Catatan Fiam Mustamin
Apa yang dapat saya sampaikan sebagai kesaksian, bahwa saya termasuk salah satu senior termuda yang ikut menyaksikan lahirnya paguyuban kekerabatan dan pembinaan sosial budaya Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) pada 12 November 1976.
Kehadiran paguyuban KKSS ini dilandasi oleh semangat peradaban atau sipangadereng: nilai luhur yang terus dirawat hingga kini, ketika KKSS memasuki usia ke-49 tahun. Semangat itu diimplementasikan dalam kehidupan warga KKSS, baik dalam bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara.
Mengenal Sosoknya
Di antara 27 tokoh deklarator, Asrul adalah satu-satunya pendiri KKSS yang masih hidup.
Pada awal tahun 1980-an, saya kerap bersama para mahasiswa dan pelajar IKAMI Sulsel melakukan audiensi dengan Ketua Umum BPP KKSS, Andi Sose, yang saat itu disambut oleh Asrul Asis Taba.
Beberapa kali pula kami bersilaturahmi dalam acara buka puasa bersama di kediaman Ketua Umum dan Asrul Asis Taba.
Dari pertemuan itu, saya merekam pembicaraan beliau yang mewakili pandangan Andi Sose. Saya terkesan dengan tutur katanya yang runtut, sistematis, dan berwawasan luas, sama seperti yang sering saya temui di kalangan wartawan dan budayawan senior di Taman Ismail Marzuki.
Kiprah dan Pandangan
Dalam tiga tahun terakhir, saya cukup intens berkomunikasi dengan beliau dalam sebuah kelompok terbatas bersama Zainal Bintang dan Anwar Satta.
Topik yang sering kami bahas adalah jati diri KKSS sebagai wadah kekerabatan yang berakar pada adab sipangadereng.
Asrul Asis Taba sering menekankan pentingnya kemandirian KKSS yang dipimpin oleh tokoh masyarakat visioner. Ia juga menegaskan bahwa dalam pengembangan organisasi, kepemimpinan sebaiknya bersifat kolektif, tidak seluruh beban ditanggung oleh satu orang Ketua Umum saja.
Pandangan-pandangan ini juga tertuang dalam buku “Kiprah KKSS dalam Merekatkan Silaturahmi Etnis Nusantara (1976–1999) yang saya tulis bersama Alif we Onggang tahun 2000.
Pada bulan Ramadan tahun 2024, kami beberapa kali mengadakan urung rembuk di kantornya di Jl. Buncit Raya, Jakarta, untuk menyusun masukan bagi pelaksanaan MUBES XII KKSS di Makassar.
Kini Asrul melakoni bisnis umroh. Ia memimpin Kesatuan Tour Travel Haji dan Umrah Republik Indonesia (Kesthuri) didirikan olehnya pada 22 Februari 2014. Organisasi ini bertujuan untuk mengurus penyelenggaraan haji dan umrah, serta memberikan pendidikan dan kesadaran kepada masyarakat tentang pengelolaan haji dan umrah yang baik.
Selebihnya, ia adalah salah satu senior yang memberi perhatian besar terhadap komunitas SAMARO MASE, yang aktif menghidupkan nilai-nilai adab sipangadereng/sipangadakkang dalam kehidupan warga KKSS.












