PINISI.co.id- Pandemi Covid-19 yang telah menewaskan 200.000 orang dan menginfeksi 3 juta orang di dunia, amat mencemaskan sebab belum dipastikan kapan penyebaran virus asal Wuhan tersebut berakhir. Pun Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa virus korona baru masih lama bersama dengan kita.
Di Indonesia, hingga Minggu (26/4/20), jumlah pasien yang positif telah mencapai 8.882 orang, meninggal 743 orang dan yang sembuh 1.107 pasien.
Menurut Kepala Departemen Manajemen Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Universitas Hasanuddin Irwandy, berdasarkan asumsi dan pendekatan ilmiah, puncak kasus penularan Covid-19 di Indonesia terjadi pada pertengahan bulan depan, yaitu Mei. Pada saat itu, total yang terkonfirmasi positif di enam wilayah episenter wabah: DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan dan Banten bisa mencapai 54.000 kasus.
“Kita harus benar-benar menekan pergerakan orang karena penularan penyakit ini akan semakin luas sebagai akibat dari mobilitas yang tinggi,” ujar Irwandy, seperti dikutip Kompas, (26/4/20).
Menurut Irwandy, apabila tidak ada interfensi sama sekali, Indonesia hanya bisa mengandalkan herd immunity, yang artinya 20-40 persen penduduk tertular. Ini berbahaya karena kapasitas pelayanan kesehatan Indonesia tidak mampu menanganinya.
Karena itu, ia mengingatkan, pentingnya pemenuhan kebutuhan alat pelindung diri bagi tenaga kesehatan. “Kemampuan menahan laju penderita yang tidak perlu perawatan di rumah sakit menjadi salah satu strategi utama guna menghindari runtuhnya sistem layanan kesehatan.
“Penambahan ruang ICU dan ventilator serta pendistribusiannya ke daerah-daerah yang menjadi lokasi penyebaran virus harus segera dilakukan,” kata Irwandy.
Larangan Mudik
Terkait larangan mudik, Irwandy menilai bisa efektif menekan penularan Cocid-19. Akan tetapi, upaya penanggulangan di setiap daerah terutama daerah episenter harus lebih masif.
Masalahnya, tutur Irwandy, dalam daerah masih berisiko terjadi penularan lokal. Karena itu, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) harus makin diperketat. Kegiatan di masyarakat harus benar-benar dikurangi. “Jika tidak, risikonya adalah terjadi gelombang kedua penularan Covid-19,” katanya mengingatkan.
“Kunci dari keberhasilan PSBB adalah pengawasan yang ketat dan kedisiplinan warga untuk membatasi kegiatan di luar rumah. [Lip/Kompas]