Bachtiar Adnan Kusuma: Peran dan Optimalisasi Gerakan Literasi dan Numerasi Tak Bisa Berhenti

0
566
- Advertisement -

PINISI.co.id- Juru Bicara Tim Pendamping Literasi Daerah Provinsin Sulawesi Selatan, menggugat kembali peran Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota dan seluruh elemen yang terkait agar terus menerus menggerakan literasi dan numerasi di seluruh satuan pendidikan.

Hal tersebut, disampaikan Ketua Tim Pendamping Literasi Daerah Kabupaten Maros, prihatin optimalisasi Gerakan Literasi dan Numerasi di seluruh satuan pendidikan mengalami degradasi.

Menurut BAK, keberadaan TPLD sangatlah strategis dalam penguatan literasi dan Numerasi di sekolah. Strategi implementasinya di ruang fisik, sosial afektif dan akademik menjadi pintu masuk terciptanya budaya literasi di sekolah.” Sekolah diharapkan menjadi simpul utama kolaborasi yang bertujuan membangun warga sekolah sebagai Pembelajar sepanjang hayat,” kata Penerima Penghargaan Tertinggi Nugra Jasadharma Pustaloka Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Karena itu, menurut BAK sepertinya, siswa membutuhkan penguatan literasi dan numerasi, hal ini menuntut peran dan optimalisasi Tim Pendamping Literasi Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota untuk turun tangan. Berbagai fakta survei pada tingkat nasional dan dunia secara konsisten dari tahun ke tahun, menunjukkan bidang literasi dan Numerasi mengalami peningkatan, bahkan cenderung menurun. Kondisi ini terjadi karena proses pembelajaran di satuan pendidikan mengabaikan literasi dan numerasi sebagai kerangka utama berpikir.

Akibat kondisi inilah, menurut BAK kondisi ini pula akibat Covid 19 yang memaksa siswa belajar di rumah, ketidaksiapan guru mengajar dan minimnya sarana prasarana pendukung mengakibatkan kegiatan pembelajaran terganggu. Survei kementerian pendidikan dan kebudayaan mengungkap 67,11 persen guru mengalami kendala dalam mengoperasikan perangkat digital, 87,7 persen siswa kekurangan fasilitas pendukung laptop, listrik, jaringan internet dan gawai. Dampaknya konsentrasi dalam belajar 51,1 persen.Sementara survei komisi perlindungan anak Indonesia, 76,7 persen siswa tak suka belajar di rumah, penyebabnya kurang istirahat dan kelelahan karena mengerjakan tugas semua mata pelajaran 37.1 persen. Akibatnya, siswa mengalami penurunan kemampuan belajar (learning loss).

- Advertisement -

Dan, kuncinya, lanjut BAK dibutuhkan peran optimalisasi TPLD terutama mendorong para orang tua agar menciptakan ekosistem belajar di rumah yang sehat dan kondusif. Demikian pula sekolah perlu terus menerus menggerakkan Gerakan Literasi dan Numerasi tiada henti. (Van)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here