Kolom Akbar Herman
John Goddard tahun 1920 mengatakan kemungkinan penggunaan roket untuk menerbangkan manusia ke luar angkasa. Banyak orang meremehkan apa yang ia katakan, bahkan ada yang mengatakan ia gila, hingga ia dijuluki manusia bulan oleh koran The New York Times. Tahun 1920 John Goddard hanya mengatakan “setiap visi adalah lelucon sampai orang pertama menyelesaikannya, setelah disadari, itu menjadi hal yang biasa.”
Sehari setelah Apollo 11 berangkat ke bulan, setelah lima puluh tahun kemudian manusia benar-benar mendarat ke bulan manggunakan Roket, maka bulan juli 1969, New York Times menuliskan koreksi terhadap tulisannya pada tahun 1920 dengan mengatakan “Sekarang secara pasti ditetapkan bahwa roket dapat berfungsi dalam ruang hampa maupun di atmosfer. Waktu menyesali kesalahannya.”
Apa yang perlu kita refleksikan dari kisah John Goddard tersebut bahwa jika setiap orang melakukan apa yang biasa mereka lakukan, maka mereka akan mendapatkan apa yang mereka biasa dapatkan. Lakukan hal yang berbeda, maka hasilnya pun berbeda. Sama halnya jika kita ingin memiliki sesuatu yang belum pernah kita miliki, maka kita perlu melakukan sesuatu yang belum pernah kita lakukan.
Saya melihat semangat untuk melakukan hal yang tidak pernah dilakukan itu dari kawan-kawan “Federasi Arung Jeram Kolaka Utara (FAJI).” Saya melihat mereka keluar dari zona nyaman menuju zona menantang. Semangat kawan, seperti kata dr.Gamal “Jangan biarkan siapapun membelenggumu, kamu harus jadi liar bebas dan berani, tetapi tetap santun.”
Kadang dalam kehidupan memang kita perlu diremehkan, dihina, dilecehkan, dengan sangat menyakitkan. Bahkan dengan orang-orang yang belum memulai sesuatu, bahkan oleh orang-orang yang keberhasilannya belum tampak sejengkalpun mendekat kepadanya.
Orang seperti ini biasanya merasa berhak melakukan. Biasanya mereka meremehkan semua kerja keras, pengorbanan, jerih payah, menganggap mudah semua yang sudah dihasilkan dan capai.
Jangan khawatir kawan, kalian tidak sendiri. Kisah seperti itu sudah seringkali kita dengarkan dari para pembuat karya legendaris. Mereka awalnya kenyang akan hal seperti itu. Layaknya seperti John Goddard. Ia pernah diremehkan, dihina, dilecehkan dengan sangat menyakitkan. Sebelum mereka hadir menjadi sosok yg mengagumkan, membawa perubahan. Kisah yang lain seperti KH Agus Salim yang selalu tampil dengan jenggot khasnya. Saat memimpin rapat Sarekat Islam (SI) bersama H.O.S. Tjokroaminoto, di olok-olok suara kambing terdengar ketika KH Agus Salim hendak berbicara di forum. Dengan santun KH Agus Salim mengatakan. “Saudara-saudara dan kambing-kambing yang terhormat. Saya harap kambing-kambing dikeluarkan dari ruangan ini.”
Tutup telinga, teguhlah dalam harapan dalam usahamu kawan. Fokuslah bekerja keras, hasilkan sesuatu yang terus dikomentari, dihina, dicaci dan diremehkan. Elus dadamu kawan, lalu katakan sabar, dan jadikan remehan itu “bahan bakar” yang membuat kalian berlari lebih cepat, bekerja lebih dari yang orang lain kerjakan. Hingga saatnya nanti, buktikan pada orang-orang itu, bungkam lisan mereka dengan karya dan capaian yang mengagumkan. Yakinlah bahwa ada Allah Swt sang pencipta yang selalu memberi ridho atas segala hal baik yg kita lakukan.
Benar kata sang inspirator kanda Ruslan Isnail Mage dalam bukunya “21 Hukum Kesuksesan Sejati” bahwa, sesungguhnya hidup ini dikelilingi oleh api-api yang setiap saat akan membakar kita. Hinaan, ejekan, disepelekan, direndahkan, diremehkan, dicacimaki, disingkirkan, adalah api-api yang setiap saat siap membakar kita. Kalau ingin menjadi debu, ladeni orang-orang yang mengihina, merendahkan, dan memusuhimu. Namun jika ingin menjadi emas “Jadikan musuhmu sebagai konsultan pribadimu yang bekerja secara alami tanpa harus dibayar.” Bukankah kemurnian emas sangat ditentukan oleh suhu api yang membakarnya. Semakin tinggi suhu api yang membakarnya semakin murni emas itu kawan. Mari kawan kita semua bergandengan tangan berproses menjadi emas.
Penulis, Akademisi dan Penggerak Literasi Kolaka Utara