Kolom Muslimin Mawi
Filosofi Eppa Sulapa sebagai Panduan Masa Depan
Pendahuluan
Filosofi Eppa Sulapa, yang berarti “empat sisi atau unsur”, adalah kearifan lokal warisan budaya dan intelektual masyarakat Bugis-Makassar yang sarat makna. Filosofi ini menjadi panduan etis dalam menentukan karakter pemimpin ideal. Dalam konteks kepemimpinan Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS), nilai-nilai Eppa Sulapa tetap relevan untuk
membentuk pemimpin masa depan yang mampu menjaga amanah, menciptakan harmoni dan membawa organisasi mencapai cita-cita dan tujuan besar organisasi.
Artikel ini membahas empat unsur inti dari Eppa Sulapa, ditambah dua aspek pendukung, yakni kemampuan material
(asugireng) dan ketaatan spiritual (mappasendre ri elo ullena puangnge), dalam kaitannya dengan kepemimpinan di KKSS.
Unsur-Unsur Inti Eppa Sulapa
1. Amaccang (Kearifan/Kecerdasan).
Dalam tradisi Bugis-Makassar, amaccang adalah kunci utama seorang
pemimpin dalam organisasi berbasis kedaerahan seperti KKSS. Kearifan
ini tidak hanya melibatkan kecakapan intelektual, tetapi juga kebijaksanaan
dalam membaca situasi dan mengambil keputusan yang tepat. Dalam teori
kepemimpinan modern, amaccang relevan dengan konsep emotional intelligence (EI) yang menekankan kemampuan mengenali, memahami dan mengelola emosi diri sendiri serta orang lain. Kearifan dalam Eppa Sulapa bukan hanya soal logika rasional, tetapi juga kemampuan intuitif
yang sering menjadi ciri pemimpin besar
Alempureng (Kejujuran).
Kejujuran adalah pondasi utama untuk membangun kepercayaan di dalam
organisasi. Dalam konteks organisasi KKSS, alempureng berarti pemimpin
harus menjadi figur yang dapat dipercaya dan memiliki integritas tinggi. Teori etika dalam kepemimpinan, seperti servant leadership, menekankan pentingnya kejujuran untuk membangun kepercayaan antara pemimpin dan anggotanya. Alempureng juga menjadi tameng utama terhadap korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.
3. Awaraningeng (Keberanian).
Keberanian dalam Eppa Sulapa menggambarkan jiwa pemimpin yang
berani menghadapi tantangan dan mempertahankan kebenaran. Dalam
organisasi KKSS pemimpin yang berani, tidak hanya mampu memperjuangkan kepentingan warganya dan masyarakat Sulawesi Selatan di berbagai tingkatan, tetapi juga berani mengambil langkah-langkah inovatif untuk memajukan organisasi.
Keberanian ini diperlukan untuk menghadapi tantangan maupun menyelesaikan konflik dengan
pendekatan yang adil dan bijaksana. Dalam teori kepemimpinan
transformasional, keberanian sering diasosiasikan dengan kemampuan
pemimpin untuk memimpin perubahan, meskipun menghadapi risiko besar.
Keberanian juga relevan dalam konteks pengambilan keputusan strategis
yang melibatkan banyak pihak.
4. Agettengeng (Keteguhan).
Keteguhan hati mencerminkan komitmen seorang pemimpin terhadap nilainilai kebenaran. Dalam KKSS, agettengeng berarti menjaga integritas dan konsistensi dalam menjalankan amanah organisasi, sekaligus beradaptasi dengan perubahan tanpa kehilangan identitas budaya. Ini sejalan dengan konsep authentic leadership, di mana pemimpin diharapkan konsisten dalam tindakan dan nilai-nilai yang dianut. Keteguhan dalam KKSS juga
melibatkan ketahanan mental dan emosional dalam menghadapi tekanan.
Unsur Pendukung
1. Asugireng (Kemampuan Material).
Dalam konteks KKSS, asugireng berarti kemampuan pemimpin untuk mengelola sumber daya finansial maupun jaringan kerja yang dimiliki organisasi. Pemimpin yang kompeten dalam aspek ini mampu
melaksanakan program sosial yang berdampak nyata, seperti pemberian
bantuan pendidikan, kesehatan dan bantuan kemanusian kepada warga
yang membutuhkan. Dalam perspektif modern, asugireng dapat dikaitkan
dengan resource-based leadership, di mana kepemimpinan yang efektif
memerlukan akses ke sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi atau
perkumpulan.
2. Mappasendre ri Elo Ullena Puangnge (Ketaatan Spiritual). Elemen ini menekankan pentingnya hubungan pemimpin dengan Sang Pencipta. Semua langkah dan keputusan dalam organisasi harus dilakukan dengan niat tulus dan didasarkan pada nilai-nilai religius, sehingga organisasi senantiasa berada di jalan yang diridhoi oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Landasan spiritual ini memberikan keberkahan dan ketenangan dalam menjalankan organisasi. Dalam konteks teori etika kepemimpinan, ini mencerminkan prinsip moral leadership yang menekankan bahwa pemimpin harus memiliki landasan moral dan spiritual yang kokoh.
Relevansi Filosofi Eppa Sulapa Bagi KKSS
Nilai-nilai Eppa Sulapa sangat relevan dalam menghadapi MUBES KKSS, untuk mempersiapkan pemimpin KKSS di masa depan. Keempat unsur inti memberikan panduan yang jelas tentang karakter pemimpin yang ideal untuk menjaga keberlanjutan organisasi. Dalam menghadapi tantangan modern, seperti transformasi digital, perubahan sosial dan migrasi generasi muda, nilai-nilai ini menjadi pedoman yang memastikan KKSS tetap adaptif sekaligus berakar pada budaya lokal.
Selain itu, kemampuan material dan ketaatan spiritual memperkuat fondasi
organisasi dalam menghadapi era yang penuh dengan intrik-intrik (muncul
dalam bentuk gosip, fitnah, penghasutan atau aliansi tersembunyi untuk menjatuhkan seseorang).
Program-program utama KKSS, seperti
pelestarian budaya, pengembangan kapasitas sumber daya warga dan
kolaborasi lintas wilayah, memerlukan pemimpin yang mampu mengintegrasikan nilai-nilai tradisional dengan pendekatan modern.
Kesimpulan
Filosofi Eppa Sulapa adalah pedoman kepemimpinan yang penuh dengan
nilai moral dan etika. Keempat unsur utama kearifan, kejujuran, keberanian, dan keteguhan membentuk karakter ideal bagi seorang pemimpin masa depan. Ketika ditambah dengan kemampuan material dan ketaatan spiritual, filosofi ini menjadi panduan holistik untuk menghadapi tantangan organisasi KKSS di masa depan. Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai Eppa Sulapa, KKSS dapat terus berkembang sebagai organisasi besar berskala dunia yang kuat, harmonis dan berkontribusi nyata bagi warga dan masyarakat Sulawesi Selatan dimanapun berada.
Eramas 2000, 24 Desember 2024
Penulis, adalah pemerhati organisasi / aktivis