Persahabatan Dua Tokoh Bangsa JK dan JO. Kenapa Menyinggung Jenderal Jusuf ?

0
2940
- Advertisement -

PINISI.co.id-Persahabatan yang kental antara Jakob Oetama (JO) dan Jusuf Kalla (JK) mungkin menjadi pertimbangan JK sebagai inspektur upacara ketika JO dimakamkan di TMP Kalibata, Rabu, (9/9/2020).

JO adalah wartawan, usahawan, intelektual dan pendiri harian Kompas, koran terbesar dan paling berpengaruh di Indonesia.  

Persahabatan mereka ditandai dengan sarapan bersama di kediaman JK atau di hotel Santika, hotel milik grup Kompas.

Dua tokoh bangsa ini saling memuji dan menghormati. Perkenalan keduanya terbangun saat harian Kompas secara rutin menyelenggarakan diskusi ekonomi pada dekade 80-an. JK waktu itu adalah Ketua Kadin Sulsel yang selalu diundang Kompas.

JO termasuk tokoh yang menghendaki kembali duet pasangan SBY-JK untuk periode kedua, namun, SBY memilih Boediono sebagai pasangannya.

- Advertisement -

“Banyak pihak termasuk saya, berusha agar kepemimpinan SBY-JK berlanjut hingga lima tahun kedua. Karena sudah kelihatan bagus, sudah ada pengalaman bersama, sehingga segala sesuatu bisa lebih cekatan, lebih cepat, lebih bijak. Tapi dalam politik bisa saja apa yang kita inginkan tidak terjadi,” kata JO dalam buku Mereka Bicara JK.

Tokoh pers naional ini juga menilai komunikasi politik seorang JK untuk media pasti nomor satu. “Jujur saja, media selalu dapat berita bahan, kadang-kadang ada warnanya, daya tariknya lebih besar. Cara JK yang terbuka dan cenderung memberi komentar, itu bisa memberi daya tarik lebih.   

Tak heran jika Kompas TV secara khusus mengapresiasi JK setelah tidak lagi menjabat wapres lewat acara talkshow JK (Jalan Keluar) yang peringkatnya cukup tinggi, karena JK sebagai host-nya.

Selain itu JO menjuluki JK sebagai man in action, karena latar belakangnya sebagai pengusaha. “JK itu cepat, dan memberi kontribusi selama menjabat wapres,” kesan JO.

JO meyakini, setelah JK tidak wapres lagi, JK tetap sibuk karena sosoknya yang aktif. Mungkin masih terbuka untuk JK peran-peran sebagai salah seorang pemimpin bangsa karena beliau orang yang luwes sehingga masuk ke lingkungan-lingkungan baru lebih mudah. Untuk perdamaian dunia juga bisa dan modalnya ada di situ.

JK tentang JO  

Sebaliknya JK melihat, JO adalah salah seorang putra terbaik bangsa dengan peninggakan jejak keteladanan, memberi inspirasi dan membangun mimpi buat bangsa.

Sikap kewartawanan JO dikiaskan oleh JK, sepeprti ini: JO marah tapi tidak menampar, ia memprotes tapi tidak berpekik, ia menolak tapi tidak meruntuhkan martabat bagi  mereka yang mendesakkan keinginan, ia mengkritik dengan kelembutan dan kesantunan.

“JO sebagai seorang budayawan, yang sensitif terhadp masalah kultural termasuk pendekatan kultur dalam kehidupan sehari-hari,” ungkap JK.

JK bercerita, sebagaimana dalam tulisannya di Kompas, Kepergian Sang Begawan  (10/9/2020), bahwa Panglima Jenderal M  Jusuf pernah berkisah kepada JK perihal dirinya mendatangi JO dan menumpahkan isi hatinya bahwa ia tidak cukup mendapat apresiasi dari Presiden Soeharto apa yang telah diperbuatnya yaitu membangkitkan spirit para prajurit.

Mendengar hal itu, JO serta merta memberi nasihat kepada Jenderal Jusuf yang sejatinya harus memahami kultur Jawa, tidak boleh ada matahari kembar. Jenderal Jusuf waktu itu sangat populer dan namanya melambung lewat program Kemanunggalan ABRI-Rakyat.

Jusuf akhirnya maklum, dan alhasil setiap ia pidato diawali dengan kalimat… “salam hangat dari Bapak Presiden…”

Menurut JK, begitulah cara JO memberi arahan sehingga pesannya diterima dengan baik.

“JO bukan sekadar guru di depan kelas, akan tatapi juga guru bangsa,” kunci JK. [Alif]      

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here