(Watanpone, 14 November 1942 – Bandung, 2025)
H. Ahmad Pawennei adalah sosok teladan yang lahir di Watanpone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan pada 14 November 1942. Dari tanah Bugis yang dikenal melahirkan para pemimpin dan cendekiawan, beliau mewarisi genetik kepemimpinan dan kebijaksanaan dari leluhur bangsawan Bone yaitu La Mellong Swalle Kajao Lallidong Tau Tongen ri Gaunna, seorang penasihat kerajaan dan ahli tata negara pada sekitar tahun 1580-an.
Sejak muda, Pawennei dikenal sebagai pribadi pekerja keras, disiplin, dan berjiwa pengabdian tinggi. Nilai-nilai luhur Bugis yang tertanam sejak kecil: Masaro Mase dan Mappasituju membentuk karakter beliau hingga akhir hayat.
Pawennei ditopang pendidikan dengan fondasi yang kokoh. Pendidikan dasarnya dimulai di SR No.02 Bukaka Watanpone, kemudian berlanjut ke SMP Watanpone. Bakat teknisnya mulai terasah saat menempuh pendidikan di STM Makassar. Namun, jiwa pengabdiannya membawanya ke dunia militer, tepatnya di Sekolah Calon Perwira (Secapa) TNI AU.
Tak berhenti di situ, semangatnya untuk terus belajar tak pernah pudar. Di tengah kesibukannya, ia menyempatkan diri menimba ilmu pendidikan dari STKIP Purnama Jakarta, mengejar gelar dari American World University, dan mendalami ilmu ekonomi di STIE IPWJJA. Jejak pendidikannya menggambarkan sosok yang haus akan ilmu dan pembelajar sepanjang hayat.
Adapun kariernya ia bangun dari militer ke pengusaha. Perjalanan kariernya diawali dengan pengabdian yang membanggakan sebagai Anggota TNI AU dari tahun 1962 hingga 1980. Selama 18 tahun, ia mengabdi untuk negara dengan disiplin dan dedikasi tinggi.
Setelah meninggalkan dinas aktif, semangatnya tidak luntur. Ia justru membangun kerajaan bisnisnya sendiri. Pawennei mendedikasikan hidupnya sebagai seorang pengusaha dan pionir. Ia adalah Pendiri PT. MBT Utama, yang menjadi batu pertama grup bisnisnya. Keahlian strategisnya diandalkan sebagai Komisaris di beberapa perusahaan, termasuk PT. Asia Jakarta Prima, PT. MBT Consultant, dan PT. Multibina Teknika Utama. Transisinya dari dunia militer yang terstruktur ke dunia bisnis yang dinamis menunjukkan kemampuan adaptasi dan visi wirausaha yang kuat.
Dunia Organisasi
Di luar dunia bisnis, pria yang tampak awet muda ini adalah seorang figur yang aktif berjejaring dan berkontribusi untuk masyarakat. Kepemimpinannya diakui di berbagai organisasi tingkat nasional. Ia pernah menjadi Pengurus di Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Pusat dan memimpin sebagai Ketua Umum BPP Ardin serta Ketua Umum DPP Aspekindo.
Pengalamannya yang luas juga diabdikan dalam organisasi seperti PP Pati, DPP Karpin, dan Aspipin. Salah satu posisi strategisnya yang paling lama dipegang adalah sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) BPP KKSS selama 26 tahun, dari 1984 hingga 2010. Ia juga pernah dipercaya sebagai Sekjen DPN HPO di awal tahun 2000-an. Aktivitas organisasinya menunjukkan komitmennya untuk tidak hanya membangun perusahaannya sendiri, tetapi juga memajukan komunitas bisnis dan organisasi secara lebih luas.
Tak pelak, Pawennei adalah sosok yang lengkap; seorang prajurit, akademisi, pengusaha, dan pemimpin organisasi. Perjalanan hidupnya adalah cerita tentang transformasi yang mulus dari pengabdian militer ke inovasi bisnis, yang diiringi dengan komitmen kuat untuk memberi kembali kepada masyarakat melalui berbagai jabatan organisasi. Ia adalah teladan tentang bagaimana disiplin, pendidikan, dan jaringan dapat membangun seorang tokoh multidimensi.
Masaro Mase na Mappasituju: Warisan Karakter Bawaan
Dalam falsafah Bugis, Masaro Mase berarti kedalaman empati dan kepedulian sosial, sedangkan Mappasituju bermakna memberi manfaat bagi kehidupan, baik dalam lingkup keluarga maupun masyarakat luas.
Kedua sifat ini menjadi warisan yang nyata dalam dirinya. Beliau dikenal luas sebagai sosok yang ringan tangan membantu, rendah hati dalam pergaulan, dan selalu menebar manfaat bagi sesama. Sebagaimana sabda Rasulullah: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya.”
Dalam perjalanan hidupnya, nilai itu tidak sekadar menjadi kata, tetapi menjelma dalam tindakan nyata di setiap bidang yang beliau tekuni.
Jiwa disiplin dan nasionalisme yang tertanam di masa itu menjadi bekal kuat dalam kiprahnya setelah purna tugas.
Saat perusahaan yang ia bangun dengan ketekunan dan integritas itu sering dikunjungi sahabat-sahabat besar, termasuk Andi Baso Amier, sastrawan dan adik dari Jenderal M. Yusuf, mantan Bupati Bone. Dalam sebuah perbincangan, Andi Baso Amier pernah menyampaikan pesan bijak bahwa pernikahan yang dilakukan dengan niat melindungi dan berlaku adil adalah bagian dari syariat dan kemuliaan hidup.
Sebagai pribadi yang taat dan bertanggung jawab, Pawennei menjalani kehidupan rumah tangga yang penuh keberkahan. Beliau dikaruniai empat istri tercinta, 15 anak, dan 37 cucu; sebuah anugerah besar yang selalu beliau syukuri dengan rendah hati.
Dalam keluarganya, beliau menjadi panutan yang dihormati, ayah yang penyayang, sekaligus kakek yang membanggakan. Nilai kasih sayang, kerja keras, dan kepedulian sosial yang beliau tanamkan menjadi teladan bagi seluruh keturunannya.
Di lingkungan keluarga besar, beliau tidak hanya menjadi sosok ayah, tetapi juga guru kehidupan yang menurunkan ilmu, pengalaman, dan kebijaksanaan yang tak lekang oleh waktu.
Pernikahan dengan Niat Mulia
Bagi beliau, pernikahan bukan sekadar ikatan lahir, melainkan niat melindungi dan menyebarkan kasih sayang. Istri yang dengan tulus mengikhlaskan suaminya untuk menikah dengan perempuan yang memerlukan perlindungan lahir dan batin, sebagaimana disebut dalam QS. An-Nisa ayat 3, akan memperoleh pahala surga.
Nilai-nilai inilah yang dijalani Ahmad Pawennei dengan penuh tanggung jawab dan kebijaksanaan, sehingga keluarganya tumbuh dalam cinta, saling menghormati, dan keberkahan.
Teladan yang Hidup dalam Kenangan
Lebih dari setengah abad bermukim di bumi Pasundan, Pawennei tetap memegang erat nilai-nilai Bugis yang diwarisinya yaitu kesetiaan, keberanian, dan kejujuran. Beliau dikenal sebagai sahabat yang santun, pemikir yang tajam, dan pribadi yang selalu melahirkan gagasan demi kemaslahatan bersama.
Keteladanannya melampaui batas usia. Panjang umur dan rezeki yang terus mengalir menjadi tanda keberkahan hidup seorang hamba yang istiqamah dalam kebaikan.
Kini, di usia ke-83 tahun, sosok Pawennei tetap menjadi pohon rindang yang menaungi anak-cucu serta menginspirasi banyak orang.
Warisan sejatinya bukan hanya dalam bentuk harta, melainkan nilai kehidupan: ketulusan, empati, kerja keras, dan manfaat bagi sesama.
“Salama topada salama, topada mamminasa”
Selamat untuk kita semua, semoga terus melakukan kebajikan dan saling menebar manfaat. (Fiam Mustamin)













