Kolom M Saleh Mude dan Alif we Onggang
Muhammad Jusuf Kalla, lebih akrab disapa dengan inisial JK, adalah seorang politisi-negarawan dan pengusaha Indonesia yang pernah menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia sebanyak dua kali dalam periode yang tidak berturut-turut, yaitu dari 2004 hingga 2009 dan dari 2014 hingga 2019.
JK lahir pada 15 Mei 1942 di Watampone, Sulawesi Selatan, dan merupakan anak kedua dari sepuluh bersaudara. Selain moncer dalam karir politiknya, JK juga dikenal sebagai Ketua Umum Palang Merah Indonesia sejak 2009 dan Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia sejak tahun 2012. JK adalah mantan Ketua Umum Partai Golongan Karya, 2004-2009.
JK memiliki peran penting dalam berbagai upaya perdamaian di Indonesia, mulai dari perdamaian di Ambon, Maluku dan Poso, Sulawesi Tengah, tahun 2001 hingga perdamaian di Aceh 2005.
Hari-hari ini JK dkk bolak-balik ke kawasan Timur Tengah dan sekitarnya sebagai ikhtiar membantu perdamaian di sana, terutama perdamaian internal di Afghanistan, antara faksi Taliban dan non-Taliban, dan di Palestina, antara faksi Hamas dan Fatah. Bagi JK, perdamaian internal mereka adalah jembatan menuju perdamaian yang lebih luas, termasuk dengan tetangga negara mereka. Terakhir, JK ke Qatar menghadiri pemakaman almarhum Ismail Haniyeh, pimpinan faksi politik Hamas, Sabtu, 3 Agustus 2024.
Hamas dan Fatah
Peran aktif JK dalam upaya mendamaikan pemimpin Hamas dan Fatah di Palestina dapat dilihat dari beberapa gerakan yang telah dilakoninya, mulai dengan pertemuan dengan Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh dan Fatah, Mahmoud Al-Aloul. Mereka membahas langkah-langkah rekonsiliasi internal mereka. Pertemuan ini bertujuan untuk mendorong persatuan internal mereka sebagai modal penting untuk mendapatkan dukungan internasional. JK telah berperan sebagai mediator dalam beberapa pertemuan antara Hamas dan Fatah, misalnya pertemuan di Beijing pada Juli 2024 yang menghasilkan kesepakatan untuk membentuk pemerintahan persatuan. JK menekankan pentingnya persatuan mereka untuk mendapatkan dukungan penuh dari komunitas internasional dalam perjuangan mereka untuk kemerdekaan Palestina.
Dalam penelusuran kami di media, JK terdorong untuk ikut mendamaikan konflik internal Palestina karena: pertama, komitmen kuat terhadap perdamaian, baik di dalam negeri maupun internasional. Pengalaman beliau dalam mediasi konflik di Indonesia, seperti di Maluku, Poso, dan Aceh memberikan dasar yang kuat untuk terlibat dalam konflik internasional.
Kedua, JK menyadari bahwa persatuan dan perdamaian antara Hamas dan Fatah adalah kunci untuk mendapatkan dukungan penuh dari komunitas internasional. Tanpa persatuan, perjuangan Palestina untuk kemerdekaan akan lebih sulit. Ketiga, JK memiliki reputasi yang baik dan dihormati oleh kedua belah pihak, baik Hamas maupun Fatah. Hal ini membuatnya dipercaya sebagai mediator yang netral dan adil. Keempat, sebagai Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMII) dan Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DDI), JK memiliki kepedulian yang tinggi terhadap isu-isu kemanusiaan dan keagamaan. Konflik yang berkepanjangan di Palestina menyebabkan penderitaan bagi rakyat Palestina, dan JK berusaha untuk mengurangi penderitaan tersebut melalui upaya perdamaian melalui pendekatan kemanusiaan dan keagamaan (Islam).
JK menunjukkan optimisme yang tinggi dalam upayanya mendamaikan konflik internal Palestina, faksi Hamas dan Fatah. Potensi dan optimisme JK didukung oleh pengalaman dan reputasi dalam mediasi konflik, baik di dalam negeri maupun internasional, sebagai faktor pertama. Faktor kedua, JK selalu menekankan pentingnya persatuan antara Hamas dan Fatah untuk mencapai tujuan bersama. JK percaya bahwa tanpa persatuan, dukungan internasional akan sulit diperoleh. Ketiga, memiliki jaringan internasional yang luas dan mampu mendapatkan dukungan dari berbagai negara untuk upaya perdamaian ini. JK juga sering berkomunikasi dengan pemimpin internasional untuk mendukung rekonsiliasi Palestina. Keempat, JK menggunakan pendekatan diplomatik yang inklusif dan adil, yang memungkinkan semua pihak merasa didengar dan dihargai. Pendekatan ini membantu menciptakan suasana yang kondusif untuk dialog dan negosiasi, dan kelima, JK menunjukkan keyakinan bahwa rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah adalah mungkin dan penting untuk masa depan Palestina. Ia terus mendorong kedua belah pihak untuk bekerja sama demi kebaikan rakyat Palestina.
Harapan Global
JK tentu percaya bahwa harapan masyarakat dunia terhadap perdamaian di Palestina dan Israel sangat tinggi dan beragam. Tesis ini didasari oleh beberapa pertimbangan, misalnya: Pertama, banyak Lembaga internasional, terutama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Uni Eropa, masih percaya bahwa solusi dua negara, di mana Palestina dan Israel hidup berdampingan secara damai, adalah jalan terbaik untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung sebelum 1948 hingga hari ini.
Kedua, pentingnya penghentian kekerasan dan ekstrimisme. Harapan besar untuk penghentian kekerasan dan ekstrimisme dari kedua belah pihak. Banyak aktivis perdamaian dan organisasi internasional bekerja untuk memperkuat moderasi dan mengurangi pengaruh ekstremis. Ketiga, pentingnya nilai keadilan dan hak asasi manusia. Masyarakat dunia menginginkan keadilan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia bagi semua orang yang tinggal di wilayah tersebut. Ini termasuk penghentian pendudukan ilegal dan perlakuan yang adil bagi warga Palestina. Keempat, dukungan global atau internasional. Komunitas internasional akan terus mendukung upaya perdamaian melalui diplomasi, bantuan kemanusiaan, dan tekanan politik untuk mencapai solusi yang adil dan berkelanjutan. Kelima, pentingnya pembangunan ekonomi dan sosial. Melalui perdamaian diharapkan dapat membawa stabilitas yang diperlukan untuk pembangunan ekonomi dan sosial di wilayah tersebut, yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas hidup bagi semua penduduk.
Tantangan
Di satu sisi, optimisme JK didukung oleh beberapa faktor, namun juga JK berhadapan dengan beberapa tantangan utama, misalnya: Pertama, ketidakpercayaan dan ketegangan. Ada ketidakpercayaan yang mendalam antara Hamas dan Fatah, yang telah berkonflik puluhan tahun. Ketegangan ini membuat proses rekonsiliasi menjadi sangat sulit.
Kedua, perbedaan ideologi dan tujuan jangka pendek. Hamas dan Fatah memiliki ideologi dan tujuan politik yang berbeda. Hamas lebih cenderung menggunakan pendekatan militan dan militer, sementara Fatah lebih moderat dan berusaha mencapai tujuan melalui diplomasi. Ketiga, tekanan eksternal. Tekanan dari pihak eksternal, termasuk negara-negara lain dan kelompok internasional, seringkali mempengaruhi dinamika internal antara Hamas dan Fatah. Dukungan atau penolakan dari pihak eksternal dapat memperumit upaya mediasi. Keempat, kondisi lapangan yang tidak stabil. Situasi di lapangan, termasuk serangan dan kekerasan yang terus berlangsung, membuat proses perdamaian menjadi lebih rumit. Kondisi ini sering kali menghambat dialog dan negosiasi yang konstruktif. Kelima, kepentingan pribadi dan kekuasaan. Kepentingan pribadi dan perebutan kekuasaan di antara para pemimpin kedua faksi juga menjadi hambatan besar dalam mencapai kesepakatan damai.
Berangkat dari latar belakang atau dasar pemikiran di atas, mulai dari profil dan jejak karya dan legasi JK, berlanjut pada faktor pendorong, yang menumbuhkan optimismenya, termasuk harapan masyarakat global, untuk mendamaikan konflik internal dua faksi utama di Palestina, Fatah, warisan PLO, dan Hamas, kendatipun JK harus berhadapan dengan beberapa tantangan, misalnya, mulai dari ketegangan, perbedaan ideologi dan tujuan jangka pendek kedua faksi, hingga kepentingan pragamatis kedua faksi itu. Tapi, bukan JK jika mengalah begitu saja. JK dikenal mimiliki genetis suku Bugis, perantau, saudagar, politisi, juru damai, pemimpin berbagai organisasi, dari kemahasiswaan hingga Palang Merah Indonesia dan Dewan Masjid Indonesia. Semuanya itu dapat memberikan JK energi dan spirit besar untuk terus melangkah maju ke depan bersama tim kecilnya untuk melihat tahapan perdamaian sesamanya di Palestina, plus Israel, di hari esok.
“Lebih cepat lebih baik,” adalah tagline popular JK, faktor pendorongnya untuk menemukan jalan terbaik menuju perdamaian abadi di bumi Palestina dan Israel. Semoga.
M. Saleh Mude, Mahasiswa Ph.D. di Hartford International University
Alif we Onggang, Pimpinan Redaksi Majalah PINISI dan Editor Utama Majalah Istiqlal