Dinamika Paguyuban Kekerabatan KKSS Berbasis Pangedereng/Pangadakkang Kini dan Akan Datang

0
690
- Advertisement -

Kolom Fiam Mustamin

PAGUYUBAN Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan/KKSS: Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja terikat secara emosional dan kultural yang tak terpisahkan di manapun keberadaannya.

Fenomena yang sedang dihadapi saat ini adanya pemekaran wilayah karena tuntutan peningkatan populasi, pengembangan Sumberdaya Alam dan Manusia berikut dengan penataan Administrasi Birokrasi Pemerintahan.

Bagaimana meresponnya dan apa yang perlu dilakukan untuk tetap menjaga keutuhan ikatan yang disebutkan meskipun tidak lagi satu wilayah provinsi.

Ada tiga pandangan dari senior KKSS yang mengajukan alternatif yaitu Asrul Asis Taba (pendiri), Pawennai dan Muslimin Mawi.

Ketiga-tiganya menawarkan perubahan penyesuaian nama wadah yang spiritnya tetap merawat ikatan emosional dan kultural empat etnis suku bangsa ini.

- Advertisement -

Perubahan itu diikuti dengan struktur organisasi dari pusat dan daerah, pilar dan lembaga-lembaga lainnya.

Inilah yang perlu diperdalam dan diperkaya untuk diformulasikan serta disosialisasikan pada tahun pertemuan di tingkat Pilar tokoh-tokoh yang representatif empat etnis itu.

Pertanyaanya; apa peluang dan tantangan paguyuban KKSS di era pemekaran wilayah dan apa yang perlu dilakukan bila paguyuban ini berganti nama ?

Itu pertanyaan esensial yang perlu mendapatkan respon perhatian kita bersama.

Paguyuban kekerabatan ini spiritnya budaya, wadah yang tercipta dan terikat secara emosional dan kultural dengan empat etnis itu.

Karena itu penting pula menjadi pemahaman bersama bahwa wadah ini landasan adab, rohnya budaya ( Pangedereng/ Pangadakkang ) yang artinya nilai itu perlu diuraikan pengertiannya.

Bukan yang besifat material prestise: sosial, material, pengaruh kekuasaan dan ekonomi.

Untuk menjabarkan itu diperlukan dialog yang terencana untuk menjawab pertanyaan di atas; terkhusus untuk menjaring calon Ketua Umum KKSS yang memilki kecakapan, kemampuan ekonomi, kemampuan kepemimpinan integritas dan manajerial yang sudah terukur, bukan baru akan uji coba.

Penting dipikirkan adanya kelembagaan Majelis Budaya dan Adat di Pusat dan Daerah sebagai wadah rujukan tempat bertanya dan minta pandangan kearifan.

Legolego Ciliwung 29 September 3024.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here