PINISI.co.id- Keluarga Besar Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar mengadakan Halal Bihalal secara online, Zoom, dipandu oleh Prof. Dr. dr. Atja Thaha, dan sebagai Host, dr. Anwar Wardy, Dr. Nizar Shihab, Prof. Idrus Paturusi, dan kawan-kawan.
Acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Alquran oleh seorang putri balita, dan dilanjutkan sambutan oleh Ketua IKA FK Unhas, Prof. Dr. dr. M. Nasrum Massi.
“Saya senang melihat para senior, kawan-kawan, dan junior saya, Alumni FK Unhas hari ini kita berkumpul dalam suasana bahagia berhalal bihalal, termasuk dari saudara kita yang beragama non-Muslim. Kami, Pengurus IKA FK Unhas memiliki dua program utama, Akademik dan Non-Akademik. Akademik, kami ikut mendorong dan telah berhasil mendapatkan akreditasi internasional untuk FK Unhas, dan non-Akademik, kami telah menggalang dana kemanusiaan dan pembangunan rumah ibadah, masjid dan mushola, juga beasiswa untuk adik-adik kita yang ingin melanjutkan studi ke jenjang spesialis dan doktoralnya,” kata Nasrum Massi dengan rasa bangga.
Acara berikutnya dan utama adalah hikmah Halal Bihalal dari Prof. Dr. Alwi Shihab, didahului pembacaan Biodata Alwi Shihab dibaca oleh Prof. Atja Thaha, Moderator.
Prof. Alwi Shihab adalah sarjana yang telah meraih dua gelar doktor, di Ain Syam, Mesir dan Temple, Amerika. Alwi adalah mantan Menteri Luar Negeri, Menko Kesra, dan terakhir sebagai Utusan Khusus Presiden RI untuk Timur Tengah dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) selama 10 tahun. Hari ini, kita akan mendengar tema “Toleransi dalam Bingkai Halal Bihalal,” kata Prof. Atja.
“Dalam suasana Halal Bihalal, kita temukan beberapa ungkapan yang berisi doa, seperti Minal Aidin wal-Faidzin atau Taqabbalallahu minna waminkum… dan di Mesir, misalnya juga orang Islam memiliki ungkapan yang beda. Tapi sekali lagi, isinya sama, ungkapan saling mendoakan. Saya kira itu hal yang dibolehkan dalam Islam karena yang utama adalah motivasi dan spirit atau niat,” kata Alwi Shihab.
Menurut Alwi, dalam sejarah perjalanan Islam, kita mengenal dua kubu, ulama tekstual seperti Ibnu Taimiyah yang menyaksikan era perang dengan non-Muslim atau Perang Salib dan kubu ulama moderat seperti Syekh Muhammad Abduh dan Jalaluddin al-Afghani. Kedua tokoh terakhir ini, membolehkan umat Islam untuk menyontoh perilaku orang-orang modern (Barat) seperti memakai jas dan dasi, karena itu tidak serta merta merusak akidah. “Perbedaan sikap kedua kubu Ulama ini sampai ke negara kita, dulu ada Ulama kita yang tidak membolehkan memakai jas, tapi hari ini, tidak ada lagi,” lanjut Alwi Shihab.
Jika kelihatan perbedaan Ulama kita dalam menyikapi masalah-masalah yang timbul di tengah umat itu hal biasa, tergantung pada era dan wawasannya. Kini, Ulama di Mesir sudah banyak kemajuan dan moderat. Dulu Syekh Al-Azhar mengucapkan Selamat Natal kepada tokoh-tokoh non-Muslim di Mesir. Ada adagium yang bagus dibaca dan dipegang adalah “makin banyak bacaan dan semakin luas ilmu seseorang semakin moderat dan makin terbuka sikap toleransinya”. Sebaliknya, “semakin kurang pembacaan seseorang, makin sempit wawasan dan makin tertutup sikap toleransinya”. Karena itu, mari kita semarakkan hidup toleransi dengan umat lain, perbanyak persamaan atau titik temu, dan kurangi titik perbedaan, dan terima kasih atas kesempatan yang berbahagia hari ini, tutup Alwi Shihab.
Acara Halal Bihalal ini dinilai oleh banyak pihak menarik, mencerahkan, dan sukses karena dihadiri oleh banyak orang tembus lebih 150-an. Acara ini juga diisi dialog tanya-jawab interaktif oleh beberapa peserta dengan Prof. Alwi Shihab. Acara ditutup dengan doa dipandu oleh dr. Veni Hadju.
[ M. Saleh Mude, salah satu host ]