Tudang Sipulung KKW Wajo: Sepakat Berkontribusi Bagi Daerah dan Bangsa

0
1892
- Advertisement -

PINISI.co.id- Para pemangku kepentingan Kerukunan Keluarga Wajo (KKW) sepakat memberi kontribusi nyata bagi pembangunan nasional, khususnya pembangunan Kabupaten Wajo dan Sulawesi Selatan. Kesepakatan itu mengemuka dalam Tudang Sipulung yang dirangkaikan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Gedung BPSDM Kemendagri, Jakarta, Ahad (21/9/2024).

Acara yang dihadiri sekitar 400 warga KKW se-Jabodetabek ini berlangsung penuh hikmah dan sarat nuansa Bugis. Tudang Sipulung bukan sekadar ajang silaturahmi, tetapi juga forum merumuskan sinergi dan langkah konkret untuk membangun daerah dan bangsa.

Segenap warga dan pengurus KKW berpose bersama seusai perayaan Tudang Sipulung dan Maulid Nabi Muhammad.

Bupati Wajo Andi Rosman dalam sambutannya mengajak seluruh warga KKW di tanah rantau untuk mengagendakan Tudang Sipulung Nasional yang dijadwalkan secara rutin dalam kalender kegiatan organisasi.

“Kita duduk bersama menciptakan sinergi dan mari memberi kontribusi bagi Wajo. Banyak orang Wajo yang sukses di rantau dan menjadi pimpinan. Potensi itu harus kita satukan,” ujar Rosman.

Penyerahan bendera pataka KKW dari Hasanuddin Massaile (kiri) kepada Amran Jamaluddin.

Menurutnya, Wajo memiliki kekayaan sumber daya alam yang menjanjikan, mulai dari perikanan, pertanian, hingga pariwisata yang bisa menjadi motor kemajuan daerah jika dikelola dengan baik oleh SDM Wajo yang tersebar di seluruh Indonesia.

Hal senada disampaikan Abdul Rivai Ras, Wakil Ketua Umum KKSS, yang menyampaikan pesan Ketua Umum KKSS Andi Amran Sulaiman. Menurutnya, KKW adalah pilar penting KKSS yang memiliki kapasitas besar dalam pembangunan bangsa.

“KKW diharapkan tidak sekadar berkumpul dan seremonial, tetapi benar-benar memberi kontribusi bagi bangsa ini, khususnya Sulsel dan Wajo,” tegas Rivai.

Ia juga menekankan pentingnya menjaga soliditas internal KKW, sekaligus menghidupkan tradisi keagamaan seperti Maulid Nabi yang menjadi salah satu identitas kultural orang Wajo.

Komitmen KKW

Ketua Umum KKW, Amran Jamaluddin, menegaskan pihaknya tengah mendata tokoh-tokoh Wajo potensial dari berbagai bidang yang bisa didorong untuk berkontribusi bagi pembangunan daerah.

“Kami berkomitmen melanjutkan kerukunan dan kebersamaan. Sinergi SDM orang Wajo yang luar biasa harus diarahkan untuk kemajuan bersama,” kata Amran.

Peluncuran Yayasan KKW Sejahtera Bersama.

Sementara itu, Ketua Panitia Syamsiah Badruddin meluncurkan Yayasan KKW Sejahtera Bersama sebagai program utama organisasi. Yayasan ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan warga KKW. Ia juga memperkenalkan rencana penerbitan buku Inspirasi Bugis Wajo untuk Indonesia sebagai upaya mendokumentasikan kiprah perantau Wajo.

Tema kegiatan ini, Mardeka To Wajoe, Ade’na Napopuang, menjadi refleksi falsafah politik, sosial, dan budaya orang Wajo. Kemerdekaan bagi masyarakat Wajo bukan hanya bebas dari penjajahan, tetapi juga bebas hidup sesuai adat (ade’) yang dimuliakan. Adat adalah fondasi martabat; jika adat dijunjung, orang Wajo merasa merdeka dan bermartabat.

Ungkapan itu mencerminkan karakter orang Wajo yang dikenal sebagai pedagang, pelaut, sekaligus perantau. Mereka menjadikan adat dan agama sebagai penuntun dalam setiap langkah, baik di kampung halaman maupun di rantau.

Acara ini dihadiri sejumlah tokoh KKW dan KKSS, antara lain Hasanuddin Massaile (mantan Ketua Umum KKSS), A. Rivai Ras, Andi Faisal Bakti, Aspar Paturusi, Andi Nafri Baso, Andi Jamaro Dulung, Salman Maggalatung, Andi Yuliani Paris, serta Wakil Bupati Wajo dan anggota DPRD Wajo. Dari pilar-pilar KKSS tampak hadir H. Mashur (Ketua Pilar Kebugis), Ketua Pilar Takakar Jeneponto, Sekjen KM Bulukumba Syaefullah Hamid serta Sekjen Pilar Soppeng Aprial Hapsah.

Sebagian panitia yang sukses menggelar acara.

Yang menarik, acara Maulid Nabi ini turut menampilkan tradisi khas Bugis-Makassar berupa hiasan telur Maulid. Telur rebus yang dibungkus kertas warna-warni ditata indah lalu dibagikan kepada hadirin sebagai simbol berkah, kesucian, dan rezeki.

Tradisi ini adalah hasil akulturasi ajaran Islam dengan budaya lokal Bugis-Makassar. Bagi masyarakat, telur melambangkan kehidupan baru, kesuburan, dan keberlanjutan generasi. Kehadirannya dalam Maulid Nabi menegaskan bahwa Islam di Sulawesi Selatan tumbuh berdampingan dengan kearifan lokal yang penuh makna.

Akan halnya kuliner yang disuguhkan berupa jenis makanan tradisional Wajo seperti barongko, pisang ijo, burasa, apang, tumbu, tape , nasu lekku, tompi, nasu bale, bae tunu, cecca pao, dan paria kambu. (Lif)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here