Jual Buku Ketengan, Demi Menyambung Gerakan Literasi di Sulsel

0
1112
- Advertisement -

Kolom Bachtiar Adnan Kusuma

Man Adlaja Balaghal Manzila: Barangsiapa yang berangkat lebih pagi, maka lebih cepat sampai tujuan. Filosofi dan seruan ajakan untuk berjuang demi pengabdian sebuah gerakan literasi tidak akan pernah berhenti dalam satu detikpun. Sebab setinggi apapun cita-cita Anda, sejauhmana pun perjalanan yang akan Anda tempuh, sesulit apapun masalah yang Anda hadapi. Semua ada jalannya, asal Anda segera memulai dan membuktikannya. Karena itulah, tanpa jengah dan tak mengenal lelah, seruan dan ajakan membaca dan menulis adalah sebuah gerakan kemanusiaan, gerakan pendidikan sekaligus gerakan hati nurani. Inilah yang membuat penulis selalu berkecambah dalam jiwa dan raga untuk terus menerus menggerakan literasi dari lorong, kampung, desa, kelurahan dalam berbagai dimensi dan ruang yang universal.

Memilih jalan hidup menjadi relawan ataupun voluenteer gerakan membaca dan menulis adalah sebuah pilihan hidup. Berani memilih hidup di luar kelaziman, jauh dari pernik-pernik kemewaan, kesejahteraan maupun fasilitas. Namun penulis selalu berbahagia dengan memilih menjadi volunteer, mengajak, menyeruh dan melakukan kampanye pada masyarakat agar gemar membaca, gemar menulis, gemar wakaf buku memiliki kebahagiaan tersendiri. Dan, penulis bersyukur sebagai penggerak literasi di Sulawesi Selatan telah berkeliling berjuang dan mengajak pentingnya budaya membaca tumbuh dari setiap keluarga. Penulis bersyukur karena dengan panggilan jiwa sebagai pengabdi gerakan literasi telah berjuang tiada henti sejak 2001 sampai sekarang. Bermula dari lorong-lorong dan gang sempil di Jalan Tali Jakarta Barat, merambah ke Jalan Abadi Karuwisi, kemudian membuka komnunitas baca Deras di Jalan Muslim Daeng Tutu Parangtambung terus berkecambah menjadi perpustakaan lorong dan berbagai perpustakaan berbasios masyarakat di Sulsel.

Apa yang membuat penulis bisa bertahan? Penulis bersyukur karena selain memeroleh dukungan total dari istri yang juga eks voluenteer Indonesia Pintar di zaman Presiden SBY melalui Ibu Ani Yudhoyono, juga anak-anak ikut serta terlibat total sejak putri pertama penulis masih kelas tiga di SDN 11 Pagi Slipi, Kelurahan Slipi, Kecamatan Palmerah Kotamadya Jakarta Barat. Selain dukungan keluarga sejumlah sahabat-sahabat penulis ikut mendukung gerakan kami di antaranya: Muhammad Syarif Bando,Mohammad Jafar Hafsah, H.M. Amir Uskara, Moh. Hasan, Andi Syafril Chaedir Syam, H.Radjamilo (Bupati Jeneponto almarhum), Upi Asmaradhana, Syahruddin Umar, Alif we Onggang, Aprial Hasfah, Adi Wijaya, para sahabat jurnalis dan tokoh pustakawan, pegiat literasi di Sulsel.

Karena itu, penulis selalu yakin dan percaya dengan niat ikhlas dan tulus, apapun namanya gerakan literasi yang bertumpu dari semangat hati nurani, akan terus bergelora. Kendatipun jujur penulis mengakui, kadang-kadang kehabisan peluru untuk membiayai pergerakan literasi. Dan demi menyambung gerakan literasi maupun gerakan wakaf buku yang penulis kampanyekan mengalami kesulitan finansial. Pejuang tak mengenal lelah, demikian halnya Sabtu siang tepatnya 7 Agustus 2021 penulis kembali melakukan perjalanan dari rumah di Parangtambung menuju Rammang-Rammang Kab. Maros untuk menyerahkan wakaf buku H.M. Amir Uskara pada Iwan Dento, pejuang karst Kabupaten Maros. Penulis baru sadar kalau di dompet tidak ada lagi uang tunai, sementara bensin menyeruput nyaris habis.

- Advertisement -

Dan bukan alasan menunda perjalanan dan penulis bertekad melanjutkan perjalanan. Maha suci Allah, akal dan pikiran sehat tak pernah berhenti bernalar, penulis tiba-tiba menerima telepon dari seorang pustakawan yang butuh beberapa buku untuk dibeli tunai. Syukur almadulillah penulis janjian dengan pembeli buku dan terjadilah transaksi pembelian buku ketengan demi menyambung perjalanan penulis, alhasil tiba di lokasi Rammang-Rammang dan kembali ke rumah di Parangtambung dengan selamat. Tak ada rasa jengah, apaligi menyerah demi sebuah gerakan literasi untuk bangsa. Lelah dan rasa capek hilang karena rasa ikhlas dan tak pernah berharap apa-apa dari sebuah perjuangan. Inilah yang membuat penulis bisa bertahan.

Tokoh Literasi Sulawesi Selatan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here