Oleh Fiam Mustamin
Menjalani puasa dan serangkain ibadah dalam bulan suci Ramadhan kali ini di tengah pandemi virus korona sonder berjamaah.
Perubahan dari kebiasaan beribadah berjemaah di mushallah atau di masjid dirasakan sebagai suatu kehilangan momen ibadah yang dirindukan.
Rela kehilangan momen berjamaah itu dengan kesadaran untuk menjaga keselamatan diri bersama dalam menjaga merebaknya penularan wabah
yang mengancam jiwa itu.
Dengan kondisi pembatasan itu tidak mengurangi kekhusyukan berpuasa dan menjalani ibadah lainnya.
Bahkan pembatasan diri dengan istilah lockdown itu bisa berarti derajatnya sebagai suatu proses menjalani Itikaf/penyendirian yang dianjurkan khusyuknya ibadah intropeksi berkontemplasi diri pada 10 Ramadhan akhir berdiam di masjid yang dialihkan ke bilik rumah masing-masing. Penyempitan dan pembatasan tidak diartikan sebagai pengungkungan dan pengisolasian diri.
Momen itu menyadarkan kita bahwa manusia makhluk yang punya keterbatasan wasktu bukan mesin yang bisa dipekerjakan rutin tanpa jeda.
.
Dengan jeda untuk kontemplasi perenungan bisa menghasilkan inovasi penemuan yang produktif bagi kehidupan dan kemaslahatan.
Begitu penting bagi kita setiap hambah terutama penyandang amanah pemimpin dapat Memiliki Waktu yang sejenak itu untuk tidak menjadi robot-robot budak pencarian materi yang tak berkesudahan.
Rutinitas azan panggilan shalat tetap digemakan di setiap waktu waktu shalat meskipun yang shalat itu hanya muasin itu sendiri.
Dan beduk keliling kampung tetap diarak oleh anak remaja berkeliling ke gang gang kampung untuk membangunkan sahur.
Dan yang begitu terasa hilangnya momen buka puasa bersama di masjid yang didahului dengan taklim, yasinan dan doa untuk para leluhur.
Berbuka di masjid begitu nikmat dengan teh manis, gorengan aneka rupa, nasi uduk dan lontong sayur.
Bagaimana Dengan Shalat Idul Fitri
Semua patuh dan tunduk ke aturan pembatasan yang masih tetap berlangsung.
Sembari menuggu fatwah dan tatacara shalat Ied dengan keluarga terbatas di rumah masing-masing.
Ritual Lebaran dan kebiasaan penyediaan menu hidangan Lebaran tidak diatur sepanjang tidak menghadirkan keramain undangan tetangga dan kerabat.
Kemudian ziarah kubur usai shalat Ied tetap ada dengan pembatasan jumlah dengan standar protokol kesehatan social distancing.
Dari lockdown lebih mendekatkan diri dan keluarga, kesempatan mengenal dan memahami lebih dekat antar anggota keluarga.
Kesempatan berlatih alih generasi seperti kepemimpinan sebagai imam shalat, membaca doa diantara anak-anak secara bergantian.
Ramadhan dengan berkah ilmu pencerahan dari sekian tokoh yang pakar ikhlas berbagi dalam forum daring Zoom meeting interaktif yang berjangkau luas yang diharapkan berkesinambungan dan membudaya di kelompok komunitas masyarakat seperti di paguyuban Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan.
Antara lain hal itu yang membekali dalam puasa ramadhan ini.
Minal aidin wal faizin maaf lahir bathin.