Kolom Fiam Mustamin
APA hakikat sesungguhnya dari tujuan kritik itu.
Suatu upaya yang dilakukan untuk memberitahukan mengenai perilaku
dan tindakan yang tidak terpuji kepada pemimpin/penguasa dalam menjalankan amanah untuk rakyat dengan harapan untuk memperbaikinya.
Penyampaian ungkapan itu dilakukan langsung/verbal secara terbuka atau dengan cara tertutup tertulis.
Ada dua cara/gaya ungkapan dengan santun/ beretika dengan budaya si pengkritik atau dengan cara kasar yang merendahkan yang dikritik, sebagai pecerminan dari kepribadian pengkritiknya.
Refleksi Masa Kini
PADA umumnya kritik yang disampaikan melalui media massa formal yang terjaga etika sopan santunnya yang terikat oleh rambu rambu Kode Etik Pers.
Kritik kepada pemimpin dapat diartikan peringatan kepada orang yang mendapat amanah kehormatan yang seyogianya ungkapan kritik yang disampaikan dengan santun yang memberi alternatif jalan keluar.
Budaya kita menghomati pemimpinnya, tidak memperlakukan sekehedaknya, tidak meneriakkan kebenciaan di tengah jalanan, pasar yang mempermalukan di kerumunan orang banyak/rakyat.
Tiga Cara Memaksulkan Pemimpin
Di era kehidupan kerajaan tempo dulu, ada tiga tahap cara kritik dalam mengoreksi/ menghentikan kekuasan sang raja yaitu:
Pertama, mengingatkannya melalui lembaga Adat, seperti dewan kerajaan/Ade Petu di Bone,
Bate Salapang di Gowa Arung Patangpulo di Wajo dan Arung Bila di Soppeng.
Kedua, memaksulkan/ memberhentikan / ipalessoi atau diungsikan/ ipali keluar kampong.
Tiga, dieksekusi mati/yunoi, bila pelanggarannya sangat memalukan misal dengan merampas gadis, isteri orang dan pelannggaran adab/ etik berat.
Bentuk lain dari itu adalah rakyat yang meninggalkan sang raja/ pemimpin yang tak bermoral itu.
Tidak ada tindakan rakyat yang head to head terbuka dengan rajanya yang mempermalukan di hadapan khalayak.
Di beberapa pemerintahan kerajaan itu diberi gelar Anumerta ; Nippoppangeng Tana, Nipasuluk/ Raja Gowa ke 13 dan Raja Gowa ke 13 Tunijalo.
Apakah perilaku ini masih relevan dilakukan pada masa kini ? Wallahu alam bissawab, Salama’.
Legolego Ciliwung 4 Agustus 2023