PINISI.co.id– Hidup manusia modern tak bisa dipisahkan dengan informasi. Informasi diperoleh dari buku-buku lewat perpustakaan otomasi dan digital.
“Perpustakaan wajib hadir memenuhi kebutuhan informasi manusia, karena menimbulkan rasa cinta membaca, memperluas, memperdalam penguasaan ilmu pengetahuan, kemampuan belajar, kemampuan bahasa, dan daya pikir,” ujar Bachtiar Adnan Kusuma, Tokoh Penerima Penghargaan Nugra Jasadharma Pustaloka Perpustakaan Nasional RI ketika menjadi instruktur tamu Kelas Menulis Daring (KMD) elipsis melalui kanal Zoom Cloud Meeting, Jumat (22/).
Pentingnya peran perpustakaan tersebut, kata Bachtiar, sekolah-sekolah harus menjadi pusat gerakan literasi yang mampu menumbuhkan semangat membaca dan menulis di kalangan siswa.
Pernyataan Bachtiar itu sekaligus menjawab keresahan salah seorang guru yang juga peserta KMD elipsis asal Solok Selatan, Dian Sarmita, yang mengatakan bahwa dirinya sebagai guru sangat susah mengajak siswa membaca buku apalagi menulis karangan.
“Anak-anak lebih asyik dengan dunianya sendiri, berjarak dengan buku, dan lebih akrab dengan gawai,” ungkap Dian Sarmita.
Keluhan Dian Sarmita setidaknya mewakili guru-guru lainnya di Indonesia yang menghadapi kondisi sama ketika berhadapan dengan siswa yang enggan membaca buku.
“Masalah itu dapat diurai jika sekolah lebih kreatif membentuk ekosistem sekolah literat yang di dalamnya memberdayakan potensi siswa dan perpustakaan untuk menjadi garda terdepan membangun gerakan literasi,” kata Bachtiar.
Ia pun berharap kepada guru untuk menjadi teladan bagi siswa agar suka membaca buku. Artinya, guru memberi contoh sebagai pembaca buku yang baik, selalu mengunjungi perpustakaan, senang membawa buku ke mana saja, juga guru menulis buku.
“Jadi, siswa tidak selalu menjadi objek yang disalahkan, melainkan ada upaya sekolah agar siswa mau membaca buku,” papar Bachtiar.
Dia berharap sekolah-sekolah memaksimalkan peran perpustakaan sekolah, pojok-pojok baca kelas, membentuk sanggar-sangar baca dan menulis, juga mengkampanyekan gerakan literasi yang berkelanjutan di sekolah.
Ia mengungkapkan, ada dua faktor yang memotivasi seseorang membaca buku, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal adalah IQ, minat, sikap, bakat, motivasi, dan tujuan membaca, sementara faktor eksternal ketersediaan sarana membaca, teks bacaan berat/ringan, lingkungan sosial, budaya, ekonomi, kebiasan, dan tradisi membaca yang dimulai dari rumah tangga.
“Peran keluarga juga tak bisa diabaikan dalam menumbuhkan minat membaca masyarakat, khususnya siswa,” ujar Bachtiar.
Bachtiar memberi apresiasi kepada KMD elipsis sebagai kelas menulis yang eksis membina penulis-penulis pemula sejak pandemi masuk ke Indonesia.
“Komunitas-komunitas seperti elipsis inilah yang ikut menggiatkan semangat membaca buku dan menulis,” tambah Bachtiar. (rls)