Belum Merdeka Kawan

0
24
- Advertisement -

Kolom Ruslan Ismail Mage

Tanah airku tidak kulupakan, kan terkenang selama hidupku. Biar pun saya pergi jauh, tidak kan hilang dari kalbu. Tanahku yang kucintai Engkau kuhargai”.

“Walaupun banyak negeri ku jalani, yang mahsyur permai di kata orang. Tetapi kampung dan rumahku, disanalah kurasa senang.
Tanahku tak kulupakan
Engkau kubanggakan
Engkau kubanggakan
Engkau kubanggakan
____ ____ ____

Sahabat pencinta damai negeriku, coba pejamkan mata sejenak, bayangkan dirinya berada di lautan penonton timnas di GBK, laku lirik lagu tanah airku di atas diresapi dan dinyanyikan. Betapa dahsyatnya lagu itu menumbuhkan rasa nasionalisme kepada seluruh rakyat Indonesia tanpa syarat. Betapa rindunya setiap rakyat Indonesia terhadap negrinya yang indah nan permai.

Saat kunyanyikan dalam hati, dan syairnya kuresapi dalam kalbu, tiba-tiba kutersentak membayangkan nasehat Tan Malaka kepada dua sahabatnya Sukarno dan Bung Hatta sesaat setelah kemerdekaan diproklamirkan. Tan Malaka mendatangi dua sahabat tersebut mengutarakan isi hatinya tentang apa arti kemerdekaan baginya.

Kata Tan Malaka, “Kenapa aku tidak tertarik dengan kemerdekaan yang sahabatku proklamirkan? Karena bagiku kita belum merdeka, yang merdeka hanya kelompok tertentu, baru golongan elite, kaum kaya, kaum proletar. Sementara pada umumnya rakyat miskin belum merasakan kemerdekaan. Kalau hari ini aku datang sebagai sahabat memberitahu jalan kemerdekaan yang engkau proklamirkan salah arah, dan tetap tidak ada niat perbaikan, maka mulai besok aku akan berdiri sebagai lawanmu”.

- Advertisement -

Pernyataan Tan Malaka ini menjadi pisau analisisku memaknai setiap diksi lirik lagu tanah airku yang begitu indah melukiskan rasa rindu tanpa batas kepada ibu Pertiwi, yang kuhargai dan kubanggakan dan termasyur di mata dunia. Lagu itu mengandung nuansa begitu makmur negeriku, begitu sejahtera seluruh rakyat bermain di halaman rumah Indonesia tanpa sekat menikmati kebhinekaan.

Lalu mestikah negeri yang sangat dirindukan karena keindahan alamnya, kerena keramahannya, kedamaiannya, kandungan kekayaannya, kebhinekaan suku, bahasa, dan bangsanya, di hancurkan oleh orang-orang perusak konstitusi, dan pengkudeta demokrasi dari dalam? Mestikah kita diam membisu melihat dan merasakan ketidakadilan hukum dan ekonomi yang menusuk jantung kehidupan rakyat dalam satu dasawarsa terakhir? Tentu tidak!

Derain air mata yang mengiringi lagu tanah airku akan selalu menjadi pemicu setiap anak bangsa untuk kembali menemukan montum intelektualnya untuk memerdekakan seluruh warga bangsa tanpa terkecuali sebagaimana harapan dan cita-cita Tan Malaka. Ingat pesan Tan Malaka, “Saat ini rakyat belum merasakan kemerdekaan kawan”. Pilihan ada ditangamu, diam membisu mengembek, atau bersatu bangkit melawan. Jadilah singa walau hanya sehari agar tercatat dalam sejarah bangsa dalam mengembalikkan kemerdekaan sesungguhnya kepada rakyat.

Penulis, akademisi, inspirator dan penggerak, penulis buku motivasi dan kepemimpinan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here