Catatan Ilham Bintang
Hari Kamis (30/12), memasuki hari ketiga Tantowi Yahya dan keluarga menjalani karantina di Tanah Air. Ia dan keluarga kembali ke Tanah Air setelah hampir lima tahun menempati pos Duta Besar di New Zealand.
Tantowi tiba di Jakarta, Selasa, (28/12) dan terhitung hari itu juga menjalani karantina di Hotel Mandarin, Jakarta.
Tanto, begitu ia biasa disapa, dikarantina bersama istri, Dewi Yahya, dan putera bungsunya. Menempati dua kamar, bertarif Rp.51 juta untuk sepuluh hari.
Saya mengikuti perjalanan Tanto balik ke Indonesia via WhatsApp Group ( WAG). Mulai dari ketika dilepas dengan perasaan haru oleh staf KBRI dan warga Indonesia di Bandara Wellington.
Dubes Keliling Pasifik itu menumpangi pesawat Singapore Airlines (SQ) yang penerbangannya transit dua kali. Pertama, di Christchurc selama dua jam. Transit kedua,di bandara Changi Singapore selama 5 jam. Fotonya ketika di Changi diposting di WAG oleh Dubes RI Singapura, Suryopratomo. Selama transit di Changi ia dihandel oleh Dubes Suryopratomo. Total perjalanan sekitar 16 jam sampai tiba di Bandara Soetta.
Komunikasi dengan Anak Via Ponsel
“Kami swab PCR dulu di bandara Soetta sebelum masuk karantina,” kisah Tanto ketika saya hubungi tadi pagi lewat ponsel. Tanto cerita, selama karantina, dia dikurung dalam kamar. Tidak bisa beredar kemana-mana. Lift dikunci. Bahkan antar kamar saja tidak boleh saling mengunjungi. Maka, komunikasi dengan putranya saja pun di kamar sebelah, lewat ponsel. “Makanan juga disediakan hotel.Tidak bisa pesan makanan kesukaan dari luar,” ungkapnya. Bertambah seru, karena view kamarnya tidak menghadap bundaran HI yang bisa merekam denyut nadi mobilitas warga Ibukota.
View kamarnya menghadap jalan Imam Bonjol yang relatif sepi. ” Apa boleh buat Bang, ini harus kita lalui demi keselamatan dan demi aturan. Padahal, rindu kami pada keluarga sudah membubung. Maklum, hampir lima tahun, tidak ketemu,” kata Tanto.
Selama menjalani masa karantina, musisi musik Country itu tetap beraktifitas. Berinteraksi dengan banyak kalangan lewat Zoom. Kegiatan lain berolahraga. Tanto dan Dewi termasuk pasangan yang maniak olahraga.
Diskresi
“Wah! Pak Dubes TY kalah sakti dari Mulan Jamela,” goda saya di WAG. Kemarin. Tidak lama setelah Tanto menginformasikan tengah menjalani karantina. “Bukan kurang sakti, Pak Dubes TY tidak mau diistimewakan walau kastanya brahmana, sementara rakyat jelata harus karantina 14 hari karena kasta mereka sudra, ” selak Karni Ilyas di WAG yang sama.
Mulan Jamela adalah anggota DPR-RI yang belum lama bikin geger karena tidak mengikuti karantina, selepas perjalanan dinas ke Turki. Mulan beserta keluarga dan seluruh rombongan anggota DPR-RI mendapat diskresi tidak menjalani karantina. Geger timbul karena indikasi diskriminasi warga dalam penegakan aturan karantina di Tanah Air. Malah, geger itu coba diatasi dengan penerbitan aturan baru dari Satgas Covid19 yang membenarkan langkah Mulan. Artinya, ada diskresi bagi pejabat negara untuk tidak mengikuti karantina. Sebenarnya, Tanto bisa juga menikmati fasilitas itu. Tanto pejabat negara. Meskipun tidak lagi sebagai Dubes RI di New Zealand, tetapi Tanto masih Dubes Keliling untuk Kawasan Pasifik.
Apalagi Zoom di hari pertama, kabarnya antara lain dengan pucuk komando penanggulangan Covid19 di Indonesia. Yaitu : Luhut Binsar Panjaitan. Tanto tegas tau mau diistimewakan. Dia perlu bersama rakyat, menjalani aturan karantina. Hampir lima tahun di NZ, dia menyerap betul politik moral berdasar prinsip keadilan para pejabat pemerintah di sana. PM Jacinda Ardern menjadi model utama politik moral tersebut.
“Ada cerita menarik nih Bang Karni. Menjelang landing di Soetta, seorang teman lama (mantan anggota DPR), tanya saya apakah saya dan keluarga akan masuk karantina? Saya jawab, iya dong. Saya balik tanya ke yang bersangkutan : apakah dia sekembali dari Singapore akan juga karantina? Jawabnya secara official memang begitu, tapi bisa diatur lah. Saya shock namun tetap mencoba tenang dengan jawaban kawan tersebut,” respons Tanto kepada Ponggawa Talks Show ILC itu.
“Lantas ingatan saya melayang ke NZ, negeri yang baru saja saya tinggalkan. PM Jacinda Ardern tidak pernah mau melakukan perjalanan ke LN karena ketika kembali dia harus masuk karantina dulu dua minggu yang sekarang jadi seminggu. Baginya berat. Padahal, sebagai PM ada diskresi untuk berbeda dengan aturan untuk rakyat,” sambung Tanto. Jacinta Ardern memang dikenal sebagai pejabat yang sangat perduli melindungi warganya pada serangan Covid19. Malah dinilai over proteksi bagi sebagian kalangan. Sekarang PM NZ itu masih menurut border bagi pengunjung luar negeri. Padahal, kasus Covid19 terbilang terendah dibandingkan negara lain. Bahkan dengan negara yang jumlah populasinya sama besar, seperti Singapura.
Populasi New Zealand 5.084 juta jiwa (2020). Sampai 28 Desember 2021, kasus Covid19 di New Zealand “hanya” 13.986 dan wafat 51. Kasus hariannya per hari itu 54. Atau rata-rata 57. Jumlah kasus Singapura sendiri 278.000 dan wafat 825. Kasus hariannya per 28 Desember, 365, dan rata-rata mingguan 289 kasus.
Di seluruh dunia, Covid19 menulari 283 juta warga dan yang wafat 5,41 juta per 28 Desember 2021. Sebagai perbandingan, Indonesia ( berpenduduk 277 juta) yang terpapar Covid19 sebanyak 4,26 juta dan yang wafat 144 ribu jiwa.