PINISI.co.id — Sebagai organisasi yang tersebar di 34 provinsi, 300 lebih kabupaten/kota dan 15 perwakilan luar negeri, jabatan ketua umum KKSS selalu menarik diperebutkan para tokoh KKSS.
Kandidat terkuat Ketua Umum KKSS H.Muchlis Patahna, SH,MKn, mengatakan banyaknya kandidat calon ketua umum KKSS yang tampil menunjukkan gejala yang bagus. “Kalau diibaratkan wanita semakin seksi, banyak peminatnya. Kalau tidak ada yang maju sebagai ketua umum berarti KKSS di ambang kubur. Tapi kalau banyak yang tampil itu tanda KKSS bagus ke depan,” jelas Wakil Ketua Umum KKSS ini kepada PINISI.co.id.
Siapapun tentu berhak menjadi ketua umum BPP KKSS, namun KKSS tentu berbeda dengan organisasi lain. Sebagai organisasi peguyuban daerah, aspek budaya dan nilai-nilai kearifan lokal (Sulsel) harus lebih menonjol dan dihayati bakal calon pimpinan KKSS.
Menurut Muchlis, kriteria yang diharapkan bagi calon ketua umum KKSS di antaranya, pertama, memahami roh organisasi. Kedua, punya leadership yang memadai. ‘’Leadership yang memadai itu salah satunya dari nilai-nilai Sulawesi Selatan namanya Sulapa’ Eppa, yaitu ia menguasai segi empat : timur, barat selatan dan utara. Sulapa’ Eppa ini diartikan macca na malempu dan waranni na magetteng. Macca na malemmpu itu cerdas dan jujur. Keduanya ini harus digabung, dia cerdas dan jujur. Sebab, kalau dia cerdas tapi tidak jujur akan berbahaya. Dia tidak punya trust dari orang yang dipimpinnya. Begitu pula sebaliknya kalau dia jujur tidak macca tidak akan bisa menggerakkan organisasi,” tandas notaris papan atas di Jakarta ini.
Menyinggung waranni na magetteng, Muchlis memaparkan artinya berani. Yaitu berani mengambil suatu tindakan, tidak ada yang ditakuti kecuali Allah, selama ia meyakini suatu kebenaran. ‘’Sedangkan magetteng artinya konsisten. Konsisten dalam menggerakkan organisasi,’’ imbuhnya.
Bagi Muchlis yang pernah dua periode menjabat Sekjen BPP KKSS, mumpuni dalam memimpin organisasi adalah yang mampu menggerakkan seluruh komponen organisasi mulai dari pusat sampai provinsi, kabupaten, kota dan kecamatan.
‘’Kalau organisasi digerakan maka roh organisasi akan bersatu dengan tubuh. Kalau menyatu tolong menolong mudah dilakukan. Misalnya ada bencana warga ikut semua membantu. Seperti dalam kasus gempa Palu hanya melalui WA terkumpul dana hampir 1 miliar. Itu yang namanya organisasi berperan membantu warga,” ulasnya.
Kemudian organisasi harus membangun sumber daya manusia. Meskipun KKSS organisasi lokal, tapi harus berwawasan global. ‘’Ini tidak bisa dihindari, kita harus menyiapkan SDM yang bisa bersaing baik lokal, nasional dan internasional. Kalau mau bersaing maka kita harus memiliki generasi atau SDM yang unggul,’’ terang Muchlis.
Menjawab pertanyaan apakah generasi yang unggul itu indikatornya banyak warga yang menjabat di pemerintahan, menurut Muchlis, itu hanya salah satu indikator saja. “Kalau bicara SDM sejatinya harus bagus semua lini, unggul di bidang birokrasi, ekonomi, bisnis,politik dan lainnya. Kalau semua SDM kita memadai,maka dimanapun pasti dibutuhkan dan bisa bersaing dengan sehat. Dan kita berharap muncul JK-JK baru ke depan,’’ harapnya.
Muchlis optimis bahwa SDM Sulawesi Selatan makin baik kualitasnya. Ia melihat trend di kalangan pengurus KKSS yang menunjukkan tingkat pendidikan makin baik. Seperti yang terlihat ketua ketua wilayah pendidikannya makin meningkat, sekarang banyak pengurus yang sudah S2 dan S3. ‘’Jadi kita ingin bersaing secara sehat dan adil di negara tercinta ini,’’sambungnya.
Selanjutnya KKSS harus senantiasa menjaga nilai-nilai budaya di rantau, karena warga kebanyakan di perantauan. ‘’Kita harus menyadari di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Kita harus membangun daerah di mana kita berada, dan menangggap itu daerah kita sendiri, meski kita berasal dari Sulawesi Selatan,’’ imbaunya.
Ia pun mengingatkan betapa pentingnya warga KKSS menjaga NKRI. Karena kita organisasi lokal yang sudah menasional maka kita bertanggung jawab menjaga NKRI dan kita juga yang dirugikan jika NKRI terpecah,’’ ujarnya.
Namun, Muchlis juga mengingatkan, agar warga senantiasa ingat kampung halaman. ‘’Kita punya kewajiban membangun Sulawesi Selatan secara fisik maupun non- fisik,’’ pungkasnya.
(Arfendi)