Catatan Ilham Bintang
Enam kali Deddy Mizwar jeda minum dalam sidang. Sesekali ia tampak menyeka keringat di wajahnya. Meski di Bandung, tapi ruang sidang yang kecil agak garing. Mesin pengatur suhu udara rasanya tidak bekerja optimal.
Deddy melayani enam penanya, setiap kali jeda minum itu dilakukan untuk ancang -ancang menjawab pertanyaan penguji.
Begitulah suasana saat aktor yang terkenal sebagai pemeran Naga Bonar itu mengikuti Sidang Promosi Doktor Universitas Padjajaran di Bandung, Senin (17/7) siang . Sidang berlangsung di Gedung A Pascasarjana FISIP Unpad, Jalan Bukit Dago Utara No.25, Kota Bandung.
Di ruang itulah Deddy Mizwar mempertahankan disertasinya berjudul “Pelaksanaan Fungsi Koordinasi dan Pengawasan dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung Utara sebagai Kawasan Strategis Provinsi Jawa Barat”.
Sidang berlangsung sekitar 150 menit membuahkan hasil gelar Doktor Ilmu Pemerintahan dengan IPK 4.0 atau sangat memuaskan.
Malu sama anak
Seminggu lalu saat mengirimi saya undangan promosi doktornya, Deddy mengatakan tidak mau kalah dengan anaknya yang saat ini bertugas di Papua. Yang dimaksud adalah Mayor Inf Dr. Zulfikar Rakita Dewa, S.E., S.Hub.Int., M.I.Pol., M.H., M.M. Sebulan lalu putranya telah lulus dalam Sidang Promosi Doktor dari jurusan dan kampus sama dengan yudisium Cumlaude (IPK 4.0).
Deddy Mizwar didampingi istri, Giselawati tampak sumringah menerima ucapan selamat atas keberhasilannya meraih gelar doktor.
” Saya selalu meyakinkan dia, tidak ada waktu terlambat,” ujar Giselawati.
Gelar terpelajar itu merupakan kado bagi Deddy Mizwar yang baru beberapa bulan menginjak usia 68 tahun. Aktor kelahiran 5 Maret 1955, ayah Senandung Nacita dan DR Zulfikar Rakita Dewa itu memulai karir di dunia film pada 1976 lewat film ” Cinta Abadi”, disutradarai oleh almarhum Wahyu Sihombing, yang notabene adalah dosennya di LPKJ (sekarang IKJ– Institut Kesenian Jakarta). Perjalanan karir Deddy dalam rentang hampir 50 tahun telah membawanya sebagai insan film paling lengkap : aktor, sutradara, produser, ilmuwan, dan politikus.
Tampil Memukau
Di hadapan ketua sidang, ketua promotor, dan anggota promotor Prof Dr R Widya Setiabudi Sumadinata, Prof DR H Nandang Alamsyah Deliarnoor, Prof Dr H Utang Suwaryo, Prof Dr Arry Bainus, Dr Dede Sri Kartini, Dr Alfian Sulaeman, dan Dr Novie Indrawati Sagita sebagai oponen ahli, Deddy Mizwar tampil memukau.
Sebagai promovendus, Deddy Mizwar dengan penuh percaya diri menggabungkan “ritual” ilmiah itu dengan seni pertunjukan panggung yang memukau seluruh hadirin dan promotornya. Enam kali jeda minum adalah bagian bumbu “pertunjukan” itu. Disempurnakan dengan sujud syukur di lantai dan pembacaan puisi “Membaca Tanda-Tanda” karya penyair Taufiq Ismail sebagai penutup.
Satu lagi pamungkas sidang tersebut. Deddy sempat beberapa saat menangis sesenggukan saat menjawab pertanyaan terakhir dari promotor. “Selepas ini saya tidak akan menjadi pemimpin daerah maupun pemimpin nasional. Saya sudah cukup bahagia, jika tiba saatnya, kelak bisa menjawab kalau ditanya malaikat,” ucapnya sambil meneteskan air mata.
Jawaban itu terkait dengan substansi disertasinya mengenai penyelamatan lingkungan di Kawasan Bandung Utara. Di dalam disertasinya, dia mengungkap di daerah itu telah terjadi alih fungsi lahan yang tidak terkendali, sehingga berdampak pada kerusakan lingkungan bahkan ancaman bencana ekologis, seperti krisis air, potensi longsor dan banjir bagi daerah sekitar.
” Upaya pengendalian telah dilakukan oleh Pemprov Jawa Barat melalui Perda No 1/2008 yang kemudian diubah dengan Perda No 2/2016. Namun, pengendalian pemanfaatan lahan di kawasan Bandung Utara tetap tidak berjalan optimal,” paparnya.
Mantan Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan yang menghadiri sidang kemarin bersama istri membenarkan Deddy. “Tapi itu terjadi sebelum periode kami memimpin Jawa Barat,” katanya. Ahmad Heryawan pernah berpasangan memimpin Jawa Barat dengan Wakil Gubernur Deddy Mizwar (2013-2018).
Selain Ahmad Heryawan dan istri, sidang promosi doktor Unpad kemarin juga dihadiri beberapa sahabat Deddy Mizwar dari kalangan film. Antaranya, Miing Bagito, Zairin Zain, David Setiawan Suwarto, Banardi Rachmat, Jayamahe Dinar, Marah Sakti Siregar, Firman Bintang, dan Wina Armada.
“Beri kami kearifan membaca tanda – tanda.Karena ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan akan meluncur lewat sela-sela jari”. Dalam perjalanan kembali ke Jakarta, selepas menghadiri sidang promosi doktor Deddy Mizwar, masih ternyiang sebait puisi Taufiq Ismail itu. Sangat menyentuh ketika dibacakan Promovendus dalam sidang. Semoga terus menginspirasi aktor Deddy Mizwar untuk menjadikan itu basis pengamalan ilmu menghadapi bencana ekologis yang mengancam Indonesia. Sebagai ilmuwan, politikus maupun sebagai seniman.