Kolom H.A. Pawennei
Organisasi Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan pada 12 November hari ini akan memasuki usia 44 tahun. Usia yang matang dalam perjalanan organisasi kemasyarakatan berciri paguyuban dan kewargaan. Boleh disimpulkan paguyuban KKSS merupakan terbesar di Indonesia karena struktur kepengurusannya sampai ke tingkat kabupaten kota, kecamatan, bahkan luar negeri.
Kita patut bersyukur bahwa KKSS dikaruniai umur panjang dan penuh berkah. Dari masa ke masa pengurusnya boleh berganti akan tetapi KKSS terus eksis dalam menghadapi tantangan zaman.
Sebagai sebuah organisasi yang modern dan dicintai oleh warganya, dan untuk itu orang bangga menjadi bagian darinya.
Harus diakui bahwa warga KKSS berkiprah di banyak bidang. Mulai dari yang kecil hingga yang besar. Potensi warganya sungguh luar biasa apabila disatukan menjadi sebuah sumber daya yang dapat memberi kontribusi lebih optimum bagi kemajuan bangsa. Dan sudah terbukti adanya sumbangan waga KKSS di mana mereka tinggal.
Karena itu, seyogianya kita sebagai pengurus KKSS dapat memberdayakan potensi-potensi warga kita yang berada dari luar negeri sampai ke pelosok negeri.
Kehadiran warga KKSS di seluruh Nusantara. dengan sejumlah prestasi dan menjadi penduduk asli di kampung halaman keduanya bersama keluarga dari penduduk asli setempat sering menjadi penggerak warga masyarakat di lingkungannya.
Potensi-potensi inilah yang harus diperhatikan. Buat yang berprestasi, paling tidak, kita menaruh peduli, memberi apresiasi atau mengganjarnya penghargaan sebagai wujud kecintaan kita kepada warga kita sendiri.
Mereka-mereka itu antara lain adalah para penulis sejarah perjuangan yang telah memberi wawasan, pencerahan dan pengetahuan tentang spirit perjungan bagi kita.
Kemudian, para budayawan dan seniman-seniman daerah yang selama ini telah menyempurnakan puncak-puncak budaya nasional melalui karya-karya yang tidak saja menambah khazanah budaya bangsa akan tetapi juga mengharumkan nama negara ke tingkat internasional.
Selanjutnya para penemu fenomenal berkait transportasi laut, seperti pelayaran rakyat, industri kapal pinisi dan pedagang tradisional (UMKM) yang memenuhi semua pasar tradisional di seluruh tanah air. Karena keuletan dalam persainganlah mereka bisa dan mampu beradaptasi terhadap dinamika zaman.
Bantuan paling sederhana adalah menghimpunnya dalam sebuah basis data, memberinya pelatihan, dan menjadi fasilitator untuk mengakses permodalan. Bukankah SDM di KKSS merupakan orang-orang yang hebat dalam bidang yang mencakup semua potensi warga?
Kita sangat bersyukur karena KKSS makin maju dan kompak bersama warga elitnya yang sampai mendunia. Luar biasa.
Terutama warga elit organisasi yang merasakan langsung sentuhan kehadiran KKSS yang tidak bernaung dan berafiliasi dengan partai dan politik praktis, tetapi semata-mata berkumpul karena panggilan budaya.
Begitulah, KKSS perekat utamanya adalah panggilan emosional budaya dan kampung halaman.
Kalau saja panggilan emosional budaya dan kampung halaman ini tidak terjaga dengan baik, maka ke depan KKSS akan kehilangan indentitas aslinya dan akan menjadi organisasi masyarakat elite Bugis Makassar saja.
Jadi perekat mana yang harus dirawat agar KKSS tetap seperti tujuan yang dicita-citakan para pendirinya.
Demikian pula setiap tahun KKSS sejatinya merenungkan dan berziarah ke Taman Makam Pahlawan untuk mengenang para pejuang dan korban 40.000 jiwa yang telah membela kemerdekaan
Orang yang Dituakan
Sedikit menyinggung sistem pemilihan ketua umum, seyogianya pemilihan harus aklamasi disepakati hampir 100% warga KKSS karena calon ketua umum itu orang yang dituakan, mendasarkan pada nilai-nilai budaya bukan kaderisasi. Dituakan karena penghormatan sebagai sesepuh yang bijaksana dan bukan karena yang lain. Ini demi memelihara kerukunan keluarga.
Sementara untuk memodernisasi organisasi; menjadi tugas Sekjen dan para Wakil Ketua Umum yang ditunjuk. Wakil Ketum masing-masing dengan tupoksi yang jadi sasaran utama organisasi. Bila perlu pelibatan eksekutif yang mendapat honorarium setimpal.
Dana organisasi otomatis akan ikut terdongkrak dari wibawa organisasi dengan panggilan emosional. Pengelolaan dana diaudit oleh auditor.
Pada hematnya, warga KKSS terbagi dalam tiga kelompok yaitu kelompok elite, kelompok menengah dan kelompok yang perlu bantuan fasilitas dari organisasi.
Terkait pengumpulan dana, kelompok elite secara sukarela akan infaq 1 juta/bulan, sedangkan golongan menengah Rp 500.000 sebulan sementara kelompok perlu dibantu dibuat aturan main, seperti memberikan mereka pancing dan bukan ikan.
Tak kalah penting, KKSS bisa memproduksi karya anak bangsa terutama tetang sumbangan pemikiran dan karya fenomenal untuk bangsa. Seperti I Lagaligo dan nenek moyangku adalah pelaut, coretan sejarah harus mulai dari sekarang sebagai realitas utama eksistensi KKSS di bumi pertiwi.
Semoga karya KKSS tersebut di atas akan menjadi marwah para pendiri KKSS yang sudah mendahului kita, dan saya beterima kasih kepada pengurus dan warga KKSS.