PINISI.co.id- Tak ada karangan bunga, alih-alih tembakan salvo manakala orang orang biasa meninggal seperti halnya Daeng Amin — sebutan akrab untuk nama Amin Ansari Dewata.
Daeng Amin berpulang ke Rahmatullah di usia 77 tahun, Senin, 24 Oktober 2022 di Tangerang Selatan dan dimakamkan pada siang di Curug.
Daeng Amin meninggal seusai menunaikan ibadah shalat tahajud. Ia seperti sahabatnya di KKSS Surya Dharma yang juga wafat setelah menjalankan tahajud di masjid dekat rumahnya beberapa tahun lalu.
Di lingkungan BPP KKSS utamanya di periode kepengurusan Andi Oddek pada dekade 80-an hingga era Jenderal Rivai tahun 2009, sosok Daeng Amin sangat familiar, lantaran pria berbadan liat ini adalah warga yang aktif dalam berbagai aktivitas KKSS. Pun ia salah seorang ‘staf umum informal’ di Kantor KKSS semasa kepemimpinan M. Taha dan Rivai.
Seperti halnya almarhum Surya Dharma, Daeng Amin tipikal warga KKSS yang setia berKKSS tanpa pamrih, tidak lebih dari sekadar mengikat dan memperluas tali silaturahim sesama warga.
Tugas-tugas almarhum adalah dinas luaran, selain berbagai pekerjaan dalam kantor ia bisa tangani sekaligus. Kerap ia menginap di kantor apabila ada event-event besar yang akan digelar KKSS.
Peran Daeng Amin dalam sebuah organisasi besar seperti KKSS, sekilas tampak sepele, namun, peran-peran kecil itulah yang menggenapi sebuah ekosistem organisasi sehingga dapat berjalan dengan semestinya. Mirip sebuah skrup kecil dalam mesin turbin, yang menguatkan ketahanan motor agar meluncur mulus.
Sebelum berkecimpung di KKSS, Daeng Amin adalah seorang unit di bidang perfilman. Kerap ia menjadi figuran akan tetapi ia lebih sering memainkan pemeran pengganti (stuntman). Pernah ia berseloroh bahwa sebagai pemeran pengganti, dia tak punya nama, meskipun badan cedera atau kepala penuh benjolan akibat berguling-guling dari atas gunung.
Namun, demi keutuhan sebuah film maka peran stuntman seperti ia lakoni menjadi sangat menentukan bagi aksi-aksi laga.
Tak jarang dia juga menjadi pelatih bela diri untuk aktor-aktor legenda layar lebar seperti Ratno Timoer. Daeng Amin memang piawai bermain pencak silat dan karate. Ia adalah pemegang sabuk yang cukup tinggi levelnya.
Sejak di Dewan Kesenian Makassar, Daeng Amin sudah aktif berkesenian, antara lain menjadi pemain teater atau film meski melakoni peran-peran pinggiran, laksana melakoni realitas hidupnya yang banyak berada di pinggiran.
Daeng Amin perlu bekerja dalam banyak lini dan bergelut apa saja mengingat ia harus menghidupi sejumlah anak. Dia pernah mengaku sebagai seorang “ayah” yang tak sempurna.
Di Jakarta, misalnya ia sempat jadi wartawan film penggal waktu (freelance) dan pekerja serabutan hingga ia berlabuh di KKSS. Terakhir almarhum masih menghadiri Mubes KKSS di Solo pada 2019.
Saat itu, ia tidak banyak bercakap-cakap dan lebih cenderung menyapa seperlunya. Dan setelah itu, ia tak pernah lagi hadir di acara KKSS, meskipun kemunculannya ditunggu-tunggu oleh sejumlah sahabatnya.
Tak ada kabar dia sakit atau apa, dan tiba-tiba saja datang penyampaian bahwa dia telah dipanggil oleh Sang Pencipta kembali ke Haribaannya.
Semoga Daeng Amin mendapat ampunan-Nya dan diberi tempat terindah oleh Allah SWT. (Alif)