Merawat Surga : Kisah Inspiratif Seorang Dokter Anak

0
598
- Advertisement -

Catatan Tammasse Balla

Di kaki langit Cimahi yang berselimut embun pagi, berdiri sebuah rumah yang dipenuhi tawa anak-anak dan hangatnya doa-doa seorang ibu. Rumah itu bukan sekadar bangunan, melainkan jiwa dari seorang wanita bernama Dokter Lia Amalia. Ia adalah seorang Dokter Spesialis Anak yang tidak hanya merawat tubuh mungil yang ringkih, tetapi juga merawat jiwa-jiwa yang lelah, tak terkecuali jiwa ibunya yang renta. Di tangannya, dunia yang sempit menjadi lapang; di hatinya, surga terasa lebih dekat.

Bagi Dokter Lia, hidup adalah lukisan Allah yang mesti dirawat dengan kelembutan. Tangannya yang halus telah menjahit banyak luka, bukan hanya luka fisik tetapi juga luka batin. Ia seperti embun yang membasahi dedaunan kering, memberikan harapan meski matahari tak henti-hentinya membakar. Setiap langkahnya diiringi doa yang menggema di lorong-lorong rumah sakit, sebuah melodi kasih yang menyentuh hati setiap orang yang bertemu dengannya.

Suaminya, Kolonel (Infanteri/Purnawirawan) Sujarwo, Mantan Dandim 0614 Kota Cirebon adalah jangkar dalam badai hidupnya. Kehadiran lelaki itu menyeimbangkan dunianya yang sering kali goyah oleh tanggung jawab. Bersama-sama, mereka seperti pohon besar yang menaungi tiga putri cantik mereka—tiga kuntum bunga yang kini mekar di ladang pengabdian. Ketiga putrinya memilih jalan sang ibu, menjadi dokter yang tak hanya pintar tetapi juga penuh cinta. Bahkan, takdir membawa mereka untuk berbagi hidup dengan pasangan-pasangan yang juga mengenakan jubah putih, kecuali salah seorang kembar yang memilih seorang insinyur, sang pencipta struktur kehidupan yang kokoh.

Namun, kehebatan keluarga ini bukan hanya tentang gelar yang mereka sandang. Yang lebih luar biasa adalah kasih yang tak terputus. Di tengah kesibukan anak-anaknya menempuh pendidikan dokter spesialis di Solo dan Makassar, Dokter Lia dengan senyum sabarnya memelihara cucu-cucunya, memintal cinta yang tak pernah berkurang. Tiga cucu itu adalah lenteranya, cahaya kecil yang menerangi hari-hari saat rindu pada anak-anaknya menyeruak.

Kisah hidupnya seperti simfoni yang indah namun penuh nada minor. Di salah satu babak, ia kehilangan ayahnya. Sang ayah berpulang di pelukannya, seperti daun yang jatuh ke pangkuan tanah. Tidak ada keluhan, hanya ada doa dan ketegaran. Sang ibu, yang kini berusia 80-an tahun, memilih untuk menghabiskan sisa hidupnya di bawah perawatan anak perempuannya ini. Ada keyakinan di hati sang ibu bahwa sentuhan Dokter Lia berbeda. Sentuhannya seperti musim semi yang tak kenal layu, memberikan kenyamanan hingga akhir perjalanan.

- Advertisement -

Dokter Lia adalah perwujudan pohon beringin yang kokoh. Meski akarnya tertanam dalam tanah, dahannya menjulang tinggi, memeluk langit. Rumahnya menjadi tempat berlindung bagi mereka yang lelah dan rapuh. Ia merawat ibunya dengan sepenuh cinta dan kasih sayang, seperti merawat surga yang dipercayakan Allah kepadanya. Di matanya, merawat seorang ibu yang uzur adalah seperti menyiram bunga mawar di taman kecilnya sendiri—melelahkan, tetapi tidak ada yang lebih indah daripada melihat bunga itu terus mekar.

Suaminya, Pak Kolonel Jarwo, adalah sungai yang tak pernah kering. Kebaikan hatinya mengalir ke setiap sudut kehidupan keluarga mereka, menjadi mata air yang memuaskan dahaga kasih sayang. Jika cinta adalah rumah, maka Dokter Lia dan suaminya adalah dua pilar yang menyangga kehangatan di dalamnya.

Ketulusan Dokter Lia adalah mutiara yang tak pernah pudar. Di saat banyak orang memandang tua sebagai beban, ia melihatnya sebagai amanah. Di tangannya, keriput ibunya berubah menjadi kisah-kisah manis yang ditenun dengan sabar. Bagi Dokter Lia, merawat ibunya adalah cara untuk mendekatkan diri pada surga, karena dalam peluh pengorbanan, ia menemukan kebahagiaan sejati.

Rumah Dokter Lia adalah bukti bahwa cinta sejati tidak mengenal usia, status, atau lelah. Ia seperti matahari pagi yang tak pernah absen menyinari bumi, meski kadang diselimuti awan. Ia memahami bahwa hidup adalah tentang memberi, bukan menerima. Di tengah kehidupan yang penuh tantangan ini, Dokter Lia membuktikan bahwa seorang ibu tidak pernah benar-benar berhenti menjadi ibu, bahkan ketika rambutnya mulai memutih.

Merawat surga adalah kisah cinta dan pengabdian tanpa batas. Sebuah inspirasi dari seorang Dokter Anak asal Cimahi yang menyentuh hati, menunjukkan bahwa kebahagiaan tidak ditemukan di tempat lain, melainkan di hati yang tulus dan penuh kasih.

Makassar, 16 Januari 2025
Pk. 06.04 WITA

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here