Teologi Jalan Tengah: Merawat Persaudaraan, Menyemai Harapan

0
145
- Advertisement -

Kolom  Dr. Salahuddin Yahya, M.Si

Dalam setiap perjalanan organisasi, selalu ada titik-titik krusial yang mengundang kita untuk berhenti sejenak, menoleh ke belakang, dan bertanya: sejauh apa kita telah melangkah, dan ke mana arah yang hendak kita tuju? Bagi Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS), musyawarah besar bukan sekadar ajang memilih ketua umum. Ia adalah momen reflektif yang penuh makna—sebuah ruang sakral untuk menyatukan hati, memperbarui tekad, dan merumuskan arah bersama.

Sulawesi Selatan adalah tanah yang sarat sejarah perjuangan dan kebijaksanaan. Kita lahir dari rahim nilai-nilai luhur yang diwariskan secara turun-temurun: sipakatau (saling memanusiakan), sipakainge (saling mengingatkan), dan sipakalebbi (saling menghormati dan memuliakan). Nilai-nilai ini tidak hanya menjadi fondasi moral, tetapi juga menjadi penuntun dalam menghadapi perbedaan dan tantangan zaman.

Dalam Mubes KKSS kali ini, kita melihat kehadiran tiga sosok yang menawarkan diri mengemban amanah kepemimpinan. Muchlis Patahna, yang telah menunjukkan kepemimpinan inklusif sebagai petahana, hadir kembali dengan rekam jejak yang membuktikan dedikasinya. Dua kandidat lainnya, yakni Andi Amran Sulaiman dan Andi Idhanursanty, tampil dengan semangat pembaruan dan visi besar untuk membesarkan KKSS dalam konteks kekinian.

Ketiganya adalah putra-putri terbaik Sulawesi Selatan. Mereka bukan lawan dalam perebutan kekuasaan, melainkan mitra dalam pengabdian yang sama. Inilah saat bagi kita semua untuk meneguhkan kembali nilai-nilai teologi jalan tengah—sebuah pendekatan yang menekankan keseimbangan, kesetaraan, dan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan.

- Advertisement -

Teologi jalan tengah mengajarkan bahwa kemenangan sejati bukan diraih dengan saling mengalahkan, melainkan dengan saling menguatkan. Dalam konteks organisasi berbasis kekeluargaan seperti KKSS, pemimpin bukanlah seseorang yang berdiri di atas, melainkan seseorang yang berjalan di tengah—mengayomi, mendengarkan, dan merangkul semua pihak.

Muchlis Patahna patut diapresiasi atas konsistensinya menjaga semangat kekompakan. Di saat yang sama, kehadiran Andi Amran Sulaiman dan Andi Idhanursanty menjadi pertanda bahwa KKSS selalu terbuka pada ide-ide baru dan keberanian untuk berinovasi. Ketiganya mencerminkan wajah KKSS yang beragam, dinamis, dan kaya akan potensi kepemimpinan.

Tantangan ke depan tidak ringan. Dunia berubah cepat. KKSS sebagai organisasi perantau terbesar dari Sulawesi Selatan perlu terus memperkuat identitas, membangun jejaring lintas generasi, serta menjawab kebutuhan diaspora yang tersebar di berbagai pelosok Indonesia dan dunia. Karena itu, proses Mubes ini harus menjadi contoh praktik demokrasi yang sehat—yang menjunjung tinggi martabat, menjaga persaudaraan, dan menghindari polarisasi.

Kita percaya bahwa siapa pun yang terpilih, tidak akan berjalan sendiri. Ia akan didampingi oleh semangat gotong royong seluruh warga KKSS, didukung oleh warisan nilai-nilai kearifan, dan diarahkan oleh cita-cita besar untuk terus menjaga rumah bersama ini. Sebab KKSS bukan tentang siapa yang berada di depan, tetapi bagaimana kita terus melangkah berdampingan.

Menjaga KKSS berarti menjaga persaudaraan. Memimpin KKSS berarti memuliakan pengabdian. Dan merawat KKSS berarti menyemai harapan—bagi generasi kini dan yang akan datang.

Semoga Mubes ini bukan hanya menghasilkan pemimpin terbaik, tetapi juga memperkuat tekad kita untuk terus menjadikan KKSS sebagai simbol kerukunan, kekuatan, dan kebanggaan bagi seluruh anak Sulawesi Selatan, di mana pun mereka berada.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here