PINISI.co.id- Tokoh Literasi Nasional yang juga Ketua Gerakan Pembudayaan Minat Baca (GPMB) Kabupaten Maros, Bachtiar Adnan Kusuma, kembali memberi Kuliah Subuh Santri Literasi di Pondok Pesantren Darud Dakwah wal-Irsyad (DDI) Mangkoso, kampus II Tonrongnge, Kabupaten Barru, Sabtu 27 Desember 2025. Bachtiar Adnan Kusuma, didampingi Dr.K.H.Muzakkir Tayyibe, M.A. Kepala Bidang Edukasi dan Perlindungan Santri Kampus II Putra Tonrongnge yang juga Wakil Rektor I Bidang Akademik IAI DDI Mangkoso dan sejumlah guru dan pembina Ponpes DDI Iddadiyah Tonrongnge hadir.
Bachtiar Adnan Kusuma menegaskan kalau membaca dan menulis menjadi pilar kekuatan baru bagi santri DDI Mangkoso. Selain santri diwajibkan menguasai ilmu-ilmu agama, juga santri wajib menguasai ilmu-ilmu umum, misalnya ilmu jurnalitsik dan ilmu komunikasi. Dan, salah satu kekuatan bagi santri Iddadiyah Kampus II Tonrongnge, selain memiliki waktu yang sangat luas membaca kitab-kitab dan buku-buku, juga santri Iddadiyah tidak ada lagi ruang bermaian HP.
“ Terima kasih kepada Anregurutta Prof.Dr.K.H. Muh.Faried Wadjedy, M.A. seluruh pembina, guru-guru Iddaidyah Tonrongnge karena telah berhasil mencegah para santri dikuasai HP. Tidak ada satupun santri di Iddadiyah yang bisa bermain HP di pondok pesantren DDI Tonrongnge,” kata Bachtiar Adnan Kusuma.
Menurut Bachtiar Adnan Kusuma, santri yang membaca buku-buku agama dan buku umum, memiliki value lebih daripada mereka yang tidak doyan membaca buku. Hanya santri yang memiliki budaya baca tinggi, maka mereka selain menjadi santri yang sehat juga menjadi santri yang memiliki wawasan horison yang makro.
Bachtiar Adnan Kusuma yang karib disapa BAK mengajak santri tidak hanya memiliki kemampuan membaca tinggi, tapi lebih penting lagi santri harus memiliki kemampuan menulis atas apa yang dibacanya.
BAK mengajak santri bercermin pada ulama-ulama terdahulu, misalnya ulama Ibnu Batutah salah seorang pengelana dunia dari Maroko yang berhasil menjelajahi 44 negara dalam waktu perjlananan 29 tahun dengan rute 120.700 kilometer.
“ Ibnu Batutah telah berhasil menginjakkan kakinya ke bumi Amerika Serikat sebelum Columbus menemukan Amerika Serikat,” kata Bachtiar Adnan Kusuma.
Karena itu, santri Iddadiyah Tonrongnge wajib bercermin kepada ulama kita, misalnya kata Bachtar Adnan Kusuma yaitu Ibnu Batutah yang telah menulis buku “Ri’lah Ibnu Batutah”, Prof. Dr. K.H. Ali Yafei dengan bukunya “Fiqhi Sosial”, Buya Hamka dengan “Tafsir Al-Azhar”, K.H. Abdurahman Ambo Dalle telah menulis dan menciptakan “Lagu Mars DDI”, Prof. Ali Mustafa Yaqub dengan bukunya” Haji Penganut Setan” dan Prof.Dr.K.H. Muh. Faried Wadjedy, M.A. dengan bukunya “Ronce Mutiara”.
Dengan menguasai literasi, santri memiliki nilai unggul. Apalagi santri Iddadiyah memiliki bakat menulis dan diterbitkan menjadi buku, maka akan menjadi solusi di tengah kurangnya akses buku-buku bermutu di Indonesia. “ Santri Literasi digerakkan agar memotivasi para santri di Indonesia bisa menguasai literasi baca dan tuli serta literasi digital dan literasi dasar lainnya,” urai Bachtiar Adnan Kusuma.
Bachtiar Adnan Kusuma menggugah santri Iddadiyah menulis Antologi bertajuk” Saya Santri Iddadiyah Tonrongne, Saya Bangga Bagian dari DDI Mangkoso”. Pada kesmepatan yang sama Bachtiar Adnan Kusuma menyerahkan buku karya Dr.K.H.Masrur Makmur Latanro, M.Pd.i. kepada Dr.K.H.Muzakkir Tayyibe, M.A. berjudul “ Fiqhi Muslim Bali” dan “Menembus Batas Kelas”. (Fen)














