Kolom Fiam Mustamin
SIAPAKAH pilihan capres unggulan itu.
Semuanya masih rahasia sampai saat pencoblosan 14 Pebruari 2024.
Lalu bagaimana memprediksinya, dengan mengacu kepada tiga kali debat yang dapat dilihat kapasitas dari tiga Paslon atas penguasaan materi debat dan solusinya.
Dengan itu akan diprediksi bahwa pemilihan akan terjadi dua kali putaran dengan dua Paslon yang berkompetisi dengan penguasaan dan solusi materi secara akademis terukur.
Dengan tetap memperhitungkan dukungan suara/voter di empat wilayah di Jawa yaitu Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Pada Pilpres kali ini tidak terlalu berpengaruh dengan voter sentimen etnis, gender dan pemilih pemula/ generasi milenial.
Mengikuti Debat Seperti Nobar Sepabola
MENYAKSIKAN Debat Capres dan Cawapres 2024 seperti menonton bareng sebuah perhelatan laga sepakbola di pos ronda Satpam di komplek perumahan.
Reaksi dari para penonton dapat diketahui siapa yang menjadi unggulan favoritnya. Mereka yang spontan memberi respon kepada unggulannya bila tampil meyakinkan dalam mengurai materi debat dan sebaliknya diam apabila unggulannya kurang meyakinkan menanggapi materi terutama di sesion tanya jawab antar Capres.
Begitu kompleknya permasalahan kebangsaan yang bersifat nasional dan global yang perlu dikuasai oleh Paslon.
Oleh karena itu, untuk menentukan pilihan Paslon Capres dan Cawapres tidak boleh main-main asal pilih yang akan menentukan masa depan bangsa ( kesejahteran kehidupan rakyat, pengayoman dan perlindungan hak hakya ).
Weton Garis dan Takdir
APAPUN yang terjadi pada diri seseorang itu atas atas takdirnya.
Weton Garis/ garis tangan atas kehendak Yang Maha Kuasa yang menentukan seorang berada pada suatu posisi jabatan yang tidak bisa direkayasa manusia dengan kekuasaan apapun.
Apapun ikhtiar manusia itu bila bukan weton garisnya tidak akan terjadi. Karena itu perlu proses seleksi untuk memilih yang terbaik bagi kemaslahatan kehidupan bangsa.
Fenomena Tersalimi
APAKAH jalannya sejarah bahwa kehadiran seorang pemimpin besar bangsa dari orang orang yang tersalimi di era kekuasaan saat itu.
Sekurang kurangnya bisa jadi rujukan di era Megawati trah Bung Karno yang memimpin Partai Demokrasi Indonesia/ PDI mendapat tekanan dari kekuasaan Orde Baru Soeharto.
Kemudian Megawati tampil sebagai Presiden dari perjuangan reformasi.
Di era Susilo Bambang Yudhoyono yang tampil jadi Presiden atas pilihan umum langsung dari rakyat / Pilres tahun 2004.
Lalu bagaimana dengam ARB ( Anies Rasyid Baswedan) yang dianggap tersalimi dengan pemberhentiannya dari Kabinet sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Apa hal itu dapat dibaca sebagai isyarat dari fenomena sejarah itu ?