Kolom Fiam Mustamin
TIGA waktu dilantunkan/ diperdengarkan azan yaitu saat kelahiran, panggilan shalat dan kematian saat jenazah akan dimasukkan ke liang lahat.
Dengan pemahaman itu maka apa yang direspon oleh kelima dewan juri itu adalah hal yang bersifat naluriah, meskipun mereka itu non Muslim dan belum menghayati tafsir azan itu.
Video azan di kontes seperti judul di atas, saya peroleh dari grup sahabat sealmamater Publisistik Universitas Ibnu Chaldun Jakarta. Lalu vidio itu saya putar berulang ulang yang memberi getaran dan kedamaian hati.
Anak Remaja Masa Kini
ANAK remaja ditaksir umur belasan tahun tampil dipanggung dengan pakaian anak remaja masa kini, memberi salam dan basmalah.
Lalu melantunkan lafal : Allahu Akbar … Allahu Akbar … kemudian direspon oleh dua dewan juri laki seperti nampak terkejut dan menyimak sumber suara itu.
Sampai di lafal Hayala Syalaa/ panggilan shalat kelima dewan juri itu dengan tiga wanita nampak histeris dengan ekspressi dengan gema suara azan itu … tak terdengar ada ucapan dari juri.
Demikian dengan sebagian penonton pun ada yang melambai lambai tangan, membuka mulut seolah akan mengatakan sesuatu yang tidak terucap, subhanallah.
Seperti apa yang didengar dan dirasakan hanya bisa diungkapkan dengan gestur bahasa tubuhnya.
Menyingkap Rahasia
SULIT dipercaya, bagaimana sebuah ajang kontes spektakuler pencarian talent dapat mengapresiasi Azan ditampilkan sebagai peserta di negara yang mayoritas non Muslim.
Dari sisi ini kita meyakini adanya rahasia bahwa apapun bisa terjadi atas kehendak Sang Pencipta.
Di negeri besar Amerika Serikat, Adi Kuasa Dunia telah tumbuh suatu kesadaran toleransi beragama yang saling menghormati dan memuliakan.
Amerika Serikat yang toleran bermukim berbagai suku bangsa dunia menjadi pusat peradaban dunia dengan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan manusia.
Toleransi dengan perbedaan menuju kedamaian yang saling menghormati dan memuliakan, hindari perang dan ekspansi apapun itu alasannya.