I Ninnong, Arung Matowa Wajo Ke 47 dan Terakhir di Kerajaan Wajo

0
2655
- Advertisement -

Kolom Andi Wahida. S

I Ninnong merupakan anak semata wayang pewaris tunggal Arung Tempe dan Renreng Tua, menggantikan ayahandanya yang meninggal ketika Andi Ninnong baru berumur enam tahun.

Pada usia 7 tahun Andi Ninnong dimasukkan ke sekolah Gevernament selama 4 tahun di Sengkang lalu masuk lagi ke sekolah Belanda H.I.S (High Indishe School) sampai dengan tahun 1922. I Ninnong adalah satu-satunya putri Bugis dan anak wanita yang pertama tamat dari sekolah itu.

Ketika telah berusia 15 tahun, dikawinkan dengan I Malingkaan Karaeng Riburanne dari Gowa, anak dari pasangan I Mahmud Karaeng Beroangin dengan I Batari Arung Berru. I Batari Arung Berru sendiri adalah saudara kandung dari raja Gowa XXXIV Makkulawu Sultan Husain.

Dari hasil perkawinannya membuahkan sebanyak 11 orang putra-putri, namun hanya 2 orang yang hidup. Diantara ke 2 putra-putri itu dapat disebutkan.

  1. Andi Baharuddin sebelum menjadi Arung Tempe pernah menjadi tentara dengan pangkat Kapten. Ia gugur dalam tugas pada zaman gerombolan DI/TII, kemudian ia digantikan oleh isterinya Andi Parenrengi Petta Ulang Sebagai Arung Tempe.
  2. Andi Mahmud gugur sebagai kesuma bangsa dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada clash kedua Belanda tahun 1948 di daerah sekitar Tuban dan tidak diketahui makamnya. Ia berpangkat Letnan Satu dan mendapat penghargaan berupa bintang gerilya.
- Advertisement -

I Ninnong dan Suaminya I Mallingkaan yang tidak kenal putus asa, walaupun merelakan kehilangan keluarganya dalam perjuangan kemerdekaan ini.

Setelah kemerdekaan diproklamirkan tentara NICA masuk Sulawesi Selatan termasuk ke Wajo, melahirkan perbedaan pendapat dan Belanda lebih mudah menguasai Tanah Wajo.

Kelompok yang menolak kehadiran Belanda mengundurkan diri dari Jabatannya dan melakukan perlawanan termasuk I Ninnong dibantu Rakyat Wajo seperti Sulaiman / La Mappabengnga putra Arung Ma’bicara Wajo La Pa’bicara Daeng Pagella dari Tosora.

I Ninnong meletakkan jabatannya
Sebagai Ranreng Tua Wajo, dan suaminya I Malingkaan dibunuh oleh pasukan Westerling dan Anaknya yang bernama La Mahmud tewas di Jawa dalam perang perjuangan Kemerdekaan sekitar Tuban Jatim tanpa ditemukan jenazahnya.

Tanggal 22 Desember 1946 atas prakarsa Belanda dibentuklah sebuah WANUA INDONESIA TIMUR atau NIT dan Kerajaan Wajo merupakan salah satu anggota dari sekian banyak kerajaan yang bernaung dibawah negara bentukan tersebut.

La Mangkona mengundurkan diri jadi Arung Matoa Wajo Ke-45, beliau di gantikan La Sumage Rukka Pattola Wajo menjadi Arung Matowa Wajo Ke-46.

Tahun 1950 suasana politik semakin meruncing Wanua Indonesia Timur atau NIT dibubarkan oleh revolusi dan Wajo merupakan salah satu daerah yang menyatakan keluar dari NIT sebelum NIT bubar. Kondisi keamanan di daerah Wajo semakin tidak stabil , banyak orang yang meninggalkan Tana Wajo dan menetap di Makassar, termasuk ExKali Wajo IX Syekh Haji Abdul Qodir Jaelani.

Dewan Partaian Daerah yang merupakan organisasi yang lahir dari sebuah revolusi mengangkat I Ninnong Datu Tempe sebagai pengganti La Sumange Rukka untuk menjabat pemangku adat di Tana Wajo sebagai Arung Matowa Wajo Ke-47.

Kondisi ” SIANRE BALE ” tahun 1950 di Akkarungeng Wajo, dan I Ninnong diganti dengan Kepala Pemerintahan Negeri yang di jabat oleh Andi Pallawarukka Pilla Wajo.

Pada masa pemerintahan Andi Pallawarukka sebagai KPN kondisi Pettai ri Wajo sudah kosong dan dibubarkan, sehingga Arung Matowa Wajo ke47 I Ninnong Ranreng Tuwa Datu Tempe sebagai Arung Matowa Wajo terakhir.

Wajo masuk bagian dari daerah otonom Bone pada waktu itu sehingga melahirkan sebuah tuntutan bersama Soppeng agar diberikan status yang sama dengan Bone.

La Magga Amirullah setelah kembalix dari Jawa membawa sebuah SK atas pengangkatan dirinya sebagai Pamong Praja di Kabupaten Wajo. Sehingga menggantikan La Pallawarukka sebagai Kepala Pamong Praja dalam Kabinet Puteha.

Akibat dari banyaknya pemberontakan di daerah sehingga Swapraja dibubarkan di tana Sulawesi dan digantikan oleh La Pallawarukka sebagai KPN.

KPN Tuntutan masyarakat Wajo dan Soppeng untuk mendapatkan kedudukan yang setara dengan Bone terus di perjuangkan termasuk dibawah pemerintahan La Pallawarukka dan akhirnya permintaan tersebut baru di setujui oleh pemerintah RI pada tahun 1957 dan resmilah Wajo menjadi sebuah daerah Kabupaten dengan Bupati pertama yaitu Andi Tanjong.Tuntutan masyarakat Wajo dan Soppeng untuk mendapatkan kedudukan yang setara dengan Bone terus di perjuangkan termasuk dibawah pemerintahan La Pallawarukka dan akhirnya permintaan tersebut baru di setujui oleh pemerintah RI pada tahun 1957 dan resmilah Wajo menjadi sebuah daerah Kabupaten dengan Bupati pertama yaitu Andi Tanjong.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here