PINISI.co.id- Raga dan fisik boleh lelah, namun hati tidak boleh menyerah. Karena dia bekerja dengan energi cinta, yang tak mengenal kata sudah. Ungkapan indah dari Bupati Kabupaten Maros Dr. H.A.S.Chaidir Syam, S.IP.M.H. ditulis dalam Epilog bukunya berjudul Masih Ada Setengah, Gaskan! Menarik. Chaidir Syam kembali mempersembahkan karya bukunya bertajuk” Mencintai Maros Tanpa Batas”, Tiga Tahun Memimpin Maros bertepatan Hari Jadi Maros ke 65 Tahun, pada Kamis 4 Juli 2024. Chaidir Syam berpasangan Hj. Suhartina Bohari memimpin Kabupaten Maros setelah ditetapkan KPUD Maros sebagai pemenang Pemilukada pada 2020 lalu, kini kembali berpasangan pada Pemilukada 2024.
Chaidir Syam dan Tina Bohari berhasil memimpin Kabupaten Maros dengan bertabur angka kemajuan dan bertabur penghargaan. Chaidir Syam berhasil memeroleh 91 Penghargaan Nasional dan Daerah dari berbagai latar belakang. “ Kurang lebih 91 penghargaan yang saya terima sejak menjabat Bupati Maros, ada yang diberikan kepada saya sebagai pribadi maupun sebagai Bupati Maros. Namun, saya tak pernah menganggap penghargaan itu diberikan diri saya, tapi untuk masyarakat Maros” papar Chaidir Syam, Rabu 3 Juli 2024 kepada Tokoh pemuda Maros Achmad Takbir Abadi dan Tokoh Literasi Bachtiar Adnan Kusuma, Rabu 3 Juli 2024.
Menurut Chaidir Syam yang Penerima Penghargaan Tertinggi Nugra Jasadharma Pustaloka Perpustakaan Nasional RI ini, mengutip salah satu filsofi yang menegaskan kalau perjuangan setengah jalan, akan menjadi sebuah pit stop. Tempat beristirahat sejenak. Merenung, mengambil energi, untuk menuntaskan setengah jalan yang belum selesai. Timbang-timbang amal, sebelum kelak Allah yang menimbangnya. Seperti itu salah satu perkataan bijak dari Sayyidina Umar bin Khattab. Salah satu dari empat sahabat Rasulullah yang paling utama.
Apa yang dipesankan oleh Sayyidina Umar bin Khattab itu, lanjut Chaidir Syam yang baru saja kembali dari Tanah Suci Makkah menunikan ibadah Haji bersama istri Hj. Ulfiah Nur Yusuf Chaidir, maknanya sangat dalam. Selagi masih ada di dunia, coba timbang-timbang amal kita. Kira-kira sudahkah ada amalan andalan yang kelak bisa kita banggakan di hadapan Allah?.
Ibarat kapal yang sedang berlayar di samudera nan luas, tulis Chaidir Syam, dan setiap saat sang nakhoda wajib melihat jalur. Bisa saja kapal sekali waktu melenceng dari rute yang telah digariskan. Entah karena tiupan angin, mungkin juga sebab hantaman ombak. Sang nakhoda harus sering-sering “merenung”. Kalau mendapati kapal menyimpang dari arah yang seharusnya, cepat-cepat melakukan koreksi. Agar selalu berada di jalan yang benar.
Tak terkecuali dengan amanah jabatan sebagai bupati. Pertanggungjawaban itu bukan hanya ada di ujung masa jabatan. Tetapi dia selalu ada, setiap saat. “Saya menulis buku ini juga sebagai satu titik perenungan. Apa saja yang sudah tercapai. Apa saja yang masih menggantung sebagai impian, tulis Dr.H.A.S.Chaidir Syam, S.IP.M.H. dalam bukunya bertajuk “ Mencintai Maros, Tanpa Batas, Catatan Tiga Tahun Memimpin Maros” yang disunting Tokoh Literasi Nasional, Bachtiar Adnan Kusuma.
Chaidir Syam, menulis dan merampungkan bukunya di Tanah Suci Makkah. Dan di tengah jeda waktunya menjalankan ibadah Haji, Chaidir Syam menuntaskan proses finishing naskah bukunya dari Makkah.” Syukur alhamdulilah hari ini buku saya telah selesai dan saya berharap semoga bisa menjadi bacaan yang bermanfaat bagi masyarakat Maros,” harap Chaidir Syam.
Perjalanan tiga tahun kepemimpinan Chaidir Syam dan Suhartina Bohari memimpin Kabupaten Maros, sengaja ditulis Chaidir Syam dari pencapaian sampai segala hal belum sempurna. Tulisan Chaidir Syam ini adalah bentuk refleksi pada perjuangan yang sudah berjalan.
Menurut Chaidir Syam, bukunya ini membentangkan lima bagian. Pada bagian Pertama, Refleksi, Mundur untuk Maju. Bagian Kedua, Maros Keren, Bagian Ketiga, Mengukur Pencapaian, bagian keempat Demi Desertasi dan Bagian Kelima Testimoni Kata Mereka Tentang Saya.
Perjuangan Tiga Tahun Memimpin Kabupaten Maros bersama Wakil Bupati Maros Hj. Suhartina Bohari akan menjadi sebuah pit stop. Tempat beristirahat sejenak. Merenung, mengambil energi, untuk menuntaskan perjuangan berikutnya. (Van)