Kesenjangan Mutu SMA Sederajat di Indonesia

0
473
- Advertisement -

Kolom Syamril

Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) pada 1 Oktober 2021 lalu mengumumkan Top 1000 SMA sederajat Tahun 2021 berdasarkan nilai ujian tulis berbasis komputer atau UTBK seleksi masuk perguruan tinggi negeri. Hasilnya menunjukkan terdapat 723 sekolah dari Pulau Jawa atau 6 provinsi yang masuk 1000 besar. Berarti 277 sekolah lain berasal dari 24 provinsi di luar Jawa karena hanya 30 provinsi yang memiliki SMA sederajat yang masuk 1000 besar. Dari Susel terdapat 7 sekolah yang masuk 1000 besar dengan peringkat tertinggi yaitu 268. Peringkat terendah pada 941. Dengan capaian itu Sulsel masuk peringkat 17.

Data di atas secara nasional menunjukkan adanya kesenjangan antara Jawa dan Luar Jawa. Bisa dibayangkan 72,3% dikuasai oleh sekolah dari Pulau Jawa. Artinya ada kesenjangan kualitas lulusan SMA sederajat antara Jawa dan Luar Jawa. Berarti terdapat kesenjangan kualitas pendidikan antara Jawa dan Luar Jawa. Bukan hanya SMA sederajat.

Kondisi ini telah terjadi sejak lama. Melihat kondisi itu beberapa provinsi luar Jawa melalui Pemda mendirikan sekolah unggulan di daerahnya. Ada juga pengusaha atau pejabat yang mendirikan sekolah unggulan melalui yayasan swasta. Juga dari ormas dan lembaga keagamaan. Sekolah-sekolah inilah yang berhasil masuk 1000 besar. Termasuk dari Sulsel dari 7 sekolah terdapat 3 negeri dan 4 swasta. Semua sekolah swasta berbasis agama salah satunya SMA Islam Athirah Bone yang didirikan oleh Jusuf Kalla dan keluarga.

Pendirian sekolah khusus bisa menjadi terobosan namun tidak memecahkan masalah pemerataan mutu pendidikan. Kemampuan pemerintah dan swasta mendirikan sekolah khusus juga terbatas. Oleh karena itu perlu ada langkah strategis dan menyeluruh yang dapat meningkatkan mutu pendidikan di luar Jawa khususnya Sulsel.

- Advertisement -

Pemerintah sejak tahun 2005 telah menetapkan 8 Standar Nasional Pendidikan. Standar ini meliputi standar isi, pembiayaan, sarana prasarana, mutu pendidik dan tenaga pendidik, proses, pengelolaan, penilaian dan kompetensi lulusan. SNP ini berlaku untuk seluruh Indonesia. Harapannya dapat membantu standarisasi dan pemerataan mutu pendidikan di Indonesia.

Meski telah dijalankan selama 16 tahun ternyata masih besar kesenjangan dan ketidakmerataan mutu pendidikan. Apa penyebabnya? Dari 8 SNP terdapat 5 yang bersifat statis: isi, penilaian, kompetensi lulusan, pembiayaan dan sarana prasarana. Relatif kelimanya tidak terlalu jauh berbeda antara sekolah di Jawa dan Luar Jawa.

Terdapat 3 standar yang bersifat dinamis yaitu mutu pendidik dan tenaga kependidikan, proses dan pengelolaan. Dapat diduga bahwa ketiga hal inilah yang mungkin mutunya berbeda secara umum antara Jawa dan Luar Jawa. Mutu guru, pimpinan sekolah dan proses pembelajaran yang berbeda membuat hasilnya juga berbeda. Saya pribadi yang SMA, S1 dan S2 di Bandung dapat mengamati dan merasakan perbedaan tersebut.

Mutu guru dapat dilihat pada penguasaan materi, kreativitas metode pembelajaran, tanggung jawab dan komitmen pada profesi, keberanian menetapkan standar tinggi. Hal ini juga didukung oleh motivasi dan budaya belajar siswa yang bagus dan siap melewati berbagai kesulitan dan perjuangan dalam belajar. Tentu itu semua ditunjang oleh kualitas pimpinan sekolah yang mumpuni. Memiliki kemampuan manajerial dan leadership yang bagus sehingga dapat memimpin seluruh warga sekolah mewujudkan visi sekolah.

Proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik disertai pembiasaan pada cara berpikir High Order Thinking Skills. Guru berani memberikan soal latihan dan ujian yang sulit dan mirip soal ujian masuk perguruan tinggi negeri. Akibatnya siswa harus belajar keras untuk dapat nilai bagus. Itu semua berdampak pada prestasi dan karakter siswa yang pantang menyerah.

Mari benahi pendidikan di Sulsel dengan tingkatkan mutu guru, pimpinan sekolah dan proses pembelajaran. Semuanya harus didukung dengan kebijakan pemerintah dan masyarakat khususnya orang tua yang supportif. Semoga pemerataan mutu pendidikan dapat menjadi lebih baik.

Makassar, 5 Oktober 2021

Penulis, Direktur Sekolah Islam Athirah

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here