PINISI.co.id- Pameran Dialog Peradaban 2025 dengan tema “Gus Dur dan Daisaku Ikeda untuk Kemanusiaan: Dialog Peradaban untuk Toleransi dan Perdamaian” telah resmi dibuka, bertempat di Makara Art Centre, Universitas Indonesia, Depok, pada Senin (13/10/2025). Pameran yang diselenggarakan oleh Yayasan Bani Abdurrahman Wahid dan Soka Gakkai Indonesia ini, akan berlangsung hingga 23 Oktober 2025 mendatang.
Pameran ini menjadi penanda 15 tahun perjumpaan bersejarah antara KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Daisaku Ikeda, 2 tokoh spiritual dan kemanusiaan dunia. Pertemuan mereka kala itu terekam dalam buku “Dialog Peradaban untuk Toleransi dan Perdamaian”, yang kini kembali digaungkan sebagai refleksi penting dalam menjawab tantangan zaman.
Acara di Makara Art Center UI ini dihadiri oleh ratusan peserta yang sejak pagi telah berdatangan. Nampak hadir berbagai kalangan mulai dari civitas akademis Universitas Indonesia, sejumlah siswa berseragam sekolah, dan masyarakat umum.
Hadir sebagai pembicara atau narasumber adalah Alissa Wahid sebagai Direktur Jaringan GUSDURian, Dr Zastrouw Al Ngatawi (Direktur Kebudayaan Universitas Indonesia), Prof Ir Ahmad Syafiq MSc PhD dari AWCPH (Abdurahman Wahid Center for Peace and Humanities) UI dan juga Prof Dr Ahmad Zainul Hamdi MAg sebagai Sekretaris Badan MBPSDM (Moderasi Beragama Pengembangan Sumber daya manusia) Kementerian Agama RI. Bertindak sebagai host atau moderator adalah Gratia Wing Artha dari AWCPH UI / dosen Sosiologi Universitas Nasional.
Menurut Ketua Panitia Pelaksana, Inaya Wahid, kegiatan ini digelar untuk memperingati 15 tahun pertemuan Gus Dur dan Daisaku Ikeda, yang dituliskan dalam sebuah buku. Tujuan dari kegiatan ini, kata dia, adalah dalam rangka memperkuat persahabatan di atas perbedaan. Sebab menurutnya persabatan adalah fondasi yang dibutuhkan dalam membangun peradaban dan perdamaian.
“Kami nggak muluk-muluk, tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membangun persahabatan. Gelombang persahabatan harus terus diciptakan, sebab persahabatan adalah awal dari perdamaian,” kata Inaya Wahid dalam pidato sambutannya.
Acara ini merupakan peringatan dari buku yang dilahirkan dari pemikiran KH Abdurrahman Wahid dan Daisaku Ikeda. Buku ini dianggap sangat relevan dengan kondisi global saat ini, yang memperlihatkan dehumanisasi di berbagai penjuru dunia. “Jadi ini untuk memperingati keluarnya buku tersebut. Kenapa mesti diperingati? Karena ini salah satu wasiat Gus Dur dan Ikeda bahwa buku ini harus tersebar luas dan sangat penting karena berbicara tentang kondisi dunia,” kata Inaya Wahid.
Dijelaskan oleh Inaya bahwa dialog yang kemudian menjadi isi buku ini bermula ketika 15 tahun yang lalu Gus Dur bertemu Daisaku Ikeda. Buku berjudul Dialog Peradaban ini merekam percakapan mereka berdua sebagai pemimpin kelompok agama sekaligus tokoh perdamaian. “Dua-duanya banyak bicara soal perdamaian. Mereka ketemu pertama kali, kemudian hasil pertemuan keduanya dijadikan buku. Dialog Peradaban Dunia ini dikeluarkan 15 tahun lalu,” ujar Inaya.
Sebelum digelar di UI, kegiatan sebelumnya pernah digelar di Masjid Istiqlal dan kedepannya akan dilanjutkan di Pusat Kebudayaan Soka Gakkai di Jakarta. Menurut Inaya, isi buku tersebut sangat relevan dengan kondisi saat ini sehingga perlu disampaikan ke masyarakat.
“Situasi hari ini sangat relevan dengan issue dalam buku tersebut. Kondisi Indonesia saat ini semuanya relevan dengan persoalan yang dibahas dalam buku itu. Seperti misalnya kasus rumah ibadah yang susah didirikan, kemudian adanya pembubaran jemaat yang sedang beribadah. Hal-hal demikian seperti penyakit besar yang saling berkelindan. Buku ini membahas itu semua,” jelasnya.
Di kesempatan lain pada acara yang sama, kurator Pameran dari Soka Gakkai Indonesia, Heryanto mengungkapkan bahwa Soka Gakkai fokus untuk memajukan perdamaian, pendidikan dan kebudayaan. Dimana melalui pameran ini para pengunjung diharapkan dapat lebih memahami intisari atau pesan moral dari pemikiran Gus Dur maupun Ikeda. Walaupun ada perbedaan budaya negara dan selisih usia (Ikeda lebih tua 12 tahun daripada Gus Dur) diantara mereka, ternyata ada suatu titik temu, yaitu kemanusiaannya dan kecintaannya pada perdamaian.
“Pameran ini tidak hanya menonjolkan kata-kata atau kutipan dari kedua tokoh (Ikeda dan Gus Dur), tetapi juga mengungkapkan masa muda keduanya yang banyak mengalami tragedi dan kesulitan. Bahkan sepanjang perjalanan hidup mereka pun, banyak mengalami pengkhianatan dan semacamnya. Tetapi kecintaan mereka pada perdamaian dan kemanusiaan tidak pernah pudar, malah makin menguat walaupun diterpa banyak tantangan kehidupan”, demikian penjelasan Heryanto.
Lebih jauh Heryanto menjelaskan bahwa manusia yang mulia sebenarnya tidak dilihat dari pencapaian seperti harta, jabatan atau kedudukan, tetapi dari hasrat mereka untuk perdamaian, dilihat dari kecintaan mereka pada kemanusiaan, dan juga dilihat dari sejauh mana mereka mau melakukan sesuatu untuk perdamaian dan kemanusiaan,
Heryanto menjelaskan bahwa Pameran di Makara UI ini akan berlangsung sampai dengan 23 Oktober. Kemudian akan dilanjutkan lagi di Pusat Kebudayaan Soka Gakkai Indonesia di Kemayoran, Jakarta Pusat, mulai 25 Oktober s/d 4 Desember 2025. Dimana kegiatan di Pusat Kebudayaan tersebut, sudah mendapat dukungan dari Dinas Pendidikan DKI Jakarta, yang mana nantinya akan mengundang siswa dari sekitar 100 sekolah.
“Pada event di Pusat Kebudayaan nanti, sudah dirancang sejumlah kegiatan bagi para siswa. Mereka tidak hanya datang berkunjung, kami juga merancang sejumlah kegiatan agar mereka bisa memahami dialog peradaban yang sesungguhnya”, demikian pungkas Heryanto mengakhiri perbincangan dengan awak media. (Irfan Ahdiyat)