Kolom Fiam Mustamin
Adik Kanduang di Rantau Urang
“Adik kanduang di rantau urang, pulanglah… lamo ndak basuo, apo kadayo…”
Syair lagu daerah selalu memukau, terutama bila berpadu dengan instrumen musik etnis yang khas.
Di Minangkabau, misalnya, ada Saluang yang berpadu indah dalam aransemen Talempong. Setiap daerah di Nusantara memiliki kekhasan yang dapat disebut sebagai keunggulan musikalnya: Suling yang mengiringi lagu “Ina” di Tapanuli, Kulintang di Kawanua (Manado), Terompet yang mengiringi lagu “Makuku Manise” di Maluku, serta Bambu dan Puik-Puik yang mengiringi lagu “Tena Ruanna” dan “Massajang Rennu” di Bugis-Makassar.
Daerah lain pun tak kalah kaya; Angklung di Pasundan, Gamelan di Bali dan Jawa, serta Kliningan di Kutai Kartanegara.
Dengan kekayaan instrumen musik etnis tersebut, sudah saatnya muncul Grup Orkestra Musik Etnis Nusantara (Music Etnic Orchestra Nusantara / MEON) di berbagai daerah.
Syair lagu di atas mewakili rasa kolektif akan kerinduan terhadap orang-orang tercinta yang merantau dan lama tak pulang atau berkabar. Begitu syahdu bila dinyanyikan dengan iringan instrumen musik lokal.
Urang Minang Cerdik Beradab
Julukan ini merujuk pada nilai luhur yang tertanam dalam identitas negeri Minangkabau: “Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah.”
Karena itu, negeri ini mewarisi gen kecendekiaan dan kepeloporan. Banyak tokoh besar lahir dari rahim Minangkabau, baik dalam bidang sastra, pendidikan, maupun perjuangan kemerdekaan.
Di antara para pujangga besar itu seperti Abdul Muis, Mohammad Yamin, Sanusi Pane, Armin Pane, Hamka, Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah, Asrul Sani, dan Taufiq Ismail.
Dalam pergerakan nasional terdapat pula nama-nama seperti Mohammad Natsir, Mohammad Hatta, Amir Sjarifuddin, serta tiga tokoh wanita tangguh, salah satunya Rangkayo Rasuna Said.
Interaksi dengan Urang Minang
Berinteraksi dengan urang Minang serasa seperti bergaul dengan orang sekampung sendiri bagi kami dari Bugis.
Lebih dari setengah abad saya bergaul dengan mereka, termasuk beberapa yang menjadi sumando (ipar) saya: H. M. Jusuf Kalla, Andi Mustari Pide, Ilham Bintang, dan Andi Takdir Mattalitti.
Selain itu, saya juga berinteraksi dengan para budayawan di Taman Ismail Marzuki Jakarta, insan perfilman, insan pers, dan para akademisi di Universitas Ibnu Chaldun Jakarta.