Kolom Fiam Mustamin
KAMI menyapanya Bunda … bersama 10 orang putra putrinya dengan pasangan H. Najamuddin Daeng Lewa dari Mandar.
Bunda dari Gowa Jenneponto Mandar, kelahiran 27 November 1940.
Kesepuluh putra putrinya ialah: Sukma Ginawati Dg Memang, Abdul Basid Jenma, Nina Marlina Dg Kebo Manisi ,
Muh.vArham Jaya Dg Sijaya, Irna Febrianti Dg Layuq, Yusan Budiawan Dg Bani, Ikamsul Adigamal Dg Bella,
Maurina Molek Ganggalarasati Dg Tonji , Indrasari Muliasmita Dg Tajammeng dan Oka Dirga Gowarna I Dg Sombaopu.
Semua anak-anaknya memiliki nama panggilan Paddaengan. Saya menemukan adik-adik ini etika masa kecil di rumah jalan Maipa Makassar.
Bunda saat itu annggota Dewan Kesenian Makassar
(DKM) Departemen Seni Tari. Bunda aktif mengajarkan tari di kediaman dan di sanggar di Benteng Fort Rotterdam dan terikut juga anak-anaknya.
Kembali Menikah Di Kampung
TAK menduga Bunda dan Dg Naja bersama dua orang putranya yang masih anak-anak ketika itu datang menghadiri resepsi pernikahan saya di Tajuncu Soppeng tahun 1991. Waktu itu datang juga Daeng Rajab Fattah dari Pangkep.
Putri Bunda kelima Irna Febrianti Dg Layuq bersuamikan Andi Yusran Bunga Haryadi Datu Mangkona, tinggal di Takkalala Marioriwawo Soppeng.
Di Jakarta
SAYA sering jumpa Bunda di Taman Ismail Marzuki Jakarta. Selain mengajar tari Bunda juga menciptakan koreografi tari etnis Makassar antara lain Tari Pakarena, Tari Pajaga, Tari Pajoge , Tari Pegellu, Tari Patu’du dan menciptakan tari kreasi baru antara lain Tari Batara, Tari Pakarena Sikru , Tari Bunga Tonjong dan lain- lain.
Karena itu pula Bunda sering diundang jadi dosen tamu di Jurusan Tari Institut Kesenian Kesenian Jakarta (IKJ); dulu namanya Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ).
Bunda juga pendiri Yayasan Perguruan Pratama Karya SMP/SMU khusus untuk anak-anak keluarga kurang mampu. Selain itu Bunda perintis berdirinya SMIK (Sekolah Menengah Industri Kerajinan) di Kabupaten Gowa.
Pendiri Konservatori Kesenian Sulawesi (KKS) yang kemudian dinegerikan menjadi Konsevatori Tari, selanjutnya menjadi Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) yang berlokasi di
Sungguminasa Gowa.
Mahasiswi tari Wiwiek Sipala asal Wajo yang pernah memperdalam tari di Amerika Serikat cukup dekat dengan Bunda sampai saat ini yang diperlakukan sebagai anak.
Selain seni tari, Bunda juga aktif menulis syair dalam teks pappasang/pesan kearifan dalam bahasa Makassar.
Antara lain cerpennya, Malania Daeng Kanang, cerita bersambung tentang wanita malam yang memikat berperan jadi mata mata pejuang.Tokoh Malania ini diperebutkan oleh serdadu Belanda.
Cerita bersambung itu saya muat di Bulletin KKSS. Belum sampai ending bulletin itu tidak terbit dan arsip naskah itupun ikut raib berpindah kantor mengikuti siklus pergantian pengurus baru.
Bunda seperti tak mengenal lelah terus bergerak dan berkarya. Termasuk pendiri Institut Kesenian Sulawesi (IKS) bentukan Hj. Andi Nurhani Sapada bersama budayawan Matulada, H.D. Mangemba, MN Syamrasdiana Mangemba dan Munasiah Dg
Jinne pada 1962.
Sekian lama tidak jumpa, Bunda menjadi anggota DPRD di Sulbar.
Saksi Nikah
SEJAK dulu Bunda memanggil saya anak, entah apa yang ada dalam batin Bunda.
Berpesan untuk mewakilinya di pernikahan anaknya Molek dan Oka. Tentu saya terharu dengan kepercayaan ini.
Dan itupun juga saya rasakan bagaimana penghormatan adik-adik itu semua, termasuk yang belum jumpa setelah dewasa seperti Basid, Arham dan Ikamsul.
Seusia Bunda saat ini masih terus aktif berkarya, membagi ilmu tarinya kepada masyarakat. Bunda menjadi pemeran dalam salah satu film layar lebar berjudul Jangan Renggut Cintaku dari basik cerita cerpen Langka langka Dalam Gerimis karya Rshman Arge, disutradarai oleh Nurhadi Irawan 1992 .
Di tahun 1958, Bunda bermain dalam film Prajurit Teladan sebagai penari (Tari Pakarena). Bunda juga bermain dalam Sinetron Annisa , dan Penantang Badai.
Juga bermain dalam teater OPA karya Rahman Arge pentas di Taman Ismail Marzuki (TIM). Kemudian berperan sebagai istri Karaeng Pasau dalam teater Dg Pasau karya Jamaludin Efendi di Makassar.
Bunda berperan penting sebagai Sangiang Serri/Goodes of Rice/Dei Padi dalam pertunjukan teater Epos I Lagaligo; karya sastra dunia yang mendapat pengakuan Memori Of The World UNESCO (Warisan Dunia) tahun 2014. Perannya sebagai Sangiang Serri/ Goodnes of Rices/ Dewi Padi, dipuji oleh sutradara Robert Wilson.
I Iagaligo telah tampil di 11 kota panggung internasional di tahun 2004, Taman Mini 2005, Fort Rotterdam Makassar 2011 dan di Ciputra Artpreneur Jakarta 2019.
Saat ini Bunda aktif menulis di koran Fajar Pendidikan dan Koran Matahari Timur.
Organisasi
Usia tak menjadi kendala untuk tetap aktif di beberapa organisasi antara lain ; Pemuda Panca Marga (PPM) sebagai anak Purna Wirawan TNI Angkatan Darat, Junubi Damang. Keluarga memanggilnya Nenek Tentara tahun 1950, Komandan Batalion 718 / 721. M Makatang Dg Sibali .
Sekarang juga aktif dalam Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia (IKWI) Sulsel dan sesekali bila diperlukan tampil sebagai penyiar budaya RRI Nusantara 4 sejak 2014 – bersama Bakhtiar Sila dan Arwan Cahyadi. Selain itu, Bunda ikut berperan Yusan Budiawan, putra keenam dengan lakon penutur Patotoe, penentu nasib.
Putrinya Irna Febrianti Dg Layuq yang bersuamikan Andi Yusran aktif membina kesenìan Kabupaten Soppeng bersama anaknya Andi Nur Syifa dan Andi Daffa.
Bunda juga tergabung sebagai anggota PARFI (Persatuan Artis Film lndonesia Cab Sulsel) dengan Ketua Sahriar Tahto .
Berharap di ulang tahunnya Bunda nanti 27 November 2022 dipersembahkan sebuah kado, Memoar 82 Tahun Sang Sepuh Tari Dari Bumi Sawerigading.
Kini tinggal berdua, Aspar Paturusi pendiri DKM dan Bunda pembina DKM.
Salama’.
Legolego Ciliwung 15 Maret 2022