PINISI.co.id- Dua bulan terakhir kasus Covid-19 di Kota Depok selalu berada dalam zona merah. Hingga Kamis kemarin, 24 September 2020 total kasus positif Covid-19 di Depok mencapai 3.513 kasus dan 118 yang meninggal. Kasus Covid-19 di daerah penyangga Ibu Kota ini tertinggi di Jawa Barat.
Akibatnya, di Depok sulit mencari rumah sakit karena sudah penuh. Hal itu disampaikan Ketua Satuan Tugas IDI Alif N Rahman bahwa saat ini warga yang terkonfirmasi positif tidak bisa masuk perawatan, dokter-dokter di sejumlah rumah sakit rujukan bingung pasien mau dibawa ke mana
“Kondisi rumah sakit sudah 90 persen, bahkan ada yang sudah 100 persen sementara pemerintah belum menyiapkan ruang isolasi seperti di hotel,” kata Alif, seperti dikutip Kompas (24/9/2020).
Penuhnya rumah sakit, menurut Alif, tidak hanya berdampak pada penanganan pasien, namun rumah sakit kewalahan karena tenaga kesehatan kelelahan sehingga penanganan pasien tidak optimal.
Karena itu, Alif menyarankan agar menimbang kembali pelonggaran pembatasan sosial yang dilakukan Pemkot Depok. Kewajiban pelonggaran pembatasan sosial dikhawatirkan warga semakin rentan tertular virus korona jenis baru ini.
Ahli epidemiologi Universitas Indonesia Tri Yunis Miko, mengakui pihaknya jarang dilibatkan dalam penanganan Covid-19 di Depok. Dengan alasan itu, Yunis meminta Pemkot Depok untuk tidak memikirkan dampak ekonomi saja melainkan lebih utama adalah penanganan kesehatan.
Terkait hal itu, Ketua Dewan Penasehat KKSS Depok Ibrahim Rauf, mengajak warganya untuk mematuhi protokol kesehatan dengan selalu memakai masker jika keluar rumah. “Mengenakan masker adalah cara vaksinasi yang efektif, ” ucap Ibrahim.
Di tengah makin melajunya kasus Covid-19, Ibrahim menjelaskan, warga dan segenap anggota keluarganya tetap melakukan aktivitas tapi harus melakukan protokol kesehatan 3 M, yaitu memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.
“Hanya dengan mengikuti dan melaksanakan protokol kesehatan dengan baik, insya Allah, kita akan terhindar dari musibah yang mendunia ini. Dan semoga tidak ada warga KKSS yang terkena covid,” harap Ibrahim Rauf.
Sejauh ini, amatan Ketua BPD KKSS Depok Ridwan, warga nya dalam berkegiatan selalu memanfaatkan pertemuan virtual dan berbisnis lewat aplikasi pesan antar. Kalaupun pertemuan fisik terbatas antarwarga tidak lebih dari sepuluh orang dengan protokol kesehatan ketat.
Sementara itu, dalam Webinar Farmasi memperingati Hari Apoteker Sedunia bertepatan Jumat ini 25 September 2020, Kepala Instalasi Farmasi RSPON Apt. Dra. Hadijah Tahir, Sp.FRS, mengemukakan, rumah sakit harus menjamin ketersediaan obat dan APD untuk penanganan Covid-19 mengingat kondisi penularan saat ini makin meluas.
“Masyarakat yang terkonfirmasi positif Covid-19 juga makin meningkat, baik di Jakarta maupun di Depok. Ini akan berdampak pada pemenuhan obat dan APD yang sangat dibutuhkan dalam penanganan Covid-19,” kata Hadijah yang juga warga KKSS Depok ini.
Lantaran jumlah yang terkonfirmasi makin meningkat maka berdampak pada kebutuhan akan obat dan APD yang optimal bagi petugas kesehatan. Oleh karena itu, lanjut Hadijah, Instalasi Farmasi sebagai unit di rumah sakit yang mengelola perbekalan farmasi, termasuk obat dan APD yang lengkap, harus membuat perencanaan yang tepat, agar kebutuhan obat dan APD di rumah sakit bisa terpenuhi. (Lip)