Alkisah terhadap orang yang merendahkan, menyinggung, atau menuding Pak JK tanpa bukti, mengingatkan saya pada kisah tahun 2000, ketika Pak JK diberhentikan oleh Alm. Presiden Gus Dur sebagai Menteri Perdagangan dan Perindustrian, dituding korupsi, tanpa bukti.
Beberapa hari setelah itu, muncul seorang (dia sudah wafat) yang gagah-berani, yang lebih akrab dipanggil “Pak Lopi”, putra berdarah Mandar. Menurut pengakuan Pak Lopi kepada saya di kantor Wakil Presiden tahun 2005, “dia pernah datang menghadap dan meminta ijin ke Pak JK untuk membela Pak JK dengan caranya sendiri (kekerasan). Tapi dilarang oleh Pak JK. Saya pun masih berkawan dengan putranya Alm. Pak Lopi hingga hari ini.
Hari ini pun, kita kembali diperhadapkan dengan akhlak atau perilaku orang seperti Ferdinand Hutahaean (FH) dan Rudi S Kamri, yang kini panik.
FH mengelak, tidak merasa menghina Pak JK. Dia kini sibuk membela diri dan panik.
Kita tentu tidak akan membalas dengan cara kekerasan seperti rencana Alm. Pak Lopi tapi kita boleh membalasnya dengan minimal perang urat syaraf (psywar) atau memberikan dukungan terhadap perwakilan puluhan Tim Pengacara yang sudah melaporkan persoalan ini ke polisi.
Kita tidak pernah membenarkan perilaku menghina atau mengejek sesama, siapa pun dia, apalagi tokoh sebesar Pak JK. Terima kasih.
M. Saleh Mude, Editor beberapa naskah buku JK.