PINISI.co.id- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyelenggarakan Roots Day Nasional 2024 di Gedung Kemendikbudristek, Jakarta, Senin (7/10). Acara ini merupakan sorotan utama dalam rangkaian Pekan Untuk Sahabat Karakter (PUSAKA) 2024, yang fokus pada upaya pencegahan perundungan di sekolah, sebuah isu yang hingga kini masih kerap terjadi di berbagai lingkungan pendidikan.
Acara secara resmi dibuka oleh Staf Ahli Mendikbudristek Bidang Hubungan Kelembagaan dan Masyarakat, Muhammad Adlin Sila. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya langkah konkret dalam mengatasi perundungan yang masih sering terjadi di sekolah. “Program Roots tidak hanya memberikan pelatihan kepada guru untuk mencegah perundungan, tetapi juga telah memberdayakan 173.240 agen perubahan di kalangan siswa untuk turut berperan aktif. Survei U-Report pada tahun 2022 menunjukkan bahwa 42 persen peserta didik merasakan dampak positif dari program ini, dan 32 persen melaporkan penurunan kasus perundungan di sekolah mereka,” ujarnya.
Lebih lanjut, Adlin menggarisbawahi pentingnya kerja sama lintas pihak untuk memastikan bahwa program ini berkelanjutan dan terus berkembang. Program Pencegahan Perundungan Roots Indonesia, yang telah berjalan sejak 2021, merupakan hasil kolaborasi antara Kemendikbudristek dan UNICEF. Hingga kini, program ini telah menjangkau 33.777 satuan pendidikan di 509 kabupaten/kota di 38 provinsi di Indonesia. “Kita harus terus berupaya. Meski banyak sekolah sudah mengalami perubahan positif, masih ada tantangan yang harus dihadapi untuk memastikan setiap anak dapat belajar di lingkungan yang aman dan bebas dari kekerasan,” urai Adlin.
Kepala Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kemendikbudristek, Rusprita Putri Utami, dalam laporannya, menyampaikan bahwa Roots Day Nasional 2024 menjadi momentum penting untuk memperkuat dan memperluas dampak program ini. Roots Indonesia telah berhasil menciptakan agen-agen perubahan di sekolah-sekolah yang terlibat aktif dalam upaya mencegah perundungan.
“Program ini mengajak siswa bukan hanya sebagai penerima manfaat, tetapi juga sebagai motor penggerak dalam menyebarkan budaya positif dan menghentikan perundungan di sekolah. Kami berharap semakin banyak sekolah yang terlibat dalam program ini,” kata Rusprita.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Program Perlindungan Anak UNICEF Indonesia, Milen Kidane, menyampaikan pandangan kritis tentang kondisi perundungan di sekolah saat ini. “Meskipun banyak kemajuan yang telah dicapai, perundungan masih menjadi masalah yang meresahkan. Penting bagi kita untuk terus menekankan pendekatan sekolah yang holistik. Setiap anggota sekolah—mulai dari siswa, guru, pemimpin sekolah, hingga orang tua—harus terlibat dalam upaya mencegah dan mengatasi perundungan,” jelasnya.
Roots Day Nasional 2024 hadir sebagai ajang refleksi sekaligus penguatan komitmen bersama untuk menciptakan sekolah yang bebas kekerasan, serta mendukung terciptanya lingkungan belajar yang aman dan inklusif bagi seluruh peserta didik. Acara ini dihadiri oleh 100 siswa agen perubahan dari Jakarta secara luring dan seluruh siswa agen perubahan secara daring dari seluruh Indonesia, dengan rangkaian acara meliputi laporan kegiatan, pembukaan, podcast, serta deklarasi “Sekolah Tanpa Kekerasan” dari para agen perubahan yang didampingi oleh Kepala Puspeka Kemendikbudristek dan Kepala Program Perlindungan Anak UNICEF Indonesia. (Syam)