Perolehan Nobel dan Tipologi Universitas Berkelas Dunia

0
840
- Advertisement -


Kolom Hafid Abbas

Sejak Indonesia merdeka hingga saat ini, kelihatannya belum satu pun orang Indonesia yang telah berhasil meraih hadiah Nobel. Ini ironis karena sebagai negara berpenduduk keempat terbesar di dunia dengan sekitar 275 juta jiwa (BPS 2022), dan memiliki sekitar 4600 perguruan tinggi (PT) yang tersebar di seluruh wilayah tanah air. Jumlah ini sekitar empat kali lebih besar dibanding dengan seluruh jumlah PT di Afrika (54 negara) yang hanya berkisar 1225 (uniRank, 2020).

Dengan menggunakan kriteria QS World Class University (WCU 2021), di antara 28000 PT di seluruh dunia, yang menempati peringkat empat teratas adalah Massachusetts Institute of Technology (MIT), University of Oxford, Stanford University dan Harvard University. Untuk Indonesia, di antara 4593 PT di seluruh tanah air (Dikti, 2021) hanya empat saja yang masuk di kelompok 500 besar WCU yakni: UGM di urutan 254, kemudian disusul UI (293), ITB (303) dan Universitas Airlangga (465).
Jika indikator pemeringkatan satu PT yang dinilai terbaik di dunia berdasarkan prestasinya meraih Nobel, pada 2021, Harvard University adalah peringkat pertama dengan perolehan 151 Nobel, kemudian disusul oleh Columbia University sebanyak 101, dan berikutnya ditempati University of Cambridge sebanyak 90 (bestmastersprograms.org).

Dengan memperhatikan sebaran perolehan Nobel itu, seperti apa sesungguhnya tipologi satu PT yang dinilai unggul mencetak peraih Nobel.
Tipologi Columbia University
Pada 2007, saya berekesempatan sebagai Vising Fellow for International Conflict Resolution di Columbia University (CU). Waktu, itu, CU baru menghasilkan 76 peraih hadiah Nobel, namun pada 2021, jumlah itu sudah meningkat ke angka 101 dari berbagai disiplin ilmu.

Reputasi ini terlihat sesuai dengan harapan UNESCO yang meyebut universitas sebagai ”a community whose members, being fully committed to the principles of academic freedom, are engaged in the pursuit of truth, defense and promotion of human rights, democracy, social justice and tolerance in their own communities and throughout the world, and participate in instruction for genuine participatory citizenship and in building a culture of peace (Policy Paper, 1995).”

- Advertisement -

Meminjam pendekatan 4-A Katerina Tomasevski, Pelapor Khusus PBB (United Nations Special Rapperteur) 1998-2004 tentang hak atas pendidikan yang menggunakan parameter-paramenter HAM untuk menilai tipologi satu institusi pendidikan, pendekatan itu dapat pula digunakan untuk menilai tipologi CU berdasarkan data: ketersediaan (availability) sarana dan prasarana pendidikan; perluasan akses (accessibility); peningkatan mutu dan relevansi (acceptability); dan adaptabilitasnya (adaptability).

Pertama, availability terkait dengan segala sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan tri dharma satu PT. CU sebagai suatu PT swasta yang didirikan sejak tahun 1754, saat ini berkembang dengan 33413 mahasiswa, 4370 tenaga pengajar (2019) atau dengan rasio 7,6 yang berarti setiap dosen hanya melayani 7-8 orang mahasiswa. Yang mengagumkan pula, pada 2006, CU mempunyai 9,3 juta koleksi buku, 6,2 juta unit microform, 28 juta artikel hasil penelitian dan karya-karya ilmiah lainnya, dan lebih 600 ribu buku-buku langka. Jika dibandingkan jumlah koleksi tersebut (lebih 44 juta) dengan jumlah mahasiswa 23000 saat itu, rasionya setiap mahasiswa dapat meminjam sekitar 2000 buku setiap hari. Selain itu, universitas ini memiliki 25 perpustakaan yang juga mempunyai electronic connection dengan perpustakaan lain dan badan-badan internasional sehingga mahasiswa mempunyai akses untuk memperoleh buku dan jurnal ilmiah dalam jumlah yang tidak terbatas.

Data 2007, anggaran tahunan (annual budget) CU sebesar USD 2,54 miliar untuk membiayai seluruh kegiatan operasionalnya. Namun pada 2022, angka itu meningkat ke USD 5,8 miliar. Sebesar 59% dari jumlah itu dibelanjakan untuk kegiatan pendidikan, penelitian dan administrasi, 15% untuk kedokteran, selebihnya untuk perpustakaan, dan kegiatan operasional lainnya.

Di sisi lain, pada 2006, CU ini memperoleh pendapatan sebesar USD 2,71 miliar, 24% dari jumlah itu bersumber dari grant dan kontrak kerja dengan institusi pemerintah, 19% dari uang kuliah mahasiswa, 15% dari hasil penelitian, 15% dari Rumah Sakit, 11% dari keuntungan kegiatan bisnis kampus, 12 % dari kontrak dengan pihak swasta, dan 4% dari sumber-sumber lainnya.

Pada akhir Juni 2006, CU mempunyai dana abadi (endowment) sebesar USD 6 miliar yang kini sudah meningkat menjadi USD 13,3 miliar (2021)

Menarik pula dicatat bahwa uang kuliah mahasiswa program S1 per tahun (2007-2008) adalah USD 37223, dan jika tinggal di asrama, terdapat biaya tambahan sebesar USD 9937, atau sekitar IDR 470 juta biaya kuliah setiap mahasiswa per tahun. Saat ini (2022) biaya kuliah itu meningkat ke USD 63530 per tahun (net tuition fee) atau berkontribusi sebesar USD 1,5 miliar atau 26% dari total anggaran tahunannya, sama dengan kontribusi Rumah Sakit (26%), hibah pemerintah USD 1,2 miliar (21%), dan pendapatan hasil investasi (investment income) USD 644 juta (11%), selebihnya dari berbagai sumber lainnya. Jika dijumlahkan, CU mengelola USD 19,1 miliar atau sekitar IDR 300 triliun setahun (kurs tukar rupiah IDR 15633).

Kedua adalah accessibility yang terkait dengan pemberian kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat luas untuk memperoleh pendidikan di CU. Pada 2006, CU memiliki sekitar 23000 mahasiswa, ternyata sebagian besar adalah mahasiswa asing yang berasal dari 155 negara, terbanyak dari China, Korea Selatan, India, Canada, dan Japan. Dari seluruh mahasiswa asingnya, hanya 8% S1, 32% S2 dan S3, bidang-bidang professional 30%, kedokteran 11%, selebihnya program khusus dan non-gelar sekitar 19%.

Saat ini (2022), CU memiliki 33413 mahasiswa, namun hanya 4370 S1 (13%) selebihnya adalah mahasiswa S2 dan S3 atau program lainnya.

Rata-rata setiap tahun jumlah mahasiswa yang melamar kuliah ke CU mencapai 40-50 ribu orang, namun yang diterima kurang dari 10%. Pada 2021, misalnya, di antara 40462 pelamar, yang diterima hanya sekitar 7%, karena standar akademiknya yang begitu tinggi (CU Fact 2021). Fakta lainnya, CU memiliki sekitar 367041 alumni yang tersebar di 184 negara. Jaringan alumninya yang telah terbina dengan baik adalah salah satu keunggulan universitas ini.

Ketiga, acceptability terkait dengan pengelolaan pendidikan yang bermutu tinggi sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi, dan sesuai pula tuntutan dinamika perubahan masyarakat secara global.

Dengan layanan yang begitu bervariasi, universitas ini telah menjawab tuntutan dinamika kebutuhan masyarakat baik AS maupun masyarakat internasional. Pada 2006, tidak kurang dari 150 program studi yang ditawarkan oleh CU. Yang terbanyak kelihatannya adalah pada program S2 dan S3 dan program profesional. Semua pilihan ini tersebar di Graduate and Professional Schools: (1) Architecture, Planning and Preservation, (2) Arts, (3) Arts and Sciences, (3) Business, (4) Continuing Education, (5) Dental and Oral Surgery, (6) Engineering and Applied Science, (7) International and Public Affairs, (8) Journalism, (9) Law, (10) Medicine, (11) Nursing, (12) Public Health, dan (13) Social Work. Sedangkan untuk S1 jurusan dan program-program studi itu tersebar di Columbia College, Engineering and Applied Science, dan General Studies.

Hal yang menarik lainnya adalah program studi yang ditawarkan cenderung bersifat tailored made, sesuai kebutuhan. Jika kebutuhannya menurun, program itu dapat ditutup lagi.

Terakhir adalah adaptability yang terkait dengan bagaimana menciptakan proses pendidikan yang adaptif (adaptable) terhadap kaidah-kaidah pendidikan, prinsip-prinsip terbaik bagi mahasiswa, dan perkembangan ilmu dan teknologi. Untuk kegiatan akademik dan non-akademik mahasiawa, CU menyediakan: Support Services berupa: Administrative Services at CUMC, Accounts Payable, Campus Mail, Catering, Chaplain Controller’s Office, Environmental Stewardship, Foundation Relations Office, General Counsel, Human Resources: Benefits Overview, Jobs at Columbia, CUMC Human Resources; International Students and Scholars Office: International Faculty and Staff, New International Scholars, Ombuds Office, Off-Campus, Housing, Payroll, Printing, Projects and Grants, Public Affairs Office, Purchasing Transportation Services, dan Treasurer’s Office, dst.

Dengan iklim kepemimpinan dan tradisi akademik yang kondusif yang diperkuat dengan jaringan internasionalnya, secara keseluruhan telah mengantar CU sebagai universitas pencetak peraih hadiah Nobel kedua terbesar di dunia dan dapat mengelola dana sebesar sekitar IDR 300 triliun setahun.

Prof Dr Hafid Abbas, visiting Fellow for International Conflict Resolution di Columbia University 2007 dan Dewan Pakar KKSS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here