Kolom Ruslan Ismail Mage
Satu-satunya profesi kalau bisa disebut profesi yang tidak memiliki posisi, jabatan, kedudukan, bahkan tidak memiliki gaji tetap dalam struktur sebuah institusi baik itu negara atau pun perusahaan adalah, “Pembisik”. Walaupun tidak ada jabatan resmi dan gaji tetap setiap bulan sebagaimana profesi lain, tetapi pasilitas dan pendapatannya bisa mengalahkan semua pajabat disekitarnya.
Dalam catatan sejarah hampir tidak ada pemimpin tanpa memelihara pembisik untuk menjalankan kekuasaannya. Kalau membaca kisah para raja zaman dahulu, begitu banyak data tersaji perihal kisah para pembisik yang selalu gentayangan mendampingi sang raja. Satu diantara kisa yang mengawali era pembisik terjadi pada zaman Raja Zedekia dari Kerajaan Yehuda di Israel Selatan (596-596 SM) yang dinobatkan oleh penguasa Babilonia.
Dalam menjalankan kekuasaannya Raja Zedekia lebih banyak menuruti ambisi pribadinya dibandingkan menjalankan pemerintahan secara benar karena lebih memilih mendengar pembisiknya Hananya yang melambungkan hatinya. Raja Zedekia tidak menggubris nasehat Yeremia sebagai nabi yang diutus menyampaikan pesan Tuhan agar tidak menuruti egonya. Perjalanan waktu membuktikan Raja Zedekia dan para pembisiknya berakhir tragis. Kerajaannya berantakan, matanya dibutakan lalu digiring sebagai tawanan ke Babilonia menemui ajalnya.
Cara Kerja Pembisik
Kalau mengacu judul tulisan di atas, “Manajemen Pembisik” berati sekilas mengulas beberapa cara kerja pembisik. Pertama, punggung lebih sering ditampakkan bukan muka, karena ia bekerja di belakang panggung. Kedua, memaksimalkan menutup akses informasi ke pengambil kebijakan. Ketiga, semua orang di sekitar pemimpin dianggap jelek dan bodok kecuali dirinya. Keempat, lebih banyak menggunakan logical palacy dalam melakukan aksi bisikannya. Kelima, kurang gaul dan memilih-milih orang yang diajak bicara. Keenam, menghindari debat adu data dan realitas di forum-forum terbuka (alergi forum). Katujuh, cenderung menghindari suara kebenaran dari realitas sesungguhnya.
Pembisik berbeda dengan penasehat, staf pribadi, atau staf ahli. Penasehat sifatnya lebih banyak memberi masukan efek yang akan terjadi dari sebuah kebijakan. Staf pribadi lebih fokus melayani keperluan privat dalam menjalani kepemimpinan. Sementara staf ahli lebih banyak memberi alternatif solusi terhadap setiap problem yang dihadapi. Ketiganya memiliki budget tersendiri yang disiapkan oleh institusi karena statusnya diakui. Berbeda dengan pembisik. Sebuah istilah yang kerap ditujukan pada orang yang berada di dekat pengambil kebijakan. Ia tidak punya otoritas untuk membuat keputusan, tetapi pendapatnya yang secara tidak langsung selalu menguntungkan dirinya didengar, bahkan diminta oleh para pembuat keputusan.
Kenapa disebut pembisik? Karena sifatnya lebih fokus menyampaikan informasi yang mewakili kepentingan tertentu, tidak terkecuali kepentingannya. Informasi disampaikan sembunyi-sembunyi di tempat-tempat tertentu atau istilahnya di ruang-ruang gelap karena bersifat rahasia yang cenderung merugikan orang lain. Informasinya hanya untuk konsumsi berdua pengambil kebijakan dan dirinya sendiri sebagai pembisik. Orang ketiga, keempat dan seteruskan akan menjadi ancaman bagi eksistensinya sebagai pembisik.
Sementara ciri-ciri pemimpin atau penguasa yang menikmati bibirnya disiram madu pembisik antara lain. Pertama, kurang tertarik muncul di ruang terbuka menyapa karyawannya. Kedua, tidak percaya diri menggelar rapat terbuka menyerap aspirasi dari bawahan. Ketiga, selalu menunda turun ke bawa untuk memahami kondisi atau realitas sesungguhnya yang terjadi. Keempat, tidak berusaha mengetahui secara langsung potensi atau profsionalisme yang dimiliki orang-orang yang berada di lingkaran kekuasaannya. Kelima, sumber informasi tentang realitas yang terjadi di dalam lingkaran kekuasaannya cenderung dibatasi.
Secara teoritis dan realitas, kepemimpinan apa pun dan di level manapun, kalau lebih mengutamakan pembisik daripada suara kebenaran realitas sesungguhnya, lambat laun akan mengalami nasib seperti Raja Zedekia yang kerajaannya ambruk dan hidupnya berakhir sangat tragis. Sepanjang sejarah peradaban, belum ada pemimpin atau penguasa yang mampu bertahan dengan mengandalkan pembisiknya yang lebih mengedepankan pendapatan daripada pendapat atau gagasan pembaharuan. Tidak percaya! Silahkan nikmati madu pembisiknya sambil berlatih gulung tikar.
Penulis, akademisi, inspirator dan penggerak, penulis buku-buku motivasi