PINISI.co.id- Tokoh literasi Penerima Penghargaan Tertinggi Nugra Jasadharma Pustaloka Perpustakaan Nasional RI dan Penulis Nasional, Bachtiar Adnan Kusuma, menggugat budaya literasi dan budaya membaca para santri-santriwati SMA Islam terpadu Ponpes Shohwatul Is’ad, di seminar Literasi bertajuk” Literasi Membaca, Langkah Menuju Cerdas dan Berbudaya”, Sabtu 16 November 2024 di Ponpes hijau nan asri, Padang Lampe, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Bachtiar Adnan Kusuma, penggerak Literasi Santri menulis dan Kepala Badan Literasi LABBAIK Pengurus Pusat IKA BKPRMI hadir atas undangan panitia dan Kepala SMA IT Shohwatul Is’ad, Syamsuddin, S.Pd.M.Pd.
Kepala SMA Islam Terpadu Shohwatul Is’ad, Syamsuddin, mempertegas pentingnya penguatan literasi bagi kalangan siswa-siswi, selain literasi membaca menjadi ukuran kemajuan suatu bangsa, literasi membaca menjadi cermin kemajuan suatu bangsa. Syamsuddin, berharap dengan hadirnya Tokoh Literasi dan juga Tokoh pendidikan Bachtiar Adnan Kusuma, bisa memberi insight dan motivasi agar santri selain menguasai ilmu-ilmu agama juga menguasai ilmu-ilmu umum. Caranya, kata Syamsuddin, melalui dengan seminar penguatan literasi membaca.” Kami bersyukur karena Pak BAK bisa hadir dan memberi motivasi siswa-siswi SMA IT Shohwatul Is’ad agar kedepan bisa menjadi santri-santriwati yang melek literasi” kata Syamsuddin, saat membuka Seminar Literasi SMA IT Shohwatul Is’ad yang dihadiri 150 orang santri dan guru-guru.
Bachtiar Adnan Kusuma, membedah pentingnya santri menguasai literasi membaca dan menulis. Selain budaya membaca dan menghafal Al-Quran menjadi trade mark, santri juga perlu memiliki kemampuan dan kecakapan literasi membaca dan menulis. Bachtiar Adnan Kusuma, menguraikan bagaimana proses berdirinya Ponpes Shohwatul Is’ad yang digagas dan dirintis seorang alumni Ponpes IMMIM Putra, pengusaha, motivator dan penulis, Dr. K.H. Masrur Makmur Latanro. Kalau bukan karena literasi membaca, kata Bachtiar Adnan Kusuma, takkan mungkin K.H. Masrur bisa sukses dan menjadi Ulama Pendidik yang Pengusaha.
Bachtiar Adnan Kusuma, menceritakan kisah sukses santri plus pengusaha Masrur Makmur Latanro, selain piawai dalam menguasai ilmu-ilmu agama, ia juga jago dalam dunia bisnis yang awalnya ikut serta pada pamannya almarhum Haji Latunrung, lalu memutuskan migrasi ke Bali mendirikan usaha sendiri bisnis tukar uang asing di Kute, Bali.” Pak Masrur Makmur Latanro, contoh sukses santri enterpreunership, ulama, penulis dan pendidik berasal dari kalangan santri” kata penulis buku Masrur Makmur Latanro, Pelangi di Negeri Awan ini.
Bachtiar Adnan Kusuma, menggugat agar santri-santriwati selain menguasai ilmu agama dan ilmu umum, juga santri Ponpes Shohwatul Is’ad sebaiknya memiliki kecakapan literasi membaca yang tinggi. Caranya, setiap santri menyusun jadual membaca buku-buku umum setiap hari minimal 51 menit dan menulis 30 menit. Kalau rutin membaca dan menulis setiap hari, maka 90 hari kedepan para santri bisa melahirkan karya buku yang bermanfaat dibaca masyarakat.” Saya yakin dan percaya kekuatan membaca dan menulis santri Shohwatul Is’ad sangat mumpuni. Selain dikenal pondok pesantren terbaik, hijau, asri dan memiliki sumber daya manusia santri dan guru yang mumpuni, juga alumni-alumninya bertebaran di berbagai perguruan tinggi negeri di Indonesia” puji Bachtiar Adnan Kusuma. “ Saya memberi julukan Ponpes Shohwatul Is’ad ibarat Lembah Para Juara Pelangi di Negeri Awan” kata Bachtiar Adnan Kusuma.
Karena itu, literasi membaca menjadi kebutuhan primer. Kalau literasi membaca telah menjadi kebutuhan primer, berikutnya menjadi gaya hidup bagi setiap santri. Karenanya, Bachtiar Adnan Kusuma, kedepan para penulis buku-buku bergenre agama dan motivasi relegi berasal dari pondok pesantren Shohwatul Is’ad. Caranya, kata BAK mendorong terus menerus agar literasi membaca santri menjadi simbol kebangkitan santri melek literasi plus santri menulis yang dimulai dari SMA IT Shohwatul Is’ad.
Dalam sesi dialog interaktif dengan santri dan guru-guru, Bachtiar Adnan Kusuma juga memberi buku kepada setiap penanggap dan penanya yang cukup banyak baik dari santri maupun dari guru-guru. (Man)