PINISI.co.id- Salah satu peserta yang berhasil memukau penonton dalam Fiesta Folklore adalah tim dari Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Jawa Tengah. Mereka tampil anggun dalam parade budaya dengan balutan wastra tradisional, seperti baju bodo, busana Toraja, dan pakaian adat Bugis Makassar yang kaya warna.
Gelaran ini berlangsung di Pelataran Gedung Heritage Marba, Semarang, pada 12–14 September 2025. Fiesta Folklore menjadi bagian dari Festival Kota Lama (FKL) Semarang 2025 yang mengusung tema “Colors of Unity”. Lebih dari sepekan, festival ini sukses menarik perhatian warga dan wisatawan yang tengah berkunjung ke Kota Lunpia.
FKL merupakan agenda tahunan berskala nasional yang dipusatkan di kawasan Kota Lama Semarang. Tidak sekadar pesta budaya, rangkaian acaranya dikemas penuh kreasi, mulai dari pentas seni, hiburan musik, hingga kuliner khas.
Ketua BPW KKSS Jawa Tengah, Musdalifah Pangka, menyatakan bahwa KKSS selalu aktif berpartisipasi dalam setiap agenda budaya Pemkot Semarang.
“Pada event ini, KKSS Jateng menampilkan beragam busana tradisional Sulawesi Selatan. Setiap tahun kami berusaha tampil sebaik mungkin,” ujarnya.
Fiesta Folklore sendiri berfokus pada penampilan seni dan budaya dari berbagai negara dan daerah, seperti Royal Hanbok Exhibition dan Hanbok Parade dari Korea, penampilan budaya Jepang, serta tradisi Nusantara. Semua digelar di kawasan heritage Kota Lama.
Tema “Colors of Unity” atau “Warna-Warna Persatuan” menggambarkan semangat kebersamaan melalui keragaman budaya yang berpadu dalam harmoni. FKL 2025 menjadi satu-satunya agenda budaya di Semarang yang masuk dalam Karisma Event Nusantara (KEN), sehingga harus terus dipertahankan untuk meningkatkan kualitas acara sekaligus menarik lebih banyak wisatawan.
“Semarak event ini tidak lepas dari inovasi dan kreasi yang terus kami hadirkan setiap tahun. Harapannya, FKL 2025 bisa tampil lebih kuat dalam agenda berskala nasional, bahkan internasional,” lanjut Musdalifah.
Selain KKSS Jateng, parade kesenian dan budaya juga menghadirkan penampilan dari Jepang, Korea, Yogyakarta, Minangkabau, Kudus, hingga Reog Ponorogo.
Tak kalah menarik, pengunjung juga dimanjakan dengan pertunjukan musik klasik di Gereja Blenduk, Jazz Kota Lama di Laroka Theater, hingga puncak acara Wayang on The Street dengan lakon “Sang Pinilih” bergaya modern. Festival ditutup meriah dengan parade cosplay, flashmob, dan lomba kostum. (Din/Lif)