Abdul Muin Ahmad Telah Berpulang Menitipkan Pesan-Pesan Leluhur ( Lontara) Untuk Masa

0
138
- Advertisement -

Catatan Fiam Mustamin

INALILLAHI WAINNA ILAIHI ROJIUN — lesuni ripamasena Allataala /Puangnge Abdul Muin Ahmad pada Rabu pagi 13 November 2024 di Jakarta.

Berita awal saya terima dari Ilham Bintang, sepupunya yang meneruskan Watshapp nanda Yenni, putri sulung almarhum.

“Udah gak ada papiku, mohon dimaafkan lahir batin.”

Sesaat itu saya terdiam untuk menahan luapan tangis keharuan.

Saya mengingat pembicaraan singkat dengan almarhum tiga bulan terakhir ini tentang makna kehidupan yang abadi.

- Advertisement -

Lalu saya juga mengingat yang beberapa kali Firman Bintang mengajak untuk menemui Daeng Muin di rumahnya di Cikini. Merasakan penyesalan mendalam tidak cepat melakukan pertemuan itu.

Kemudian menyusul berita duka cita dari Daeng Aji Zainal Bintang dan Firman Bintang.

Saya bersyukur sekali menjadi perhatian khusus Daeng Aji Zainal bersaudara apapun keadaan saya dan keluarga.

Kemudian saya pun meneruskan berita duka cita itu ke beberapa orang terdekat yang mengenal Daeng Muin: Aspar Paturusi, Sultan Saladin, Roy Marten, Ady Surya Abdy, Bambang Oeban, Wiwiek Sipala, Mutiara Sani, dan Widiawaty Sophan, Nurhayati Rahman, Ecip Sinansari, Yudhistira, Yuniar Arge dan Erwin Kallo di Makassar.

Seterusnya ke beberaoa senior di paguyuban kekerabatan keluarga Sulawesi Selatan yang mengenal wawasan pemahaman kearifan budaya Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja.

Di antaranya Hasanuddin Nassaile, Moh Jafar Hafsah, Ahmad Pawennei, Asrul Asis Taba, Anwar Satta, Andi Nofri Baso, Muslimin Mawi, Sjamsu Salewangeng, Andi Bohar Alam, Ophan Lamara, Muzakkir dsn Ch Mallombasang.

Legasi Referensi

TIDAK berkelebihan bila saya mengatakan bahwa apa yang terekam dengan ucapan maupun dengan tindakan-tindakan Temu Budaya yang diprakarsai almarhum merupakan sebuah peninggalan dan legasi yang berharga.

Temu Budaya yang telah digagas almarhum bersama Andi Baso Amier di Lembaga Kesenian Sulsel pada 1986 tercipta dari orang-orang yang terpilih yang memiliki pemahaman dan terobsesi untuk mensyiarkannya menjadi buku.

Menciptakan sebuah buku, yang berkualitas, mengabadikan peradaban masa tidak sama dengan menciptakan buku-buku referensi terapan rekayasa teknologi.

Lahinya karya Nilai-Nilai Kearifan Budaya Sulsel/empat etnis itu spiritnya sama dengan perjuangan Nurhayati Rahman dkk melahirkan La Galigo Menelusuri Jejak Warisan Sastra Dunia, 20O3.

Semoga di era pemerintahan yang berkuasa dan memiliki kemampuan kapital dapat memberdayakan orang orang yang berkompeten berpaham dengan makna tidak sebatas mengakomodasi kekuasaan politik.

Bangun bangsa dengan landasan warisan kearifan leluhur yang sudah ada.

Saya serap dan narasikan pesan ini dalam menghantar kepulangan Daeng Muin ke alam barzah.

Selamat jalan Daeng Muin.

Legolego Ciliwung 15 November 2024

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here