Kolom Fiam Mustamin
BERTEMPAT tinggal seperti disebutkan di atas bukankah sebuah utopia imajinasi tapi merupakan realitas yang sesungguhnya.
Realitas bagi Doktor Ekonomi Inan Riau Hasibuan rumpun anak Melayu Tanjung Pinang dan Batak ini yang membangun rumah tinggal di sebuah bukit perkampungan yang berjarak sekitar 30 km dari Ciawi Bogor.
Di bukit itu yang tekstur lahannya bertebing luas 20 hektar setiap saat dapat memandang dengan leluasa pegunungan Salak dan Pangrango di pagi hari dan sore hari yang berselimut kabut.
Pandangan keindahan dan hawa sejuk yang diserapnya tiap hari itulah yang menjadikan rumah di bukit itu yang dinamai Tirta (Air) Makmur, ada sumber mata air di situ dan menjadi bukit inspirasi bagi pemiliknya.
Tirta Makmur Pasir Muncang
MENYEBUT nama lokasi itu tak terpisahkan dengan riwayat pemberian namanya yang diberikan oleh Sang Putera Pajar, Proklamator Kemerdekaan Bung Karno cerita Inan.
Karenanya bukit inspirasi itu hendaknya tidak sebatas nama dan lokasi tempat tinggal, yang semestinya dapat merangsang dan memotivasi daya cipta inovasi untuk melahirkan kemakmuran dan kesejahteraan bangsa sebagaimana yang dicita-citakan dan diperjuangan oleh para The Fouding Father dan Mather Bangsa ini.
Lebih jauh lagi dapat dimaknai dari sejarah dan peradaban kemuliaan leluhur tanah pasundan: Prabu Siliwangi dan pernaisuri Nyi Sumbang Larang sekitaran 1428 Masehi.
Dari sejak tahun 2003 di bukit itu, Inan yang penggiat seni dan pers bersama sohibnya seniman dan wartawan Andre Mochtar telah membangun dan mengembangkan penerbitan majalah CAHAYA dan Lembaga Wartawan Indonesia (LWI 2013) untuk pers yang bervisi; bersinegri, berdaulat dan bermaslahat untuk orang banyak.
Condet 29 Juli 2020