PINISI.co.id- Perkara sedekah pada bulan Ramadhan ini banyak dipraktikkan oleh umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa. Menurut Ketua Departmen Kesehatan BPP. Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS). dr. Zaenal Abidin, SH, MH, sedekah seringkali dibahas namun hanya ditinjau dari aspek religius, sosial, dan ekonomi.
“Belum banyak kita mengkajinya dari dari aspek sehat dan kesehatan. Sehat bagi yang memberi sedekah maupun bagi yang menerima sedekah. Padahal dalam berbagai literatur ilmiah bahkan hadist Rasulullah Saw, banyak menyinggung hubungan sedekah dengan sehat dan kesehatan. Bahkan ada hadist yang mengatakan bahwa sedekah itu menyembuhkan dan dapat menolak bala atau musibah,” kata Zaenal dalam diskui virtual, yang diselenggarakan Yayasan Gema Sadar Gizi, Koalisi Literasi Gizi (Kaoalizi) dan Departemen Kesehatan BPP KKSS, Sabtu, (9/5/20).
Zenal mengatakan, sekarang ini defenisi sehat sudah luas, tidak hanya menyangkut aspek badaniah dan jiwa. Sehat sudah mencakup empat aspek, badan/fisik, jiwa/mental, sosial, dan spiritual.
“Walau demikian, sebagian besar dari kita masih lebih memaknai sehat dari sisi ragawi. Dan sekali-sekaki melihatnya dari aspek kejiwaan. Aspek sosial dan spiritual dari sehat itu sama sekali jarang dibcarakan, apalagi dikajinlebih dalam,” terangnya.
Dalam pengantar diskusi, Zaenal memaparkan bahwa sehat paripurna adalah mencakup keempat aspek tadi secara utuh dan meyeluruh. Ajaran agama dapat mendekatkan kita pada empat cakupan sehat tadi, seperti sedekah termasuk di dalamnya zakat dan infak. Sehingga bagi orang yang tidak beragama kemungkinan akan mengalami kesulitan untuk mencapai sehat secara paripurna.
Dua kata kunci, menurut Zaenal, sedekah dan sehat dapat lebih didekatkan dan lebih implementatif dalam kehidupan kita sebagai manusia.
Dalam pandangan Dr. dr. Muh. Khidri Alwy, M.Ag, berdasar QS At-Taubah 103, “ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka. Fungsi zakat disini membersihkan harta dengan mengeluarkannya 2,5% untuk fakir miskin. Mensucikan diri dari jiwa dan hati kita dari dosa.”
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia itu menjelaskan, bahwa hasil riset psikolog Amerika, David Klein melakukan uji coba pada orang yang suka memberi, diambil dan dianalisa air liurnya terjadi penambahan protein yang berperan penting menambah sistem kekebalan tubuh yaitu protein jenis A, yang dikenal dengan sebutan sel kekebalan (IgA) yaitu sel kekebalan yang bertugas melindungi tubuh dari bakteri dan mikroba yang sering menyerang sistem pernafasan dan pencernaan.
“Ketika seseorang merasa bahagia setelah memberikan zakat, tubuh akan memproduksi sel-sel kekebalan yang dibutuhkan untuk melindungi tubuh. Sedangkan orang berperilaku baik hati dan peduli terhadap orang lain dapat meningkatkan suatu sinyal di otak yang diikuti dengan meluapnya tingkat kebahagiaan. Dengan pemeriksaan FMRI (Functional Magnetic Resonance Imaging) ini memperlihatkan bagian stratum ventral dan korteks orbitofrontal yang mengalami peningkatan,” urai Khidri.
Selanjutnya orang yang suka bersedekah meningkatkan hormon Endorphin (rasa senang dan meningkatkan imunitas) dalam tubuh terpacu dan pemberian/kebaikan akan menginspirasi banyak kebaikan lain seperti efek domino.
“Rutin bersedekah memiliki risiko kematian yang lebih rendah dalam periode 5 tahun ketimbang yang tidak bersedekah dan sekitar 76% orang yang aktif dalam kegiatan sosial mempunyai kesehatan yang lebih bagus dibanding yang tidak bersedekah. Sebaliknya orang yang pelit bersedekah akan meningkatkan hormon pemicu stres di dalam tubuh,” ujarnya menambahkan.
Hikmah lainnya, lanjut Khidri menjauhkan bencana, bahkan disebut dalam hadis, dahului bencana itu dengan sedekah sebelum bencana datang.
Sementara Ahli Otak dan Ketua Pusat Studi LPPM Unstrat Manado, Dr. dr. Taufik Pasiak, M.Pd., M.Kes menyebutkan, Teori Evolusi Believe system yakni percaya pada Allah SWT yang satu. Behavioral system yakni doa, puasa, sholat. Belonging system yakni sedekah.
“Ada dua pendapat besar tentang manusia yaitu Abraham Maslow, manusia sebagai mahluk yang baik dan Sigmun Freud menjelaskan bahwa manusia adalah mahluk yang jahat. Teori evolusi menjelaskan bahwa manusia adalah mahluk yang baik. Saling membesarkan dan saling melindungi. Jika kita memberi maka akan meningkatkan hormon dopamin dan oksitosin. Kita memberikan sesuatu kepada orang lain akan memberi efek kebahagiaan. Memberi tak harus uang atau barang, yang paling kecil adalah senyuman,” ungkap Taufik.
Menurutnya, dalam struktur otak ketika kita memberi maka yang berfungsi adalah nucleus accumbens yang akan memberikan kesenangan. Sehingga dengan kita memberi maka kita akan diuntungkan, buka hanya orang yang diberi sedekah.
Dalam sudut berbeda, Ketua Departemen Cendekiawan BPP KKSS, Dr. Muhammad Sabri AR., MA, mengemukakan bahwa sedekah dalam makna tekstual bisa berarti zakat, dan zakat dapat bermakna infak. Sedekah memiliki dua dimensi yaitu membersihkan secara materil dan membersihkan secara spiritual.
“Secara spiritual, sedekah melakukan pembersihan secara fisik dan materil.
Ramadhan sangat terkait dengan zakat fitri, setelah sholat. Sedekah adalah ujian iman dengan keberpihkan kepada kemanusiaan. Sehingga sedekah merupakan pengokohan keimanan selain memperoleh kesehatan secara materi dan fisik.
Untuk itu, beriman tapi tidak bersedekah diasumsikan sebagai orang yang sakit,” tutur Sabri.
Disinggung oleh Sabri, bahwa ada dua karakter yang dianjurkan oleh Allah SWT yaitu memberi makan pada orang miskin, dan memberi perlindungan kepada orang-orang yang mengalami kecemasa dan lemah secara ekonomi. Sehingga kita dianjurkan untuk tidak menghardik anak yatim dan tidak memberi makan orang miskin/yatim, karena akan mengurangi kualitas keimanan kita. [Man]