Kolom Bachtiar Adnan Kusuma
Pagi ini sengaja saya menepi dari hiruk pikuk Pilpres, selain pemenangnya sudah ketahuan versi Quiqk Count dan Real Count juga menunggu pengumuman resmi KPU. Nah, menariknya, ketiga pendukung Capres, simpatisan, pengidola masing-masing, saling mempertentangkan hasil hitung cepat, saat ini Real Count KPU sedang berlangsung.
Saya kembali teringat teori politik yang dikemukakan Prof.Miriam Budiarjo, dalam bukunya” Sistem Politik Indonesia”, menegaskan bahwa efek hasil politik adalah melahirkan dua kepentingan. Yaitu, ada mempertahankan apa yang telah dicapai dari sebuah proses politik, pada sisi lain ada yang menuntut atas apa yang telah dicapai oleh pihak lain.
Syahdan, melihat perbincangan di berbagai group WA, kedua mindset politik di atas, rupanya telah terbukti. Misalnya saja, kubu yang berada pada posisi kurang beruntung, sibuk mencari pembenaran, mencari argumentasi, sibuk menuntut bahwa apapun yang diraih kubu pemenang adalah curang, manipulatif. Pada sisi lain, sebagai kubu yang berada pada posisi beruntung, pemenang versi hitung cepat dan Real Count adalah Kosong Dua pemenang, tentu saja berusaha mempertahankan atas kemenangan yang telah dicapainya.
Menariknya, saya tiba-tiba membuka sembari membaca buku karya Carol S.Dweck” Mindset “, pada Halaman 53, menguraikan tentang Mindset dan Depresi.
Mindset dan Depresi pada Januari hingga Maret 2024 rawan terjadi terutama kepada pendukung yang berada pada posisi kalah. Nah, pertama, para pendukung bermindset tetap memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi. Akibat terlalu memikirkan persoalan-persoalan dan kekalahan sementara yang dialaminya. Ironisnya, acapkali mereka menyiksa diri dengan membangun persepsi kemunduran.
Lagi-lagi kegagalan melabeli mereka dan cenderung fatalis, menyalahkan orang lain.
Dan, semakin kuat merasakan depresi, mereka semakin sedikit bertindak menyelesaikan persoalan.
Singkatnya, bila orang percaya kalau sebuah kompetisi ada yang menang dan ada yang kalah, sebenarnya tidak perlu depresi, apalagi ini pesta demokrasi tahunan, tidak perlu ngotot membela mati-matian jagoannya.
Jodoh, Takdir dan Kematian sekadar Pseudo Literasi, mudah diucapkan di mulut, tapi tidak dikerjakan.
Akhirnya, jangan depresi gegara Pilpres, santai saja dan nikmati, tidak perlu ngotot.
Makassar, 17 Februari 2024