang masih menyala. Dari dalam terdengar suara orang berbisik-bisik.
Khalifah Umar RA mengintip, tampaklah seorang ibu dan anak perempuannya sedang sibuk mengemas susu jualannya.
“Bu, kita hanya mendapat beberapa kaleng saja hari ini. Mungkin karena musim kemarau, air susu kambing kita jadi sedikit,” kata sang putri.
“Benar anakku,” balas ibunya.
“Jika rumput mulai menghijau lagi pasti kambing-kambing kita akan gemuk. Kita bisa memerah susu banyak lagi,” harap anaknya.
“Iya Nak, sejak ayahmu meninggal, penghasilan kita sangat menurun. Dari hari ke hari rasanya semakin berat saja. Aku khawatir kita akan kelaparan,” kata ibunya sedih.
Anak perempuan itu terdiam. Tangannya sibuk membereskan kaleng-kaleng yang sudah diisi susu.
“Nak,” bisik ibunya seraya mendekat. “Kita campur saja susu itu dengan air. Supaya penghasilan kita cepat bertambah.”
Anak perempuan itu tercengang. Ditatapnya wajah ibunya yang sudah keriput. ….Ah, wajah itu begitu lelah dan letih menghadapi tekanan hidup yang amat berat. Ada rasa sayang yang begitu besar di hatinya. Namun, ia segera menolak keinginan ibunya.
“Tidak, Ibu!” katanya cepat.
“Khalifah melarang keras semua penjual susu mencampur susu dengan air,
akan dijatuhi sanksi berat kepada siapa saja yang berbuat curang kepada Pembeli.
“Ah!, kenapa engkau mendengarkan Khalifah itu? Bukankah, setiap hari kita selalu hidup miskin dan tidak akan berubah kalau tidak melakukan sesuatu,” gerutu ibunya kesal.
“Ibu !, hanya karena kita ingin mendapat keuntungan yang besar, lalu kita berlaku curang pada pembeli?”
“Tapi, tidak akan ada yang tahu kita mencampur susu dengan air!
Tengah malam begini tak ada yang berani keluar. Khalifah Umar pun tidak akan tahu perbuatan kita,” kata ibunya tetap memaksa.
“Ayolah, Nak, mumpung tengah malam. Tak ada yang melihat kita!”
“Ibu!, meskipun tidak ada seorang pun yang melihat dan mengetahui kita mencampur susu dengan air, tapi Allaah tetap Melihat. Allaah pasti Mengetahui segala perbuatan kita serapi apa pun kita menyembunyikan nya“, tegas anak itu.
Ibunya hanya menarik nafas panjang.
Sungguh kecewa hatinya mendengar anaknya tak mau menuruti perintahnya.
Namun, jauh di lubuk hatinya ia begitu kagum akan kejujuran anaknya.
“Aku tidak mau melakukan ketidak jujuran pada waktu ramai maupun sunyi. Aku yakin Allaah tetap selalu mengawasi apa yang kita lakukan setiap saat,” ujar anaknya.
Tanpa berkata apa-apa, Ibunya pergi ke kamar. Sedangkan anak perempuannya menyelesaikan pekerjaannya hingga beres.
Di luar bilik, Khalifah Umar Al Khattab, tersenyum kagum akan kejujuran anak perempuan itu.
”Sudah sepantasnya ia mendapatkan hadiah yang terbaik!” ucap Khalifah Umar dalam hatinya.
Khalifah Umar RA beranjak meniggalkan gubuk itu, cepat-cepat pulang ke rumahnya.Keesokan paginya, Khalifah Umar memanggil putranya, ‘Aashim Bin Umar Al Khattab. Diceritakannya tentang gadis jujur penjual susu itu.
”Anakku, menikahlah dengan gadis itu, Ayah menyukai kejujurannya, ” kata Khalifah Umar. ”
“Di zaman sekarang, jarang sekali kita bisa menjumpai gadis jujur seperti dia. Ia bukan takut pada Manusia, tetapi mereka takut pada Allaah yang Maha Melihat.”
‘Aashim Bin Umar menyetujuinya. Beberapa hari kemudian ‘Aashim melamar gadis itu. Betapa terkejut ibu dan anak perempuan itu dengan kedatangan putra Khalifah.
Awalnya, mereka khawatir akan di tangkap karena suatu kesalahan.
” Tuan, saya dan anak saya tidak pernah melakukan kecurangan dalam menjual susu. Tuan jangan tangkap kami….,” sahut Ibu itu ketakutan.
Putra Khalifah hanya tersenyum. Lalu mengutarakan maksud kedatangannya hendak menyunting anak gadisnya.
“Bagaimana mungkin? Tuan adalah seorang putra Khalifah , tidak selayaknya menikahi gadis miskin seperti anakku?” tanya sang Ibu dengan perasaan ragu.
”Khalifah adalah orang yang tidak ,membedakan manusia. Sebab, hanya ketawakalanlah yang meninggikan derajat seseorang di sisi Allaah,” kata ‘Aashim sambil tersenyum.
” Yaa, aku melihat anak gadismu sangat jujur,” tutur Khalifah Umar.
Anak gadis itu saling berpandangan heran penuh haru dengan Ibunya.
“Bagaimana Khalifah bisa tahu? Bukankah selama ini ia belum pernah mengenal kami ?”.
”Setiap malam aku berkeliling memeriksa Rakyatku. Malam itu aku mendengar pembicaraan kalian…,” jelas Khalifah Umar.
Ibu dan putrinya bahagia sekali, karena tidak menduga sama sekali. Khalifah Umar RA ternyata sangat bijaksana. Menilai seseorang bukan dari kekayaan tapi dari kejujurannya.
Sesudah ‘Aashim menikah dengan gadis itu, kehidupan mereka sangat bahagia. Keduanya membahagiakan Orang Tuanya dengan penuh hormat, bakti dan kasih sayang.
Beberapa tahun kemudian mereka pun dikaruniai anak dan cucu yang kelak menjadi orang besar dan menjadi Pemimpin besar bangsa Arab.
Catatan
1. Bila seseorang menghabiskan waktunya untuk Allaah, maka Allaah akan mengurus semua kebutuhannya dan menghapuskan segala kekhawatiran nya. Dan Allaah akan membersihkan hatinya agar hatinya hanya dipenuhi rasa rindu dan cinta pada Allaah”. (Ibnul Qayyim Al-Jauziyah Rahimahullaah).
2. Jangan pernah berbuat curang, bohong, ingkar janji dan zolim. Karena ini semua itu melanggengkan kemiskinan, mengundang kehancuran dan kesulitan hidup.
3. Hiduplah penuh kejujuran, dilihat orang banyak atau tidak. Karena, kejujuran mengundang kebahagiaan, ketenangan dan kesuksesan.
4. Jaga ucapan, dan jaga perilaku:
Thaawuus Bin Kaisan Rahimahullaah, salah satu Ulama Taabi’iin menuturkan :
لِسَانِي سَبُعٌ إِنْ أَرْسَلْتُهُ أَكَلَنِي.
“Lisanku adalah binatang buas, jika aku lepaskan maka ia akan memangsaku”
(Ref.; Kitab Nadzratun Na’iim, VII/2642).
5. Rasuulullaah SAW bersabda :
اضْمَنُوا لِي سِتًّا مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَضْمَنْ لَكُمْ الْجَنَّةَ;
اصْدُقُوا إِذَا حَدَّثْتُمْ وَ أَوْفُوا إِذَا وَعَدْتُمْ, وَ أَدُّوا إِذَا اؤْتُمِنْتُمْ وَ احْفَظُوا فُرُوجَكُمْ وَ غُضُّوا أَبْصَارَكُمْ وَكُفُّوا أَيْدِيَكُمْ.
(رواه أحمد وابن حبان)
“Jaga dan jaminlah enam hal pada diri kalian, saya akan menjamin Surga untuk kalian, yaitu;
-jujurlah jika berbicara,
-tepatilah jika berjanji,
-tunaikanlah amanah jika diserahi amanah,
-jagalah kemaluan kalian,
-tundukkan pandangan kalian dan
-jagalah tangan kalian.”
(Hadits Sahih Riwayah Al Imam Ahmad 21695, dan Ibnu Hibban)
6. Allaah SWT Berfirman :
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ.
(العنكبوت ٢٩ الاية ٤٥)
“ Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Kitab Suci Al Qur’an, dan dirikanlah Shalat.
Sungguh, Shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
Dan sungguh, mengingat Allaah dan Shalat adalah lebih besar keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain. Dan Allaah Mengetahui apa yang kamu lakukan”.
(QS. Al-‘Ankabuut, surah ke 29, ayat 45, halaman 401).
Penutup:
Mari kita berdoa dengan Doa yang diajarkan oleh Rasul ini:
“Yaa Allaah bimbinglah kami untuk selalu eling mengingat Mu yaa Allaah, bersyukur dan beribadah dengan sebaik baiknya kepada Mu”
اللهم اعنا على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك
(Allaahumma a’innaa ‘alaa dzikriKa, wa syukriKa, wa husni ‘ibaadatiKa).
Penulis alumnus Ummul Qura University, Makkah & King Abdulaziz University, Jeddah.