PINISI.co.id- Puncak reuni SMA PPSP IKIP Ujungpandang terasa istimewa karena diawali dengan pernikahan sesama alumni: Udin Mayang (angkatan 81) bersama Indriana (angkatan 85) di The Culture Club Makassar, Jumat sore (6/5/2022). Di antara ratusan alumni PPSP yang hadir, mereka berdua tampak paling bahagia, karena pasangan yang sudah berstatus kakek-nenek ini, berjanji mengikat tali kasih selamanya, sampai ajal menjemput seturut lantunan doa yang didaraskan oleh peserta reuni yang menghadiri pernikahannya dengan suka cita.
Setelah dua tahun dikungkung pandemi Covid-19, reuni membentuk kesadaran bersama akan kenangan indah semasa SMA PPSP sedikitnya tiga dasawarsa lalu. Meski tiga tahun di SMA adalah masa singkat ketimbang perkuliahan, namun periode tersebut disebut kurun yang paling manis dalam fase hidup seseorang. Bukankah di masa itu orang untuk pertama kali jatuh cinta?
Mungkin di masa itu, Udin dan Indriana diam-diam saling menaruh hati, namun malu-malu mengekspresikan perasaannya sebagaimana galibnya sepasang remaja tanggung. Reuni kali ini menjadi simpulan bahwa Udin dan Indriana yang semula mempunyai pasangan hidup masing-masing, menemukan kembali mahligainya yang terpendam puluhan tahun lamanya.
Sehari Penuh
Reuni PPSP Ujungpandang digelar sejak Minggu pagi hingga malam hari di tempat Udin dan Indriana melangsungkan resepsi pernikahan dua hari sebelumnya.
Sekitar 556 alumni PPSP angkatan 1975 hingga 1988 memenuhi ruangan The Culture Club meluapkan kegembiraannya setelah sekian lama berpisah oleh jarak dan waktu. Yang mengharukan sejumlah Bapak dan Ibu guru PPSP hadir pada Reuni Akbar yang dihelat malam hari. Antara lain guru Samad, Burhanuddin dan Jamiah. Murid-muridnya menyalami dengan taksim kepada gurunya yang sudah sepuh. Seorang murid bernama Andi Dora, angakatan 81, memberikan hadiah umroh kepada Pak Samad sementara dua guru lainnya mendapat hadiah serupa dari Alfiah Amiruddin angkatan 86.
Pada pagi hari kemeriahan acara saat dilombakan Theme Song Festival yang diikuti seluruh angkatan. Setiap angkatan melantunkan lagu pilihan yang dinyanyikan sedikitnya 10 vokalis berikut dengan gerakan tari. Lagu-lagu yang hits dengan beat rancak pada era 70-dan 80-an mengiringi gerakan dan nyanyi. Namun, saat gelaran acara, tiba-tiba terkabar Hj. Roslan Andi Mappatola, ibunda Wati Ambo Ala, alumni PPSP 79 wafat dan sebagian peserta reuni melayat ke rumah duka.
Masjid sebagai Legasi
Ketua Umum IKA PPSP Ujungpandang Suardi Saleh, tak memungkiri bahwa alumni PPSP kelak akan “musnah”. Karena itu, Suardi yang juga Bupati Barru ini, menyarankan agar ada Ikatan Keluarga PPSP yang dapat dilanjutkan oleh turunan para alumni.
Namun yang paling penting, menurut Suardi adalah pembangunan masjid PPSP IKIP Ujungpandang yang terletak dalam kawasan The Culture Club. “Masjid adalah legasi bagi kita ketika kita telah tiada,” katanya seraya mengajak hadirin untuk menyisihkan sebagian rezekinya untuk penyelesaian pembangunan masjid yang berlantai dua ini.
Di masjid ini pula digelar halal bihalal setelah shalat Magrib dan Isya berjamaah. Ustad Salahuddin Rahman mengingatkan bahwa reuni sering lupa diri dan usia. “Kadang reuni itu ta’kotak-kotaki karena perbedaan. Maka tak akan masuk surga seseorang apabila memutuskan tali silaturahim. Semoga reuninya nanti di tanah suci umrah bersama,” doanya.
Sebaliknya Suardi juga merasa bangga karena PPSP merupakan salah satu lembaga pendidikan SMA terbaik di kota Makassar dan menghasilkan SDM yang dapat diandalkan.
“Saya berharap kita membuat program website sebagai wadah komuniskaai antaralumni,” ucapnya.
Waris Ardhy yang mewakili panitia dan pemilik The Culture Club mengakui reuni mustahil terlaksana jika tidak terkumpul energi kreatif.
Setelah peserta reuni cipika cipiki, tertawa-tawa hik hik hik mengulang cerita lama, berswa foto sambil cengengesan dan nyanyi-nyanyi, berjoget meski encok; menjelang larut malam, mereka pulang membawa pengalaman tak terlupakan dan menyimpan kenangan manis masing-masing. (Alif)