Bela Negara Lewat Ketahanan Pangan

0
73
- Advertisement -

Kolom Andi Rahman

Dept. Hub Kerjasama – KKSS

Bela negara bukan hanya tentang kesiapan fisik untuk mempertahankan kedaulatan, melainkan juga mencakup kesadaran dan tanggung jawab setiap warga dalam menjaga keberlanjutan kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu bentuk bela negara yang semakin penting di era globalisasi adalah menjaga ketahanan pangan nasional. Pangan merupakan aspek vital yang menentukan stabilitas sosial, ekonomi, dan politik suatu bangsa. Negara yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya secara mandiri akan mudah terpengaruh oleh gejolak ekonomi dan politik global.

Oleh karena itu, upaya mencapai swasembada pangan, khususnya melalui komoditas beras, menjadi simbol nyata bela negara di bidang nonmiliter. Sebagai makanan pokok mayoritas masyarakat Indonesia, beras memiliki posisi strategis dalam menjamin kesejahteraan dan kemandirian bangsa.

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari ketersediaan yang cukup, aman, bergizi, merata, dan terjangkau. Dalam konteks tersebut, swasembada beras menjadi indikator utama kemandirian pangan Indonesia. Ketika produksi beras dalam negeri mampu memenuhi kebutuhan nasional, Indonesia tidak hanya mencapai kedaulatan pangan, tetapi juga memperkuat posisi ekonomi dan politiknya di tingkat global.

Swasembada beras menuntut sinergi antara pemerintah, petani, dan masyarakat luas. Pemerintah berperan dalam kebijakan dan infrastruktur pertanian, sementara masyarakat menjadi pelaku utama yang menjaga kesinambungan produksi, konsumsi, dan distribusi pangan. Kesadaran kolektif dalam mendukung produksi beras lokal, mengurangi ketergantungan impor, dan menghargai hasil petani merupakan bentuk konkret bela negara yang berakar pada kemandirian ekonomi.

Peran masyarakat dalam memperkuat ketahanan dan swasembada pangan mencakup empat dimensi utama: produksi, konsumsi, pengelolaan, dan partisipasi kebijakan.

1. Penguatan Produksi Beras Lokal
Petani merupakan ujung tombak kemandirian pangan. Masyarakat pedesaan berperan penting dalam meningkatkan produktivitas beras melalui pemanfaatan lahan, penerapan teknologi pertanian modern, dan sistem irigasi berkelanjutan. Penggunaan varietas unggul, pupuk organik, serta pelatihan teknologi pertanian presisi dapat meningkatkan hasil panen sekaligus menjaga kualitas lingkungan. Dukungan masyarakat perkotaan juga dapat dilakukan melalui kegiatan urban farming dan community garden sebagai bentuk partisipasi dalam produksi pangan mandiri.

2. Konsumsi Produk Pangan Nasional
Kemandirian pangan tidak hanya diukur dari produksi, tetapi juga dari perilaku konsumsi. Masyarakat dapat mendukung swasembada beras dengan mengutamakan konsumsi beras lokal dan mengurangi ketergantungan pada beras impor. Selain itu, diversifikasi pangan — seperti pengembangan pangan alternatif berbasis umbi-umbian, sorgum, dan jagung — juga penting untuk menjaga keseimbangan ketahanan pangan nasional.

3. Pengelolaan Pangan dan Efisiensi Distribusi
Ketahanan pangan yang berkelanjutan bergantung pada efisiensi distribusi. Di sini, peran masyarakat dan lembaga seperti Rumah Pangan Kita (RPK) BULOG menjadi sangat penting. RPK membantu memastikan ketersediaan beras dan bahan pokok dengan harga terjangkau di berbagai wilayah, termasuk daerah terpencil. Selain itu, masyarakat dapat berkontribusi melalui pengelolaan stok pangan rumah tangga dan pengurangan food waste.

4. Edukasi dan Partisipasi Sosial
Literasi pangan perlu terus ditingkatkan agar masyarakat memahami hubungan erat antara pangan dan kedaulatan negara. Melalui organisasi, lembaga pendidikan, dan media sosial, masyarakat dapat menjadi agen perubahan dalam membangun kesadaran akan pentingnya swasembada pangan sebagai bagian dari bela negara.

Program seperti Rumah Pangan Kita (RPK) BULOG menunjukkan bahwa kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dapat menciptakan sistem pangan yang kuat, adil, dan berkelanjutan. Bela negara dapat dimulai dari hal sederhana: menanam, membeli, dan mengonsumsi beras hasil petani negeri sendiri. Sebab, ketika pangan kita mandiri, bangsa pun berdaulat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here