Membaca Buku 25 Menit Perhari Bermula dari Keluarga

0
698
- Advertisement -

Kolom Bachtiar Adnan Kusuma

Menggugat kebiasaan atau tradisi membaca buku bermula dari sebuah rumah tangga. Minat ataupun kebiasaan membaca ujungnya melahirkan budaya atau pembiasaan terus menerus terhadap sebuah buku. Minat atau kebiasaan mestinya bermula dari sebuah rumah tangga. Karena hanya rumah tangga yang memiliki kebiasaan ataupun minat baca buku tinggi akan melahirkan budaya keluarga yang cinta membaca buku.

Nah, untuk membiasakan membaca buku bagi anak-anak, hemat penulis haruslah bermula dari rumah tangga. Selain rumah tangga sebagai medium edukasi awal bagi tumbuhnya kebiasaan membaca, juga rumah tangga adalah peletak dasar tumbuhnya minat baca anak-anak. Untuk membangun tradisi membaca buku, sebaiknya bermula dari orang tua yang doyan membaca buku.

Anak-anak akan tumbuh kebiasaan dan kecintaannya membaca buku karena tradisi membaca dalam rumah tangga telah menjadi sebuah kebiasaan.

Sekarang, kita butuh ibu dan ayah yang punya minat baca tinggi terhadap buku, karena hanya ibu dan ayah yang punya minat tinggi baca buku bisa menjadi inspirasi sekaligus contoh dan teladan bagi anak-anaknya.

- Advertisement -

Anak-anak akan tumbuh kebiasaan dan kecintaanya terhadap sebuah buku karena contoh dan teladan yang baik yang ditunjukkan oleh kedua orang tuanya. Mustahil dalam sebuah rumah tangga memiliki budaya baca tinggi, tanpa hadirnya kedua orang tua yang punya daya baca tinggi.

Oleh karena itu, membaca buku adalah sebuah proses yang membutuhkan keterlibatan semua pihak. Dan yang paling memegang peranan penting untuk membangun tradisi membaca dalam keluarga adalah contoh dan teladan dari kedua orang tua. Kita butuh ibu yang hobi membaca buku dan kita butuh figur ayah yang hobi membaca buku.

Mengapa perlu baca buku 25 menit setiap hari?

Pada awal 2013 di SMAN 17 Makassar, saya menggagas kampanye membaca buku setiap hari di perpustakaan dan di kelas selama 15 menit. Kampanye dan gagasan inilah yang kemudian melahirkan Seventeen Books Lovers Club yang melahirkan Duta Baca SMAN 17 yaitu Dea Ambarwati Kusuma.

Kebiasaan membaca buku bagi anak-anak di kelas maupun di perpustakaan telah berhasil mengantar siswa-siswi SMAN 17 pada tahun 2015 menempatkan siswanya menduduki berbagai perguruan tinggi terkemuka di Indonesia yaitu sekitar 125 lolos melalui jalur SNMPTN dan SBMPTN dari 283 siswa yang tamat pada 2015.

Hemat saya, membaca buku 25 menit setiap hari di rumah ataupun di sekolah akan menguasai 7.500 kata. Maksud saya bahwa seseorang yang membaca buku 1 menit akan menguasai 300 kata. Jadi seorang anak rutin membaca buku 25 menit setiap hari selama 7 hari, maka anak tersebut menguasai 52.500 kata. Nah, kalau anak-anak kita rutin membaca buku setiap hari selama sebulan berarti mereka menguasai 270.000 kata. Dalam setahun anak-anak kita rutin membaca buku, berarti mereka menguasai 3.240.000 kata.

Buku-buku di Indonesia diterbitkan sekitar 130 halaman perjudul, berarti seseorang yang rutin membaca buku 25 menit setiap hari, sesungguhnya telah menamatkan membaca buku baru pertahun sekitar 24 eksamplar buku.

Kebiasaan membaca haruslah menjadi tradisi dan gaya hidup (life style) bagi masyarakat millenial- kosmopolit. Karena hanya dengan rutin membaca buku bagi anak-anak akan terhindar dari pengaruh game atau HP yang setiap hari menjadi jajanan utama mereka. Makanya dibutuhkan gerakan budaya sekaligus gerakan moral pada waktu-waktu tertentu anak-anak harus dibebaskan dari HP, Game dan menonton TV.

Inilah tanggungjawab orang tua, tanggungjawab guru-guru dan tanggungjawab kita semua. Hanya dengan melibatkan semua pihak, maka cita-cita kita untuk mencetak generasi unggul haruslah bermula dari keluarga yang memiliki budaya baca tinggi.

Penulis, Tokoh Literasi Sulsel

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here