PINISI.co.id- Beragam komentar akademisi dan pakar pendidikan Indonesia alumni Universitas Al Azhar Mesir menanggapi podcast yang dihadirkan oleh media online Kumparan pada 18 Juni 2024 yang mengangkat topik “Waspada! Bahaya Laten Kehidupan Bebas Mahasiswa Indonesia di Al Azhar Kairo dengan nara sumber Muhammad Nuruddin, mahasiswa S3 Universitas Al Azhar Mesir yang dipandu oleh Andreas Gerry, redaktur internasional Kumparan dan Mantan Diplomat RI, M. Aji Surya.
Komentar datang dari Prof. Dr. Zainal Arifin, LC, MA, Guru Besar Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sumatera Utara dan Ketum Organisasi Internasional Alumni Al Azhar (OIAA) Indonesia, Sumatera Utara. Dr. Zainal Arifin dalam rilisnya menerangkan, di Sumatera Utara, alumni al-Azhar yang tidak tamat pun dengan bangga dapat mempersembahkan dirinya sebagai orang Medan yang bermanfaat di dunia travel haji dan umrah. Apalagi yang tamat menyelesaikan studi di Al Azhar, di antara mereka ada yang menjadi Rektor di UIN Sumatera Utara, menjadi ketua Umum MUI Sumatera Utara. Di samping itu, sebagian besar mereka mengabdi di dunia pendidikan, terutama pesantren.
Dr. Zainal tidak sependapat dengan Nurudin yang dipandu alur diskusi oleh Aji Surya yang pendapatnya dapat dinilai memperkeruh suasana mahasiswa Azhar dan alumninya. Karena mereka pernah menjadi muda dan pernah “nakal”, tapi Al-Azhar tetap memberi kesan baik dan terbaik untuk alumni dan umat. Mendapatkan ilmu di Al Azhar tidak saja di kelas, bisa juga di luar kelas. Di Mesir, semua adalah pendidikan dan pembelajaran.
Komentar lainnya hadir dari alumni Al Azhar, Prof. Dr. H. Yusuf Baihaqi, Lc, M.A., Guru Besar Ilmu Tafsir di Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung menerangkan pada aspek pengabdian kepada masyarakat, Universitas Al Azhar Mesir sangat terbuka untuk semua mahasiswa dari belahan dunia manapun. Sistem penerimaan mahasiswa yang inklusif, disamping bebas uang kuliah, melahirkan animo tinggi umat muslim sedunia untuk menimba ilmu di universitas Al Azhar.
“Inklusifitas universitas Al Azhar bagi umat muslim sedunia ini tidaklah kemudian mengabaikan aspek akademik dalam sistem perkuliahannya. Sumber daya manusia dosennya yang memiliki kualifikasi akademik minimal Doktor, bahkan banyak yang berkualifikasi Guru Besar untuk program strata 1, merupakan kebanggaan tersendiri bagi para mahasiswa yang menimba ilmu di universitas Al Azhar. Belum lagi banyaknya karya ilmiah para dosennya yang menjadi bahan ajar perkuliahan dan sistem kelulusannya yang sangat ketat. Tidaklah mengherankan, dan terinspirasi dari universitas Al Azhar sebagai lembaga akademik dan pengabdi masyarakat, kalau para alumninya, sepulangnya ke negeri asal, banyak yang berkiprah di dunia akademik sebagai dosen. Maupun di masyarakat, sebagai pemuka agama,” papar Yusuf Baihaqi yang dulu menetap di Islamic Mission City Abbasea, Kairo.
Komentar lainnya datang dari Jawa Timur, Dr. H. Muhyiddin, Lc., MM Sekretaris Jenderal Organisasi Internasional Alumni Al Azhar (OIAA) Indonesia – Jawa Timur yang menyatakan Al Azhar sebagai kiblat ilmu pengetahuan dan peradaban Islam telah memberikan kontribusi luar biasa terhadap bangsa Indonesia. Mesir tidak hanya sebagai negara pertama yang mengakui Kemerdekaan Indonesia tetapi puluhan ribu Alumni Universitas Al Azhar yg tersebar di seluruh Indonesia telah berjuang dalam pengabdian masyarakat di berbagai level, mulai dari Da’i, Ustadz, Kyai Pesantren, Rektor, Legislatif, Yudikatif, Eksekutif contoh Ketua OIAA Jawa Timur Dr. Muhammad Al Barra, Lc., M.Hum (saat ini menjabat sebagai Wakil Bupati Mojokerto) tahun 2024 ini menjadi kandidat kuat Bupati Mojokerto.
Muhyiddin menambahkan, hal Ini membuktikan bahwa Al Azhar ibarat Pabrik Besi telah memproduksi apa saja sehingga output nya bisa bermacam-macam dan pada akhirnya menjadi Khairunnas ‘Anfauhum Linnas “sebaik-baiknya manusia yg bermanfaat bagi manusia lainnya”.
Dr. (C). Muhammad Kurnia, Lc., M.Ag., Dosen Universitas Bangka Belitung dan Ketua Organisasi Internasional Alumni Al Azhar (OIAA) Indonesia – Bangka Belitung menerangkan, di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, kiprah Alumni Al Azhar kian terasa di seluruh elemen masyarakat yang meliputi sektor politik, ekonomi, sosial kemasyarakatan, bahkan menjadi garda terdepan di ranah pendidikan dengan mengaplikasikan manhaj wasathiyah (moderasi Islam) sebagai pondasi utama untuk mengimplementasikan keilmuan yang selama ini telah diperoleh dari Para Masyayikh (guru besar) di Al Azhar.
Keberhasilan para alumni Al Azhar Mesir telah menginspirasi para generasi muda saat ini karena keterlibatan aktif alumni untuk memberikan tuntunan keagamaan yang ramah dan santun sehingga dapat diterima seluruh kalangan, bahkan dalam menjalin hubungan lintas agama telah dilakoni dengan sangat baik. Begitulah sekilas gambaran kiprah para alumni Al Azhar di Bangka Belitung yang saat ini berprofesi sebagai politikus (anggota DPRD Provinsi), akademisi, pengusaha, pendiri lembaga pendidikan Islam, pemerhati sosial dan budaya, serta pengasuh pondok pesantren dan majelis taklim. (Wan)